Saturday, September 19, 2015

Memahami hikmah Tawaf

Ka'bah, ia bagaikan matahari yang merupakan pusat sistem tata surya ini, dan manusia-manusia yang mengelilinginya bak bintang-bintang yang beredar dalam orbitnya. Dengan Ka'bah ditengah-tengah, gerombolan manusia tersebut mengelilinginya didalam sebuah gerakan yang sirkular.


ilustrasi-semesta


Ka'bah melambangkan konstansi dan keabadian Allah, sedang jutaan manusia dalam berbagai bentuk, rupa, warna kulit, bahasa dan asal negara yang berbeda-beda yang bergerak mengelilinginya itu melambangkan aktivitas dan transisi makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang terjadi secara terus-menerus.



tawaf-sekeliling-Baitullah




Dalam perjalanan waktunya, Ka'bah akan tetap konstan ada disana sementara jutaan manusia yang bertawaf mengitarinya akan saling silih berganti dan berubah-ubah dari waktu kewaktu.


Tawaf mengajarkan arti kehidupan kepada jemaahnya. Perhatikan ritme gerakan kita ketika sedang bertawaf. Posisi kita senantiasa berubah-ubah ditengah arus jutaan manusia yang bersama-sama berputar mengelilingi baitullah. Bisa jadi pada titik tertentu kita berada sangat dekat dengan Ka'bah dan bahkan dapat menyentuhnya serta mencium Hajarul Aswad. Namun pada kesempatan lain kita boleh jadi tersingkir menjauh dan berjarak dengan Ka'bah. Seberapa jauh jarak antara kita dan Ka'bah tergantung dari jalan dan konsistensi kekuatan kita dijalan sistem tawaf itu.


Inilah hakekatnya. Didalam hidup kita kadang merasa jauh dari Tuhan. Kita seolah berjarak dengan-Nya. Terombang-ambing oleh arus kehidupan dunia yang memaksa kita terlempar jauh dari Allah.


Islam adalah ajaran yang penuh fitrah. Tidak bersifat doktrinal semu yang hanya dapat dimengerti oleh segelintir orang bergelar kyai, ustadz, syaikh, habaib atau lainnya. Jalan Allah adalah jalannya umat manusia. Untuk dapat menghampiri Allah terlebih dahulu kita harus menghampiri manusia, menghampiri makhluk-Nya. Untuk mencapai kesalehan kita harus benar-benar terlibat dalam permasalahan yang dihadapi oleh umat, oleh masyarakat.


Kita tidak boleh bersikap sebagai rahib yang memencilkan diri didalam biara, menjauh dari kompleksitas dunia, menghindari peliknya kehidupan berumah tangga, berpolitik, ekonomi, hukum dan sebagainya. Kita harus terjun kelapangan dan terlibat secara aktif. Melalui cara inilah kita dapat menghampiri Allah.


menghadap_Kabah


Renungkanlah lagi posisi kita dalam bertawaf disekeliling baitullah. Kita tidak boleh berhenti dibagian manapun dari Ka'bah selama arus perputaran aktivitas manusia yang bertawaf kepadanya terus berjalan. Kita harus ikut terbenam dan hanyut dalam gelora lautan manusia yang gegap gempita mengitari Ka'bah atau jika kita nekad berhenti maka kita akan binasa karena terinjak dan tertabrak. Kita harus aktif berkarya, berbuat dan menjalankan semua aktifitas hidup ini dalam lingkaran ibadah kepada-Nya, sebab kita merupakan Khalifah Allah.


Salam dari Palembang Darussalam.
18 September 2015.


Armansyah, M.Pd
http://armitravel.com
http://arsiparmansyah.wordpress.com



No comments:

Post a Comment