Umat Islam dan umat kristen sama-sama mengakui eksistensi dari Isa al-Masih atau yesus kristus sebagai utusan yang datang dari Tuhan. Hanya saja yang membedakan kepercayaan dari keduanya adalah tentang status rasuli dari putra Maryam ini. Dimana bagi umat Islam, Isa al-Masih adalah seorang Nabi dan Rasul seperti juga Nabi dan Rasul Allah lainnya yang pernah diutus Allah kepada manusia pada jamannya. Kedudukan Isa atau yesus sebagai "utusan surgawi" sama seperti halnya kedudukan dari Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Yunus, Nabi Yahya, Nabi Ismail, Nabi Ishaq, Nabi Ya'kub, Nabi Sulaiman, Nabi Daud dan sebagainya, termasuk Nabi Muhammad SAW.
Sebaliknya umat kristen, mempercayai bila sosok Isa al-Masih atau yesus kristus adalah Tuhan itu sendiri yang mewujud dalam bentuk daging yang diperanakkan oleh perawan Maryam untuk menebus dosa manusia yang telah dilakukan oleh Adam 'alayhissalam.
Konsep Isa al-Masih pada kristen ini jelas bertentangan dengan akidah Islam yang secara jelas meyakini eksistensi beliau selaku manusia biasa yang diangkat sebagai Nabi dan Rasul Allah. Bagi umat Islam, konsep Tauhid atau satu Tuhan menjadi konsep yang paling prinsip dan utama yang tak ada nilai tawar. Bahwa Allah itu Maha Esa, Allah merupakan tempat segala sesuatu bergantung, Allah tidak memiliki anak ataupun diperanakkan serta tak ada apapun yang dapat menyerupai-Nya.
Dengan begitu maka dialog antar agama yang boleh dibangun untuk menjembatani komunikasi umat beragama, khususnya Islam-Kristen, tidak dapat melewati batasan tersebut diatas. Ada hal prinsip yang tak boleh dilanggar dan dipaksakan. Diluar dari itu, kita dapat sama-sama saling menghargai dan menghormati atas dasar kesepakatan pengakuan terhadap keberadaan Isa atau yesus dari sisi sejarah (dikenal juga dengan istilah Historical Yesus) serta status beliau selaku utusan dari Allah. Tidak lebih dari itu.
Hal ini berbeda dengan kepercayaan umat Yahudi serta Bani Israel lain secara umum yang menolak eksistensi yesus sebagai Nabi dan Rasul Allah. Mereka beranggapan putra Maryam ini hanya sebagai seorang pendusta, seorang yang mengaku-aku sebagai Nabi sehingga kemudian pada masanya, Rasulullah Isa diburu serta dihukum diatas kayu salib.
Beranjak dari perspektif ini, maka seharusnya antar umat Islam dan Kristen dapat saling bekerjasama dan lebih menghormati dibanding kepada bangsa yahudi atau suku-suku dari Bani Israel lainnya. Kita masih punya satu benang merah yang dapat disambungkan agar tidak saling bertikai, meskipun dari sudut akidah ketuhanan, kita tetap berbeda. Kembalikan lagi pada konsep lakum dinukum waliyadin. Bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Jabarannya : La a'budu ma ta'budun : Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah, wala antum 'abidu nama'abud : dan tidak pula kamu menyembah apa yang aku sembah. (Surah al-Kaafirun [109]).
Jadi kita sama-sama tak perlu ribut untuk memaksakan keyakinan agamanya pada orang lain, terlebih menyangkut status dari Isa al-Masih alias yesus kristus. Umat Islam, sudah tahu dan kenal serta mengimani eksistensi beliau 'alayhissalam selaku utusan Tuhan yang Maha Esa.
Demikian sedikit coretan singkat yang mungkin dapat menjadi jembatan kesepahaman antara kedua umat beragama.
11 Nopember 2014.
Bumi Palembang Darussalam.
Armansyah
Penulis Buku "Rekonstruksi Sejarah Isa al-Masih"
Penerbit : Restu Agung Jakarta - 2007
ISBN : 979-007-048-9
No comments:
Post a Comment