By Armansyah
Menolak mengkafirkan malah dikafirkan !
Sebuah catatan untuk grup Muhammadiyah
Judul ini mungkin dirasa provokatif oleh anda, tetapi itulah faktanya. Ketika kita menolak mengikuti pemahaman segelintir orang untuk mengkafirkan dan menyesatkan sekelompok orang, sekte atau madzhab tertentu didalam Islam maka kita dianggap bagian dari kelompok dan sekte orang tersebut.
Hal ini saya alami dalam salah satu grup diskusi milik ormas Muhammadiyah di facebook dengan alamat http://www.facebook.com/groups/warga.muhammadiyah/. Diskusi itu sendiri berkaitan dengan perbedaan pandangan antara sesama member disana berkaitan status para sahabat Rasul yang dianggap semuanya bersifat adil yang kemudian setelah saya intervensi dengan pandangan saya berkaitan itu (silahkan cek disini untuk detilnya : http://arsiparmansyah.wordpress.com/2007/08/28/sahabat-nabi-tidak-selamanya-benar/ ) kemudian saya dihujat dan dituduh sebagai penganut Syiah.
Tuduhan itu di-iringi pula dengan dikeluarkannya saya secara paksa dari grup tersebut sebelum saya sempat memberikan klarifikasi terhadap tuduhan tersebut. Singkat cerita saya lalu di invite ulang oleh salah satu member yang merasa jengah dengan ketidak adilan tersebut dan membiarkan saya mengklarifikasi status saya secara terbuka. Setelah klarifikasi saya berikan, ternyata mereka menolak mempercayainya dan tetap menganggap saya melakukan taqiyyah atau berdusta atas klarifikasi yang saya berikan.
Akhirnya saya mengajukan ajakan mubahalah pada mereka untuk menepis keraguan tersebut, sayangnya ajakan mubahalah saya ini (2 kali saya posting secara terbuka) tidak mendapat respon atau tanggapan dari mereka. Padahal jika mereka merasa yakin bila saya sedang berdusta dan menganggap tuduhan mereka itu benar adanya, mestinya ajakan mubahalah ini menjadi ajang yang baik sebagai mediator yang menjembatani keraguan yang ada.

Saya tidak ingin mengikuti kemauan sebagian besar dari mereka yang berusaha menggiring saya pada konsep pengkafiran atau penyesatan pada kelompok Syiah tanpa pandang bulu. Artinya, saya tidak ingin menggeneralisir seluruh orang dan sekte syiah itu sesat dan kafir. Boleh jadi beberapa diantara mereka memang menyimpang dari ajaran Tauhid yang benar dan jatuh pada kekafiran maupun kesesatan. Namun menjadi tidak adil bila kita menyamaratakan seluruh syiah itu pasti demikian adanya. Sebenci-bencinya kita pada sesuatu mestinya harus bisa obyektif dalam memberikan penilaian dan penghakiman. Bukankah ini merupakan ajaran dari kitab suci al-Qur'an sendiri yang mestinya menjadi pedoman?
5:8. Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Meskipun matahari dan bulan diletakkan dikedua tangan saya agar saya mengikuti keinginan mereka yang menggeneralisir kekafiran pada kelompok Islam Syiah, itu tidak akan pernah saya lakukan sampai kapanpun. Al-Qur'an lebih wajib saya ikuti ketimbang orang yang mengikuti hawa nafsunya dalam memaksakan kehendaknya.
5:48. Putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.
Mereka terus berargumen bahwa semua orang syiah itu sesat karena telah mengkafirkan sahabat Nabi termasuk istri beliau 'Aisyah dan juga mengubah-ubah al-Qur'an sehingga kitab suci orang syiah dengan kitab suci umat Islam berbeda. Tentu saja kita harus obyektif melihat ini secara ilmu. Sekali lagi, mungkin saja hal itu benar untuk beberapa sekte mereka, tetapi apakah lantas kita bisa mengatakan semua orang syiah dari berbagai madzhabnya juga seperti itu adanya ?
Saya sempat ditanya syiah yang mana yang tidak sesat itu.

Jawab saya :



Saya pernah membaca klarifikasi langsung dari ulama Syiah yang berasal dari Iran sendiri bahwa hal ini tidak dibenarkan malah diharamkan untuk dilakukan. Berikut saya tampilkan sumber dan screenshotnya :
[caption id="attachment_2190" align="aligncenter" width="468"]

Mereka juga mengecam dan mengutuk orang-orang yang melakukan pelecehan atas istri Nabi, Ummul Mu'minin, 'Aisyah ra:
[caption id="attachment_2191" align="aligncenter" width="468"]

Tapi atas sikap saya yang berkesan membela kelompok syiah ini, saya terus mendapatkan kecaman kembali dengan menyindir saya sebagai orang yang juga telah kafir sebab membela kelompok yang mereka kafirkan atau sekurang-kurangnya bodoh. Berikut screenshotnya :


Saya telah mengajukan keberatan atas penyebutan ini dengan mengambil contoh pada sikap Ketua Umum PP Muhammadiyah sendiri yaitu Prof. DR. Sirajuddin Syamsuddin M.A atau yang lebih dikenal dengan nama Din Syamsuddin yang melakukan pembelaan ataupun menganggap Syiah juga merupakan bagian dari umat Islam.

Sebaliknya dengan berani ada yang menyebut bahwa ketum pp Muhammadiyah tersebut justru telah bodoh karena melakukannya.

Saya sukar membayangkan ada orang yang berani menyebut seorang ketua umum PP Muhammadiyah yang harusnya dihormati, sebagai orang yang bodoh, diforum Muhammadiyah sendiri, tetapi inilah faktanya. Bahkan ketika saya juga mengajukan fakta lain bila Majelis Ulama Indonesia atau MUI pun tidak menyatakan syiah kafir dalam fatwanya tetapi cuma sekedar mengatakan mereka berbeda dengan kelompok Ahli Sunnah Waljama'ah yang mayoritas di Indonesia, ikut disebut sebagai orang yang bodoh.

Sangat disesalkan sebenarnya opini seperti ini keluar hanya karena berbeda pandangan. Prof. Din Syamsuddin dan para ulama yang duduk dimajelis fatwa MUI dikatakan bodoh atau dibodohi karena sudah menganggap Syiah bagian dari umat Islam. Mestinya menurut mereka seluruh syiah itu kafir alias bukan bagian dari umat Islam. Dengan melakukan pembelaan terhadap syiah maka pelakunya dianggap sebagai orang yang bodoh, jahil dan na'udzubillah juga kafir sebab dikategorikan sebagai bagian dari kelompok syiah yang menurut mereka kafir itu.
Saya juga mengajukan data bila Almarhum Buya Hamka atau nama aslinya Haji Abdul Malik Karim Abdullah, salah seorang ulama terbesar dan terbaik yang pernah dimiliki oleh bangsa Indonesia pun dalam menulis bukunya yang berjudul asli "Sedjarah Ummat Islam" khususnya jilid 2 (terbitan Tokobuku Islamyah Medan 1952) justru banyak bercorakkan pemikiran syiah ketika membahas perihal kejadian-kejadian pasca wafatnya Rasulullah SAW sampai masa-masa pembantaian Husain cucu Nabi dipadang Karbala.

Sebelunya, salah seorang sahabat lain digrup tersebut dengan ID Kanzun Qalam juga menyebutkan bahwa Buya Hamka dalam tafsir Al-Azharnya juga ada merujuk pada literatur Syiah seperti berikut ini :


Terlepas dari semua diskusi dengan orang-orang yang saya anggap cukup ekstrim dalam memandang perbedaan madzhab antara umat Islam Syiah dan sunni, saya cukup lega karena ternyata tidak semua orang-orang didalam grup Muhammadiyah tersebut seperti mereka. Diantara mereka ada orang-orang yang tsiqah dan arif dalam memandang persoalan ini. Pandangan mereka terhadap kafirnya syiah tidak menggeneralisir. Hal yang juga saya amini dan sesuai dengan pandangan Ketum PP Muhammadiyah, FPI serta MUI sendiri. Salah satu dari mereka adalah Da'i Muhammadiyah sendiri yang sekaligus juga menjabat selaku Admin didalam grup tersebut, Bapak Dadang Syaripuddin.
Berikut tanggapan beliau :


Akhirnya, kita sebagai umat Islam, memang masih harus banyak belajar tentang segala hal yang berkaitan dengan ke-Islaman itu sendiri agar tidak mudah terjebak dalam fanatik buta tanpa disertai kearifan dan keilmuan. Kita tidak harus terjebak dalam situasi emosional demi mendukung hujjah yang kita miliki dengan menggeneralisir setiap permasalahan menjadi satu kesatuan. Hal ini tidak adil bagi mereka yang menjadi korban generalisasi semacam itu. Terlebih hal-hal demikian dilarang oleh Allah dalam kitab-Nya.
Memang tidak bisa dipungkiri bila ada diantara orang-orang penganut madzhab syiah itu yang melakukan penyimpangan hingga membuat mereka jatuh pada kesesatan dan kekafiran, misalnya dengan mempertuhankan Ali, mengkultus individukan para Imam mereka atau hal-hal lain yang membuatnya jatuh pada hukum-hukum tersebut.
Begitu pula dengan orang-orang yang mengklaim diri selaku penganut madzhab Ahlussunnah wal Jama'ah, tidak semuanya benar. Banyak juga yang menyimpang dan terjebak dalam kemusryikan (baca: kekafiran). Seperti misalnya dengan melakukan pelarungan kepala kerbau kelaut untuk mengharap keselamatan dari Jin penguasa lautan, memberikan sesajen ini dan itu pada pohon besar, menghormati keris dan kerbau layaknya sesuatu yang keramat dan suci, menggunakan jimat dalam bentuk sabuk, gelang, cincin atau pengasihan. Dan seterusnya.
Namun mari sekali lagi saya mengajak agar tidak menggeneralisir. Bahkan raja Arab Saudi, Abdullah, memperkenankan Prediden Iran Mahmoud Ahmadinejad yang bermadzhab Syiah untuk menunaikan ibadah hajinya ketanah suci Mekkah dan Madinah.
Bahkan raja Abdullah juga mengundang beliau (Ahmadinejad) untuk menghadiri KTT darurat Islam di Mekkah pada tanggal 14-15 Agustus 2012 yang salah satu agendanya adalah memperkuat persatuan Islam itu sendiri.
Apakah sekiranya, raja Abdullah selaku Khadamul Haramain tidak mengetahui bila syiah itu sesat dan keluar dari Islam sebagaimana klaim orang-orang yang menganggap syiah itu adalah kafir? Fakta bila raja Abdullah sendiri masih menganggap Syiah bagian dari madzhab didalam Islam yang perlu dirangkul untuk memperkuat barisan Islam.
[caption id="attachment_2206" align="aligncenter" width="468"]

[caption id="attachment_2208" align="aligncenter" width="468"]

[caption id="attachment_2264" align="aligncenter" width="468"]

Islam adalah agama ilmu, artinya orang yang beriman itu harus dengan ilmu bukan iman yang membabi buta. Berhenti menjadi provokator dalam sebuah diskusi dengan selalu berpraduga buruk pada orang lain. Diri kita sendiri bukan insan yang sempurna. Sebagaimana nasehat saya pada salah seorang member grup Muhammadiyah dengan ID Dara Lana Tan yang selalu berkesan memprovokatori setiap diskusi tentang syiah-sunni digrup tersebut, bahkan yang bersangkutan bersama member lainnya yang ber ID Tatang Sumarna melakukan dialog dalam bahasa daerah yang tidak semua orang mengerti, selain ini dilakukan digrup yang umum dan terbuka, kesan yang timbul malah seakan sedang membicarakan orang lain.

Nasehat saya pada Dara Lana Tan :

Wallahua'lam, setiap diri akan bertanggung jawab pada Allah atas apa yang dilakukannya. Jika ayat-ayat al-Qur'an telah begitu terang dan jelas dipaparkan bagaimana kita mesti berprasangka baik pada muslim lainnya, tidak asal menuduh, tidak mencela atau mengejeknya, tidak berghibah, mau berlaku adil even pada orang atau kelompok yang kita benci sekalipun, tapi pada akhirnya masih dilanggar juga maka status hidayah pada orang-orang semacam ini mungkin perlu dipertanyakan. Bukan menuduhnya menjadi kafir, tetapi orang Islam yang mendapat hidayah itu mestinya mendengarkan nasehat yang disampaikan secara baik dan apalagi berasal dari al-Qur'an dan sunnah Nabinya.
39:18. yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.
49:11. Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim.
Saya bukan orang syiah, bukan pula orang yang suka menyekat diri dalam kelompok pemahaman ini dan itu. Keluarga besar saya, terutama dari sebelah istri saya semuanya adalah keluarga besar Muhammadiyah. Kakek dari istri saya bernama Bustari Djalil, adalah salah satu penggerak dan pendiri perguruan Muhammadiyah di Palembang. Ibu mertua saya, Masrida Bustari, adalah seorang ustadzah yang juga aktif memberikan pengajian di 'Aisyiah.
Saya sangat menghormati ormas Islam Muhammadiyah, baik secara organisasinya, peran dan kiprahnya dalam pembangunan umat selama ini, kepeduliannya, juga terhadap para tokoh-tokohnya. Sangat disesalkan sekali bila kemudian grup perdiskusian yang ada dibawah pengawasan Muhammadiyah sendiri justru berisi oknum-oknum yang malah membuat nama besar dan nama baik Muhammadiyah menjadi cacat. Mungkin sudah waktunya para ketua atau pimpinan disana untuk mengevaluasi grup tersebut agar menjadi lebih kondusif dan mencerdaskan.
[caption id="attachment_2245" align="aligncenter" width="468"]

[caption id="attachment_2246" align="aligncenter" width="468"]

Berita ini saya publish karena grup Muhammadiyah sendiri adalah grup terbuka yang bisa diakses oleh siapa saja. Membernya pun beragam. Semoga menjadi dasar perbaikan kedepannya, demi tujuan dan cita-cita Muhammadiyah itu sendiri. Jangan sampai nanti, para pemimpin Muhammadiyah menyatakan keluar bahwa tidak semua syiah itu sesat dan keluar dari Islam, tetapi dalam grupnya sendiri justru banyak fatwa-fatwa sesatnya semua kelompok syiah bertebaran. Sepertinya ini juga menjadi PR bagi Pak Din Syamsuddin maupun pihak terkait lainnya di Muhammadiyah agar tidak nantinya malah Muhammadiyah dituding sebagai salah satu pihak yang bertaqiyyah dan memprovokasi. Na'udzubillah.
Sebagai penutup, izinkan saya memperlihatkan salah satu posting keluhan dari seorang member lain disana :
Tambahan :
[caption id="attachment_2242" align="aligncenter" width="468"]

[caption id="attachment_2243" align="aligncenter" width="468"]

Untuk perbandingan antara pendapat Din Syamsuddin dari Muhammadiyah dengan Hasyim Muzadi dari NU tentang Syiah:
[caption id="attachment_2323" align="aligncenter" width="468"]

aje gile om, ane pikir cm di forum bebas kyk kaskus doang pentakfiran merajalela....hehehe ane jg pernah ngalamin om, cm mo jd penengah n mengingatkan utk tdk saling menghakimi dan menyesatkan, malah lgsg dicap syiah......Rasulullah SAW aja gak pernah ngehakimin orang laen, nah orang2 itu udh lbih hebat dr Rasul kli ya....
ReplyDeleteand sejauh pengalaman ane om, dr kecil dibesarkan di lingkungan sunni ga pernah tuh om ulama/guru2 ane ngecap syiah kafir.... baru2 ini aja coz amirk ma israhell makin sirik ma kemajuan iran, belakangan baru baca om ternyata memang programnya fbi (amirk) utk mengadu domba islam dengan menkampanyekan kekafiran syiah coz antek mereka gagal mengambil alih kendali pemerintahan iran seperti jamannya shah reza pahlevi....tujuannya nyerang iran, tapi dengan mengkafirkan syiah mereka dpt dua keuntungan: iran dimusuhi (coz mayoritas syiah) and perpecahan islam!
Waspadalah!.....Waspadalah!......
Apakah sholat dan wudhunya beda ?
ReplyDeleteSilahkan cek langsung saja disini :
http://www.nurmadinah.com/2010/03/tata-cara-shalat/
http://www.nurmadinah.com/2010/03/tata-cara-wudhu/
Ini ada bantahan juga tentang "isyu" adanya tarif nikah mut'ah di Iran. Silahkan dikroscek saja semuanya ....
ReplyDeletehttp://www.abna.ir/data.asp?lang=12&Id=291315
> Menurut Kantor Berita ABNA, Voa-Islam masih saja menurunkan berita-berita fitnah mengenai Iran dan umat Syiah. Setelah sebelumnya menyebarkan kabar bohong di Teheran Iran tidak ada masjid Sunni dan pelarangan shalat Idul Fitri bagi umat Sunni oleh pemerintah Iran dan fitnah tersebut telah berhasil dibantah oleh media ini dengan menunjukkan nama-nama masjid yang dikelola umat Sunni di Teheran beserta alamatnya, kali ini Voa-Islam kembali menghembuskan kedustaan baru.
Menukil dari www.aansar.com, redaksi Voa-Islam menulis berita dengan judul yang bombastis, " Gila! Nikah Kontrak Syi'ah Dibandrol 300 Dolar, Mut'ah Perawan Bonus 150 Dolar?". Diberitakan Astan Quds Al-Ridhawy mengumumkan permintaan untuk mendatangkan para gadis yang umurnya berkisar antara 12 hingga 35 tahun untuk melakoni profesi Mut’ah. Astan Quds Al-Ridhawy adalah yayasan di Iran yang mengurus wakaf dan urusan agama serta beberapa perusahaan bisnis besar di dalam dan di luar kawasan Khurasan. Disebutkan pengumuman tersebut dirilis seiring meningkatnya jumlah permintaan terhadap servis Mut’ah dari para turis yang datang ke Kota Masyhad.
Keganjilan pertama, disebutkan Astan Quds Al-Ridhawy adalah yayasan di Iran yang mengurus wakaf dan urusan agama serta beberapa perusahaan bisnis besar di dalam dan di luar kawasan Khurasan. Ini sama sekali tidak benar, sebab yayasan tersebut hanyalah mengurusi Haram Imam Ridha as di pusat kota Masyhad, memberikan pelayanan kepada para peziarah, mengatur dan mengumumkan agenda-agenda perhelatan Islam yang berlangsung di kompleks Haram Imam Ridha as dan sama sekali tidak mengurusi bisnis apapun apalagi sampai skala besar menjangkau kawasan luar Khurasan. Keganjilan kedua dari pengumuman tersebut, mata uang Iran adalah Real bukan Tuman. Memang masyarakat Iran masih menggunakan penyebutan Tuman dalam transaksi jual beli namun dalam penyampaian promosi harga ataupun pengumuman resmi mengenai besarnya nominal harga menggunakan mata uang Real. Ketiga, meskipun pengumuman tersebut juga ditujukan buat warga pendatang (turis) namun bukan kebiasaan masyarakat Iran menyampaikan harga dengan menyebutkan besar nominalnya dalam Dollar. Keganjilan yang keempat dan yang terpenting sebab menjadi bukti kedustaan pengumuman tersebut, adalah www.aansar.com sama sekali tidak menukilkan sumber pengumuman tersebut. Mengapa? Sebab sebenarnya pengumuman tersebut sama sekali fiktif dan tidak jelas keberadaannya. Situs tersebut juga sama sekali tidak menyebutkan link situs yayasan Iran yang dimaksud. Kalau memang pengumuman itu benar adanya, tentu saja yayasan yang bersangkutan akan merilis di situs resminya.
Gimana sih bapak ini :)
ReplyDeleteKalah debat di group kok di bawa-bawa keluar group...
Sungguh lucu dan tidak dewasa...
[...] Menolak mengkafirkan malah dikafirkan! Sebuah catatan untuk grup Muhammadiyah [...]
ReplyDelete[...] Menolak mengkafirkan malah dikafirkan! Sebuah catatan untuk grup Muhammadiyah [...]
ReplyDelete[…] mengingatkan saja, silahkan lihat ini : http://arsiparmansyah.wordpress.com/2012/08/16/menolak-mengkafirkan-malah-dikafirkan-sebuah-catatan-… […]
ReplyDelete