Catat : Islam tidak mengajarkan pemisahan antara ritualitas ibadah vertikal dengan kehidupan dibidang apapun. Agama itu mixed dengan setiap gerak langkah, nafas dan pikir. Tidak ada pengkotak-kotakan bahwa ini urusan agama dan ini urusan politik, ini urusan agama dan ini urusan seni, ini urusan agama dan ini urusan bisnis, ini urusan agama dan ini urusan pendidikan akademik..... dan seterusnya. Agama tidak untuk di politisasi namun politiklah yang diagamaisasi. Agama tidak untuk dibisniskan namun bisnislah yang diagamakan. Demikian seterusnya termasuk untuk akademik, wajib di Islamisasi bagi para insan akademisi muslim. Itulah yang benar.
Jika ada muslim yang mengkotak-kotakkan antara agama dan dunia, itu adalah muslim yang tidak tahu kemuslimannya atau juga muslim yang terkontaminasi virus-virus liberalisme dan sejenisnya. Jika ada yang masih ingin mendebat ayat-ayat Allah tentang hal ini, maka hadirkan fakta sejarah, sampaikan bagaimana Daud dan Sulaiman menjalankan pemerintahan mereka berdasar undang-undang Allah. Bagaimana seorang Muhammad menjalankan pemerintahan di Madinah juga berdasar undang-undangnya Allah. Lihat juga bagaimana para Khalifah menjalankan pemerintahan mereka berdasar undang-undangnya Allah. Mereka semua tidak menjalankan syariat manusia, tapi mereka menjalankan syariat Allah, terlepas seperti apapun bentuk pemerintahan yang ada pada mereka. Intinya, tidak ada pemisahan antara dunia dan akhirat.
Bayangin, Islam itu mengatur bukan cuma teknis ritual ibadah wajib saja. Bahkan sampai mau masuk ke WC ada bacaannya, mau tidur saja ada rekomendasi arah menghadapnya, mau makan ada bacaan dan adabnya, mau melangkah kekamar mandi dan melangkah kemasjidpun ada aturan kakinya, mau minum juga ada adab tangannya dan seterusnya dan sebagainya. Apalagi untuk urusan kepemimpinan yang menentukan kemaslahatan umat, untuk urusan bisnis yang didalamnya ada perniagaan antara halal dan harom, untuk urusan edukasi yang didalamnya ada pembinaan akhlak dan perilaku.
Islam is perfect but we are not. If we make mistakes, Blame it on us not on ISLAM.
Palembang, 27 April 2014
Armansyah.,