Thursday, January 1, 2015

Menyoal film King Suleiman ANTV

Tanggal 23 Desember 2014, saya pernah menulis dalam status di Facebook  saya tentang film King Suleiman yang diputar di stasiun televisi ANTV.


Setelah sempat heboh dengan mini seri Jodha Akbar beberapa waktu yang lalu, kali ini, umatpun dibuat resah dengan kemunculan mini seri King Suleiman. Jika saja kita memahami bahwa industri perfilman tentu akan selalu begitu, suatu cerita yang kemudian diangkat kedalam bentuk visual tertentu pasti akan mengalami pengembangan dan bahkan perubahan dari cerita itu sendiri. Sutradara tentu akan mempertimbangkan selera pasar dan prospek iklan yang dapat ia sedot dari tayangan yang ia produksi. Belum lagi bila dibalik itu semua terdapat agenda lain yang tersembunyi.




Sedikit sekali cerita yang diadopsi kedalam bentuk film layar lebar maupun mini seri yang sesuai dengan kisah aslinya.


Lihat saja contohnya film G-30S PKI yang terkait sejarah bangsa ini dimasa lalu. Terus lihat juga misalnya film kolosal Saur Sepuh yang justru diangkat dari sandiwara radio namun memiliki perbedaan besar diantara keduanya. Bahkan, film yang diangkat dari sejarah dan fakta terbarupun tidak luput dari perubahannya sebagaimana kita lihat dalam film Hijrah Cinta yang seharusnya merupakan film biografi alm. Uje. Bila anda mengikuti semua dokumenter dan kesaksian dari para keluarga serta orang-orang terdekat beliau menjelang wafatnya, tentu akan mengetahui perbedaan antara fakta dan fiksi dalam film itu.


Menarik juga bila kita melihat mini seri Mahabharat versi Star Plus yang baru-baru ini tayang dan menghebohkan itu. Ceritanya jauh berbeda dengan versi Mahabharat lain yang sudah ada dan bahkan termasuk dari kitabnya sendiri.


So. Jika kemudian sekarang mini seri King Suleiman digugat, saya tidak heran. Sejak awal melihat pakaian para pemaiannya saja saya sudah langsung dapat menyimpulkan bila film itu cuma film picisan yang hanya mengumbar aurat perempuan yang diatasnamakan sebagai bagian dari sejarah kerajaan agama Islam di Turki.


Parameter yang digunakan untuk penilaian itu tidak perlu rumit, cukup sandingkan ia dengan al-Qur'an. Apa kata al-Qur'an tentang aurat wanita dan bagaimana film itu menampilkan aurat para artis wanitanya. Jika ia vulgar maka dapat dipastikan itu cuma film murahan. Jika memang ingin tetap menontonnya, ya anggap saja seperti sedang menonton film kartun Donald Bebek atau Tom and Jerry. Filmnya binatang.


Tambahan dari status 01 Januari 2015.


Setelah kemudian menuai kontroversi dimasyarakat, pihak ANTV lalu merubah judul seri tersebut dirubah dari King Suleiman menjadi Abad Kejayaan.


Dalam penjelasan di Republika, Coorporate Communications Manager ANTV, Nugroho Agung Prasetyo mengatakan bahwa King Suleiman merupakan tayangan drama yang terinspirasi dari sejarah yang berlatar belakang kerajaan Ottoman. Meski terinspirasi dari sejarah, drama ini murni kisah fiksi. Kisah drama tersebut lebih berfokus pada romantika dan intrik.


Entahlah. Tapi menurut saya hal ini kurang tepat dan mengada-ada. Jika memang itu fiksi maka harusnya jangan menggunakan ketokohan dari Sultan Sulaiman Al Qanuni. Pihak pembuat film ini dapat menggunakan tokoh yang juga fiksi dan membuatnya seolah menjadi salah satu kerabat istana dalam pemerintahan Ottoman tanpa sama sekali merusak atau mengatasnamakan sejarah asli Khalifah kesepuluh dalam Khilafah Ustmaniyah ini.


Saya adalah anak-anak yang besar pada era 80-an. Waktu itu ada satu sandiwara radio terkenal berjudul Saur Sepuh dengan tokoh utamanya Brama Kumbara. Sandiwara radio ini sempat di filmkan dalam format layar lebar sebanyak 5 episode. Tokoh Brama Kumbara dengan kerajaannya bernama Madangkara yang menjadi sentral cerita adalah tokoh dan cerita fiksi. Tidak pernah ada. Tetapi ia terinspirasi dari banyak sejarah kerajaan masa lalu. Makanya dalam berbagai episodenya dikisahkan bagaimana kedekatan dan mixing cerita Brama Kumbara dengan raja-raja dari Majapahit (Wikramawardhana) maupun Pajajaran (Prabu Siliwangi). Tapi tak ada satupun sisi sejarah yang dirubah dan diacak-acak dalam karya almarhum Niki Kosasih tersebut meskipun Brama diceritakan menjadi bagian cerita dari peristiwa perang paregreg hingga pembuatan Telaga Renamahawijaya.


Itu baru cerita fiksi yang sesungguhnya, bukan seperti seri King Suleiman alias Magnificent Century.


Sekarang, saya copy-pastekan sejarah asli dari Sultan Sulaiman al-Qanuni tersebut.


Pemimpin Muslim yang didapuk peradaban Barat dengan gelar ‘Solomon the Magnificient‘ atau ‘Solomon the Great‘ itu adalah Sultan Sulaeman I. Sulaeman pun tersohor sebagai negarawan Islam yang terulung di zamannya. Kharismanya yang begitu harum membuat Sulaeman dikagumi kawan dan lawan. Di masa kekuasaannya, Kekhalifahan Turki Utsmani memiliki kekuatan militer yang sangat tangguh dan kuat.




Sultan Sulaiman pun begitu berjasa besar penyebaran agama Islam di daratan Eropa. Ketika berkuasa, Sulaiman Agung – begitu orang Barat menjulukinya – berhasil menyemaikan ajaran Islam hingga ke tanah Balkan di Benua Eropa meliputi Hongaria, Beograd, dan Austria. Tak cuma itu, dia pun sukses menyebarkan ajaran Islam di benua Afrika dan kawasan Teluk Persia.


Gelar Al-Qanuni yang melekat pada nama besarnya dianugerahkan atas jasanya dalam menyusun dan mengkaji sistem undang-undang Kesultanan Turki Usmani. Tak hanya menyusun, Sultan Sulaeman pun secara konsisten dan tegas menjalankan undang-undang itu. Sulaiman menerapkan syariah Islamiyah dalam memimpin rakyat yang tersebar di Eropa, Persia, Afrika, serta Asia Tengah.


Masa pemerintahannya terbilang sangat panjang, jika dibandingkan Sultan-Sultan Ottoman lainnya. Selama berkuasa selama 46 tahun, Sultan Sulaeman begitu banyak mencapai kemenangan dalam berbagai peperangan. Sehingga, wilayah kekuasaan Kesultanan Usmani terbentang dari Timur ke Barat.


Kecintaannya pada ilmu pengetahuan diwujudkannya dengan mendirikan Universitas As-Sulaimaniyah. Sama seperti halnya pembangunan masjid Agung Sulaiman, pembangunan perguruan tinggi itu dilakukan oleh arsitek ulung bernama Mimar Sinan. Sultan Sulaiman pun sempat menulis salinan Alquran dengan tangannya sendiri. Kini, salinan Alquran itu masih tersimpan di Masjid Agung Sulaiman.


Ahli strategi militer yang sangat brilian itu ternyata juga menggemari sastra. Syair dan puisi yang diciptakannya tercatat sebagai salah satu hasil karya sastra terbaik di dunia Islam. Saat berkuasa, dia menyeponsori angkatan bersenjata yang terdiri dari para seniman, para pemikir agama, dan filsuf. Sulaiman menciptakan Istanbul sebagai pusat peradaban Islam di abad ke-16 M. Ia memerintahkan pembangunan sederet megaproyek seperti membangun jembatan, masjid, istana, serta universitas. Pembangunan yang berdenyut di ibu kota peradaban dunia, saat itu tercatat sebagai proyek yang terbesar di dunia.


Sederet megaproyek yang dibangun pada saat itu dikendalikan secara langsung oleh seorang arsitek brilian dalam sejarah manusia, yakni: Mimar Sinan. Masjid Agung Sulaiman yang dirancang dan dibangun Sinan diyakini sebagai kemenangan terbesar perdaban Islam dalam bidang arsitektur. Saat berkuasa, Sultan Sulaiman merenovasi Kubah Batu di Yerusalem. Selain itu, dia juga memperbaiki tembok kota suci ketiga bagi umat Islam itu. Salah satu peran lainnya, Sultan Sulaiman juga merenovasi Ka'bah di Makkah serta membangun sebuah kompleks di Damaskus.


Pada masanya, Istanbul juga menjadi pusat perkembangan seni visual, musik, menulis, dan filsafat di dunia Islam. Berseminya kebudayaan di era kekuasaan Sultan Sulaiman menunjukkan betapa Kerajaan Usmani telah mencapai puncak kejayaannya. Sejarah juga mencatat Sulaiman sebagai sultan terhebat di Kerajaan Usmani.



Lebih detil silahkan melalui link:http://www.republika.co.id/berita/shortlink/38536


 Armansyah, Palembang



No comments:

Post a Comment