Tuesday, April 22, 2014

Politik dimata saya (Memahami dilema PKS dan Koalisi Parpol Islam)

Oleh : Armansyah


Siang ini ada sahabat Palembang yang bertanya pada saya, intinya, jika andaikata PKB dan PKS merapat ke Jokowi, apa saya masih tetap bergeming dengan pendirian saya untuk tidak berijtihad yang sama?


Jawab saya, saat ini sebenarnya saya tidak suka berandai-andai demikian dan lebih menyukai wacana perwujudan koalisi antar parpol Islam dan parpol berbasis massa Islam. Saya berusaha untuk tidak terjebak pada 'ashobiyah dalam hidup ini. Mari kita hindari dulu tafarruk (perpecahan) serta ta'ashub (fanatik golongan). Tapi jikapun misalnya disebutkan seperti pertanyaan itu memang terjadi, maka saya tegaskan bahwa saya bukan orang yang suka ikut-ikutan. Memilih PKS pada pileg kemarin adalah suatu ijtihad politik saya dengan banyak pertimbangan rasional. Dan ijtihad waktu itu sangat boleh jadi ikut berubah (inqilab) ketika apa yang semula saya yakini itu ternyata menyimpang.




Jujur saja, pada waktu pilgub Sumatera Selatan, saya tidak memilih pasangan koalisi yang terbentuk antara PKS dan PDIP, saya justru menjatuhkan pilihan pada Golkar (yaitu pasangan Alex Noerdin-Ishak Mekki). Itu ijtihad politik saya dengan sekali lagi-- melalui semua pertimbangan rasionalitas dan keagamaannya. Sehingga, adalah suatu keniscayaan tersendiri bila nanti saya akan berbeda jalan dengan PKS dalam pilpres jika partai ini saya anggap tidak dapat mewakili aspirasi politik saya.



Tapi tetap harapan saya dan mimpi saya adalah per-2014 ini terwujudnya koalisi diantara parpol Islam itu sendiri menjadi suatu keniscayaan dan keharusan.


koalisiparpol-islam


Politik dimata saya adalah bagian dari dakwah Robbaniyah, bukan dakwah 'alaiyah (kepadaku) maupun dakwah 'alaina (kepada golongan kami). Berpolitik adalah salah satu cara untuk mencapai Izzatul Islam wal Muslimin.



Palembang, 15 April 2014.
Mgs. Armansyah Sutan Sampono Azmatkhan.

No comments:

Post a Comment