Friday, August 22, 2014

Khutbah Jum'at saya 22 Agustus 2014: Islam dan Kemerdekaan

Khutbah saya hari Jum'at, 22 Agustus 2014
Tema: Islam dan Kemerdekaan

[audio-mp3]  https://db.tt/to30aJ6p (lebih kurang 32 MB)

 

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا و مِنْ َسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. 

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

لَوْ أَنزَلْنَا هَٰذَا الْقُرْآنَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ۚ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

Ma’asyirol muslimin rohimakumullah

Marilah kita bersama-sama tidak henti-hentinya untuk selalu bersyukur kehadirat Allah Subhanahu wata’ala. Karena atas nikmat-Nya yang tak berkesudahan, pada hari ini kita semua masih dapat berkumpul bersama guna menunaikan salah satu kewajiban kita selaku umat Islam, menunaikan ibadah sholat Jum’at berjema’ah.

Rasa syukur atas nikmat Allah ini hendaknya tidak cuma sebatas kata-kata manis dimulut kita semata dgn sekedar mengucap hamdalah tetapi dipraktekkan secara nyata dlm kehidupan sehari-hari. Dilakukan secara berkesinambungan, melakukan ketaqwaan dalam batas-batas kemampuan yang bisa kita lakukan. Sesuai dengan firman-Nya juga dalam surah ath-Taghabun ayat 16: “fattaqullaha mas tato’tum Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu. Dalam hal ini dimaksudkan kesanggupan yang maksimal, ittaqullaha haqqo tuqotih, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa (surah Ali Imron ayat 102), bukan taqwa dalam arti apa adanya.

Kita bersyukur bahwa kita duduk disini dengan tenang tanpa merasa cemas, takut maupun khawatir akan adanya ancaman penembakan maupun dijatuhi rudal seperti yang menimpa saudara-saudara kita muslim lainnya hari ini di Gaza, Suriah, Irak dan seterusnya di seluruh penjuru dunia ini.

Oleh sebab itu pula khotib mengingatkan kepada kita semuanya untuk tidak mengobrol, atau sibuk dengan handphonenya apalagi sampai ada yang tertidur sehingga apa yang nantinya disampaikan diatas mimbar ini justru tidak terperhatikan sama sekali dan menjadi sia-sialah keberadaannya di majelis jum’at yang penuh berkah Allah ini.

Mari sejenak kita prihatin dengan kondisi saudara-saudara muslim kita di Gaza khususnya. Sebagian besar mereka melakukan sholat Jum’atnya tidak didalam masjid beralaskan permadani disertai angin sepoi-sepoi tapi mereka melakukannya dibawah reruntuhan masjid yang telah porak poranda terkena rudal Israel bahkan mereka juga melakukannya ditanah lapang, ditengah ancaman kematian yang dapat terjadi sewaktu-waktu.

Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya. Keselamatan semoga juga tercurah atas para sahabat dan umat beliau yang terpimpin, dahulu, sekarang dan yang akan datang.

Ma’asyirol muslimin rohimakumullah., sudah menjadi suatu kewajiban bagi kita sebagai umat Islam, ketika nama Nabi disebut maka kita menyambutnya dengan bersholawat.

Ada banyak bacaan sholawat yang bisa kita ucapkan dua diantaranya yang pendek misalnya adalah Salallahu ‘alaihi wassalam atau Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa’ala aali Muhammad.

Jangan biarkan lidah-lidah kita kelu untuk membaca sholawat terhadap Rasulullah, padahal Islam yang kita imani pada hari ini justru terjadi berkat perjuangan beliau SAW.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Innallaha-wamalaa ikatahu yusholli na’alannabi … Yaa ayyuhalladzi na-aamanu shollu ‘alayhi wasallimu taslima

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Al-Qur’an surah al-Ahzab ayat 56)

Tema jum’at kita pada hari ini adalah Islam dan Kemerdekaan.

Jemaah jum’at yang dirahmati oleh Allah.,

Beberapa hari yang lalu kita baru saja merayakan hari ulang tahun kemerdekaan negeri kita yang bernama Indonesia ini. Ulang tahun yang ke-69. Artinya sudah 69 tahun bangsa dan negara ini bebas dari penjajahan fisik.

Fabiayyi ala irobbikuma tukadzziban... Nikmat tuhanmu yang mana yang akan engkau dustakan?

Kita tahu dari sejarah bila sejak berabad-abad nusantara ini telah dijajah oleh belanda kemudian Jepang dan terakhir oleh tentara sekutu. Disepanjang jaman banyak para syuhada mengorbankan dirinya, jiwa dan raga demi meraih kemerdekaan, membebaskan diri dari belenggu penjajahan.

Di Aceh ada Teuku Umar dan Cut Nya’ Dien, di Sumatera Barat ada Tuanku Imam Bonjol, di Palembang ada Sultan Mahmud Badaruddin, di Jawa ada Pangeran Diponegoro, ada Jampang dan seterusnya.

Di era modern kita juga punya nama-nama seperti Jendral Sudirman yang meskipun dalam kondisi sakit dan di tandu, beliau masih gigih berjuang keluar masuk hutan demi kemerdekaan bangsa dan negara. Kita juga punya nama Agus Salim, Dr. Soetomo, Kyai Ahmad Dahlan, Kyai Hasyim Asyhari dan lain sebagainya.

Merdeka itu sesuatu yang mahal. Sudahkah kita benar-benar bersyukur kepada Allah dan berterimakasih pada para pahlawan bangsa atas kemerdekaan yang kita nikmati hari ini?

Ma’asyirol muslimin rohimakumullah.

Jika kita ingin tahu apa artinya nikmat kemerdekaan, mari kita lihat kondisi rakyat Gaza sekarang. Mereka masih berjuang melepaskan diri dari jajahan kaum yang menyebut dirinya sebagai bangsa israel. Sepanjang tahun rakyat Gaza khususnya dan rakyat Palestina lain secara umum terus di intimidasi, dibunuh secara sadis dan brutal, mulai dari anak-anak hingga kaum perempuan menjadi korban keganasan bangsa barbar itu.

Berapa banyak bangunan sekolah yang hancur, masjid-masjid yang rusak dan rumah-rumah yang tak lagi dapat dihuni karena sudah porak poranda dihantam oleh rudal-rudal teroris israel. Tidak itu saja, bahkan sejumlah rumah sakit juga tidak luput dari serangan bangsa yang sejatinya telah dilaknat oleh Allah dalam al-Qur’an surah al-Maaidah ayat 60 dengan mengutuknya sebagai kaum yang bersifat babi dan kera.

Dulu, bangsa Indonesia juga sama seperti rakyat Gaza hari ini. Sama-sama menderita dibawah tekanan penjajah, sama-sama mengalami penistaan dan penindasan. Tidur tidak nyenyak, makan tidak kenyang, sholat tidak khusyuk.

Jema’ah Jum’at rohimakumullah.

Dalam sejarah Islam generasi pertama, kita bisa belajar tentang arti kemerdekaan dari seorang Bilal bin Rabah dari Habasyah.

Bilal adalah seorang budak yang kemerdekaannya terampas oleh statusnya terhadap tuannya. Bahkan ia tidak dapat bebas untuk meyakini agama apapun yang ia kehendaki. Semua berada dibawah kendali, izin  dan perintah tuannya yang bernama Umayyah bin Khalaf.

Saat Bilal kemudian memutuskan untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, ia disiksa secara kejam. Tubuhnya dengan tanpa pakaian ditelentangkan diatas padang pasir yang panas. Diatas perutnya di timpakan lagi batu besar sehingga penderitaan Bilal saat itu berlipat ganda.

Namun permintaan tuannya agar ia kembali berpindah keyakinan pada Latta dan Uzza ditolak mentah-mentah. Bilal telah bertekad bahwa fisiknya boleh tidak merdeka, namun tidak pikirannya, tidak hatinya. Maka keluarlah dari mulutnya lafash “ Ahad, Ahad… Ahad ”.

Bilal menafikan eksistensi tuhan-tuhan lain yang dipaksakan kedalam otaknya melalui penyiksaan itu, Bilal kukuh berpegang pada prinsip Tauhid : Laa ilaaha illallah. Tiada Tuhan kecuali Allah.

Sebuah konsep pembebasan sejati. Tidak ada sesembahan, tidak ada pengabdian, tidak ada ketertundukan, tidak ada kehambaan kecuali kepada Allah, Tuhan yang satu.

Qul Huwallahu Ahad

Allahussommad

Lam Yalid walam Yuulad

Walam Yakullahu kufuan Ahad

Ma’asyirol muslimin rohimakumullah.

Ke-Istiqomahan Bilal bin Rabah adalah contoh nyata dari sebuah kesabaran perjuangan mempertahankan kebenaran. Bilal mengajari kita tentang sikap yang realistik dalam berjuang meraih kebebasan sejati.

Hari ini negeri kita Indonesia sudah merdeka dalam artian tidak lagi dibawah tekanan dan jajahan fisik seperti masa pra kemerdekaan dulu. Kita tidak lagi berhadapan dengan Belanda, Jepang, Inggris dan negara manapun seperti rakyat Gaza yang masih harus terus berjuang dari rongrongan teroris israel.

Kita hari ini berkumpul dimajlis jum’at ini dengan satu kesamaan akidah, ukhuwwah Islamiyah.

Namun apakah syahadat kita yang merdeka ini telah mampu menyamaii syahadatnya Bilal sewaktu beliau masih berstatus budak?

Apakah laa ilaaha illallah kita sama dengan la ilaaha illallahnya seorang Bilal bin Rabah sebelum ia dibebaskan oleh Abu Bakar as-Siddiq?

Atau jangan-jangan kita justru bersyahadat Asyhadu an laa ilaaha illa dunnia. Kita bersyahadat tapi sambungan illa kita bukan illallah tetapi illa bos, illa atasan, illa kebijakan, illa guru, illa uang, illa jabatan, illa egoisme diri dan seterusnya dan sebagainya.

Jemaah Jum’at rohimakumullah.

Hari ini, kita sudah sampai pada tanggal 26 Syawal 1435 H. Artinya sudah lebih dari 3 minggu kita meninggalkan bulan suci Ramadhan. Sebuah bulan yang penuh dengan tempaan dan pembelajaran. Bulan yang mengedukasi kita untuk berjuang menahan segala nafsu yang bersarang dibadan dan pikiran untuk sampai kepada kefitrahan. Kefitrahan artinya kebebasan asal sebagaimana anak yang baru dilahirkan oleh ibunya. Murni dan suci. Bebas dari dosa.

Setelah bulan Ramadhan itu berlalu, apakah hati dan sikap diri kita masih berpuasa dibulan syawal ini dan 10 bulan lainnya setelah ini? Apakah kefitrihan yang sudah diraih, perjuangan dan penempaan diri selama 30 hari menahan diri dari semua nafsu baik yang halal apalagi yang haram masih bisa dipertahankan?

Apakah mulut kita, tangan kita, pikiran kita mampu tetap terjaga untuk tidak berlaku negatif? Atau kita justru memaknai kemerdekaan secara salah sehingga membebaskan diri dari malu dan aib atas seluruh perbuatan kita yang salah?

Lalu apa makna kemerdekaan untuk diri kita? Apa yang sudah kita lakukan dalam berkontribusi terhadap kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia? Apa sebagai orang Islam kita telah benar-benar merdeka secara lahir dan batin?

Kita numpang dibuminya Allah, lalu apakah kita sudah berkarya untuk kemaslahatan penduduknya? Apakah kita sudah berhukum secara total dengan hukum yang diturunkan oleh Allah?

Jika kita ternyata masih menggunakan produk hukum buatan manusia sementara produk hukum yang turun dari Allah telah tersedia disisi kita, artinya kita masih belum sepenuhnya merdeka.

Kita masih menjadi budak dari dunia. Masih menjadi budak dari makhluk. Masih terjajah oleh kepentingan manusia. Padahal  jelas Allah telah berfirman pada kita: 

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

2_2

 

 

Inilah kitab… yaitu al-Qur’an yang tidak ada keraguan didalamnya. Menjadi petunjuk, pedoman bagi orang yang bertaqwa.

Al-Qur’an yang sering kita baca huruf-huruf hijaiyyahnya itu, sudah seberapa sering kita pahami artinya? Sudah sejauh mana kita mencari tafsir-tafsirnya? Apakah kita terlalu sibuk dengan urusan dunia sehingga tak lagi sempat untuk menggali khasanah al-Qur’an? Apakah kita telah merasa diri terlalu cukup ilmu yang diperoleh dari guru-guru saja tanpa ada tarikan untuk meneruskan kajian?

Atau justru mungkin kita selama ini hanya berebut saling keras-kerasan dalam membaca kitab suci namun nol dalam pemahaman dan pengamalan? Jika begitu maka kita masuk dalam kelompok orang yang pernah dikeluhkan oleh Rasulullah SAW dalam surah al-Furqon ayat 30.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

25_30

 

 

Waqolar-Rosulu 

yaa Robbi Inna qowmittakhozuu haazalqur'aana mahjuro

Berkatalah Rasul:  "Wahay Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur'an ini suatu yang tidak diperdulikan".

Oleh sebab itulah maka mari kita amalkan perintah Allah dalam mentadabburi kalam-Nya ini.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

7_204

 

 

 

wa-idzaa quri- alqur-aanu fastami'uulahu wa-anshituu la'allakum turhamuun

Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (Al-Qur’an surah al-A’rof ayat 204)

Ma’asyirol muslimin Rohimakumullah.

Qolallahuta’ala fil qur’anil adzim, ‘Audzubillahi minassaytonirrojim

Law anzalna hadzaal qur-ana 'ala jabalin laro-aytahu khoshiam mutasoddiam-min khoshyatillah

Sungguh, kata Allah, jika kami turunkan al-Qur’an pada sebuah gunung. Maka kamu akan lihat gunung itu hancur lebur karena takutnya pada Allah.

Kita jangan lalu kemudian sepulang dari Jum’at ini mengambil mushaf Qur’an lalu melemparkannya ke pohon dan berharap pohon itu tumbang. Sebab logikanya, jika gunung saja hancur lebur maka apa lagi pohon.

Tapi ayat ini masih ada sambungannya…

Watil kal-amsalu nadribuha linnasi la'allahum yatafakkaruun

Dan perumpamaan itu kami jadikan untuk manusia agar mereka berpikir.

Jadi, itu hanya sebuah permisalan saja yang telah dibuat Allah untuk kita agar kitanya mau mengkaji lebih jauh.

Ayat-ayat al-Qur’an begitu agung dan suci dari semua bentuk kenistaan dan khayalan. Kitanya saja yang kadang baru bisa baca satu dua ayat lalu merasa paham seluruh ayat. Al-Qur’an selalu menjadi mukjizat sepanjang masa.

Al-Qur’an bukan buku primbon apalagi  kitab penuh mantra yang dengan membaca huruf-huruf hijaiyyahnya lalu segala sesuatu yang kita inginkan dapat terjadi laksana sim salabim.

Mari kita sama terus mentadabburi al-Qur’an. Jangan jadikan al-Qur’an sebatas kumpulan kertas yang teronggok didalam lemari, atau terkapar diatas meja. Baru dibaca ketika hendak yaasinan malam jum’at atau ketika ada kematian. Na’udzubillahi mindzalik.

Kembali kita pada topik kemerdekaan. Marilah kita isi dengan pembangunan yang berkelanjutan. Bangun jiwa kita pada kesadaran ilahiah. Bangun semangat kita untuk terus tertantang dalam mencari ilmu, mengkaji ilmu. Baik itu ilmu agama maupun ilmu dunia. Lakukan kebaikan dan perbaikan disegala bidang sesuai dengan kemampuan kita dan posisi kita.

Entah kita dalam posisi sebagai seorang anak, seorang siswa, seorang guru, seorang karyawan, seorang juru masak, seorang penyanyi, seorang tentara dan lain sebagainya.

Khoirunnas anfa'uhum linnas, sebaik-baiknya manusia adalah yang banyak manfaatnya bagi manusia lain.

walau anna ahlal quro amanu

wattaqow lafatahna ‘alaihim
bar
okatim minas-sama’i wal-Ardl

Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi

Walakin kazzabu fa-akhoznahum
Buma kaanu yaksibun

tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (al-Qur’an surah al-A’rof ayat 96)

BarakaLlahu li wa lakum fil qur’anil karim wa nafa-‘ani wa iyyakum bimaa fihi minal aayati wa dzikril hakim.

Aquulu qowli haadzaa wastaghfirullaha liwalakum walisaa iril muslimina min kulli dzambi

Fastaghfiruhu innahu huwal ghofururrohim.

بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

---------------
Khutbah ke-2
---------------

اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، 
قَالَ الله تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ 
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ

Jemaah Jum’at yang dirahmati Allah.

Saat ini, saudara-saudara kita di Gaza masih berjuang membebaskan dirinya dari penjajahan Israel. Mereka tidak hanya digempur secara fisik, tetapi juga diblokade sedemikian rupa sehingga menyulitkan pergerakan mereka.

Dulu, Palestina adalah satu dari beberapa negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajahan. Sudah sepantasnya bila hari ini kita juga membantu rakyat Palestina dengan apa yang kita bisa. Kita bisa bantu dengan doa mari kita berdoa. Kita bisa membantu dengan pakaian, obat-obatan maka mari kita sumbangkan. Atau jikapun kita hanya mampu membantu dalam memberi semangat di sosial media, maka itupun harus kita lakukan.

Kata Nabi:

Al-Muslimu akhul muslim [Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain], laa yazhlimuHu [ia tidak akan menzhaliminya] wa laa yuslimuHu [dan tidak akan membiarkannyanya binasa].

Man ro-a mingkum mungkaron falyughoyyiru biyadihi fa inlam yastati’ fabili sanihi fainlam yastati’ fabiqolbihi wazalika ad’aful iman

Barang siapa melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubah dengan tangannya, jika tidak sanggup, maka hendaklah dirubah dengan lisannya, jika tidak sanggup, maka hendaklah ia membencinya dengan hatinya dan itulah selemah-lemah iman.

Ma’asyirol muslimin rohimakumullah.

Dahulu jihad kita dinegeri ini mungkin mengakibatkan terenggutnya jiwa, hilangnya harta benda dan terurainya air mata. Kini jihad kita di jaman kemerdekaan ini harusnya membuahkan terpeliharanya jiwa, terwujudnya kemanusiaan yang adil dan beradab serta memekarkan senyuman anak bangsa.

Memberantas kebodohan umat dari ilmu agama, memberantas kebodohan anak bangsa dari globalisasi dunia yang berkembang juga tidak kurang pentingnya daripada mengangkat senjata.

Ilmuwan berjihad dengan memanfaatkan ilmunya, karyawan berjihad dengan kejujuran dan profesionalismenya, guru berjihad dengan metode pendidikannya, pemimpin dengan keadilannya, penulis berjihad dengan tulisan-tulisannya dan seterusnya dan sebagainya.

Jihad tidak hanya harus selalu dengan jiwa dalam medan pertempuran seperti suadara-saudara kita yang ada di Gaza, Suriah, Irak atau Syam. Karena selain bi anfusikum juga ada jihad bi amwaalikum, berjihad dengan harta benda.

Meski demikian, kita juga tidak harus menghina atau merendahkan saudara-saudara kita dinegeri lain yang masih berjihad dengan jiwanya dalam meraih kemerdekaan negeri mereka. Kita harus menghormati dan memberikan dukungan kita minimal secara moral.

Beberapa waktu belakangan ini, dinegeri kita sedang marak isyu terorisme yang dilekatkan pada sekelompok pejuang Islam di Syam dan Irak. Terlepas dari benar tidaknya penggunaan istilah terorisme yang di capkan pada diri mereka oleh pihak barat dan sekutunya itu, ada hal yang harus kita cermati dalam menyikapinya.

Bahwa kelompok tersebut menggunakan simbol-simbol kebesaran Islam sebagai benderanya. Sebagai simbol gerakan perjuangan. Jikapun nanti misalnya kita sepakat menyebut gerakan itu sebagai gerakan terorisme maka simbol-simbol tersebut tidak punya salah apa-apa. Jangan kita lecehkan, jangan kita maki-maki maupun kita injak-injak. Benderanya itu bertuliskan asma Allah dan Rasul-Nya. Itu bukan lambang terorisme, yang teroris bisa saja manusianya tetapi bukan asma Allah dan asma Rasul-Nya.

Terakhir sebelum kita tutup khutbah pada Jum’at siang hari ini.

Setiap akan sholat, Imam umumnya akan menyerukan pada makmumnya : Sawwu shufufakum, lurus dan rapatkan shaf. Fainna taswiyatas shufufi min tamamis sholah, karena meluruskan barisan adalah sebagian dari kesempurnaan sholat.

Kalimat tersebut sebenarnya tidak hanya retorika saja, istawu shufufakum. Cuma menempel-nempelkan bahu yang satu kepada bahu lain, kaki satu kepada kaki lain namun lebih luas dari itu. Pada lapangan aplikatifnya, meluruskan serta merapatkan barisan jemaah bisa diartikan sebagai bersatu padunya umat ini dalam menggapai tujuan bersama, ridhotillah, ridho-Nya Allah karena apapun yang kita perbuat sebenarnya adalah untuk Allah.

Inna Shalati wanusuki wamah yaya wamamati lillahirabbil'alamiin, sesungguhnya sholatku dan ibadahku dan hidupku dan matiku adalah karena Allah, Tuhan semesta alam

Mari kita sama-sama menemukan kembali esensi ibadah kita, menemukan kembali kemerdekaan diri yang mungkin tanpa kita sadari justru hilang dari hidup kita karena sekolah, kerja dan rutinitas lainnya.  Kemerdekaan yang hanya memusatkan penghambaan dan ketertundukan serta ketakutan pada Allah semata.

Kita sama-sama introspeksi diri masing-masing, kita rapatkan dan kita luruskan shof sholat kita, kita rapatkan hati kita dan kita luruskan perjuangan kita, luruskan niat kita. Berhenti berpecah belah hanya karena berbeda madzhab atau cara pandang. Berbeda dalam pilihan calon presiden. Kembangkan sikap saling menghormati satu dengan yang 

lain. Setuju maupun tidak setuju adalah hal yang alamiah.

Kadang sesuatu terjadi diluar keinginan kita, dan kita anggap hal itu buruk padahal disisi Allah hal tersebut justru bagus. Sama seperti kasus Adam yang kemudian dapat digelincirkan oleh setan sehingga dianggaplah Adam telah masuk perangkap Iblis. Kelihatannya iya, tapi sebenarnya justru kehendak Allah untuk memuliakan Adam dan keturunannya serta menjadikan Adam khalifah dibumi justru terwujud dengan perantaraan tipu muslihat setan itu sendiri.

Tanpa sadar, setan telah menjadi alasan terwujudnya rencana Allah yang rapi. Wamakaru Wamakarallah Wallahu Khoirulmakirin. Mereka membuat makar dan Allahpun membuat makar, sesungguhnya Allah sebaik-baik perancang strategi.

Susun ulang shof sholat kita, siapa yang harusnya ada dibelakang imam, yang siap untuk mengoreksi bila imam melakukan kesalahan, siapapula yang menjadi bilal yang akan menjadi perpanjangan suara sang imam dalam memberi komando pada jemaah.

Orang yang berdiri dibelakang imam jelas harus orang yang juga memiliki ilmu yang sepadan, hafalannya bagus, tajwidnya bagus dan seterusnya. Sehingga saat imam batal, maka makmum yang dibelakang  imam bisa langsung maju mengambil alih shof sholat dan memimpin jemaah dengan baik. Bilalpun demikian, harus orang yang amanah. Bilal yang tidak melakukan kudeta atas imamnya.

Saatnya kita semua menjadi bagian dari perjuangan Islam. Sebagai muslim, kita perlu menjadi bagian dari dakwah. Melakukan amar ma’ruf nahi munkar disetiap bidang. Sesuai dengan kemampuannya masing-masing, baik dakwah bil qalam, bil lisan, bil ahwal, maupun dakwah bil hal.

Saling ingat mengingatkan bukan hanya pekerjaan para ustadz atau kyai namun itu tugas setiap muslim yang sudah baligh dan berakal. Sampaikankan walau hanya satu ayat, terutama kepada orang-orang terdekat kita terlebih dahulu, anak-anak kita, saudara2 kita, tetangga2 kita, murid-murid kita, teman-teman kita seterusnya kepada khalayak yang lebih luas lagi, melalui berbagai cara dan media. Melalui televisi, facebook, twitter, youtube dan sebagainya.

Kita isi kemerdekaan bangsa dengan hal yang benar, hal yang baik dan hal yang bermanfaat. Meski tidak harus selamanya menghormati dianggap sebagai bentuk pengaminan sikap namun kita harus tetap bersatu dalam mendukung pemerintahan terpilih selama 5 tahun kedepan selama kebijakannya juga benar. Kita hindari kerusuhan yang hanya akan mendatangkan kemudhorotan berkepanjangan ditengah umat, bangsa dan negara.

Wal-ashr
inna al-insaana lafii khusrin, illaa alladziina aamanuu wa'amiluu alshshaalihaati watawaasaw bialhaqqi watawaasaw bialshshabri

Demikianlah khutbah singkat ini semoga bermanfaat bagi kita semua dalam menjalankan kehidupan dunia yang sementara ini. Semua kebenaran hanyalah milik Allah, mohon maaf bila ada kata yang salah dan terkhilafkan. Semoga Allah selalu membimbing kita ke jalan-Nya yang lurus, yaitu jalan para nabi, shiddiqin, syuhada dan sholihin. Allahumma amin.

Marilah kita sama berdoa, memohon kepada Allah, untuk kebaikan negeri kita, kebaikan negeri saudara-saudara muslim kita lainnya diberbagai penjuru dunia agar kemerdekaan yang hakiki dapat cepat terwujud.

Kita tengadahkan tangan kita bersama-sama dan  kita tundukkan jiwa kita pada Allah. Diawali dengan memuji Allah dan bersholawat atas Nabi-Nya.


اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ

اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. 

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ

اللهم انصر الاسلام واخواننا والمجاهدين في فلسطين و في سوريا و لبيا و في كل مكان و كل زمان

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ،

رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. 


عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

'ibaadallah
innallaaha ya’muruu
kum bil 'adli wal ihsaan
wa iitaa-i dzil qurbaa wa yanhaa 'anil fahsyaa-i wal munkari wal bagh

yaizhz hukum la'allakum tadzakkaruun
fadzkurullaaha 'azhiimi wa yadzkurkum

fastaghfirullaaha yastajib lakum
wa ladzikrullaahu akbaru
wa aqiimish sholah

Silahkan download audionya disini : 

[audio-mp3]  https://db.tt/to30aJ6p (lebih kurang 32 MB)

Semoga bermanfaat.

Armansyah Azmatkhan, 22 Agustus 2014 

 

No comments:

Post a Comment