Friday, November 25, 2016

Setiap kita adalah Guru...

Setiap kita adalah guru...
Oleh. Armansyah


Selamat Hari Guru Nasional, 25 November 2016 kepada para guru, dosen dan ulama/ustadz.


Pada hakekatnya setiap orang dari kita adalah guru. Orang yang memberikan keteladanan, orang yang mengajarkan ilmu.


Hanya saja ada guru formal yang bekerja pada sebuah instansi tertentu ada juga guru non formal. Ada guru dengan status keprofesian khusus serta ada juga guru dalam bentuk multi profesinya.


Saat kita membuang sampah sembarangan, ada anak kecil yang melihat lalu meniru perbuatan kita itu, maka saat itu kita sudah menjadi guru dari sang anak.


Saat kita marah dan menghardik orang tua... dilihat sama anak-anak dan nanti pada waktunya mereka akan melakukan hal yang sama juga, maka saat itu kita adalah guru bagi anak-anak tersebut,


Jadi... benarlah sabda Rasulullah bahwa setiap kita adalah pemimpin dan setiap kita akan diminta pertanggungan jawab atas kepemimpinan kita.


Minimal kita adalah pemimpin untuk diri kita sendiri... kita adalah guru bagi diri kita. Disadari atau tidak.... diakui ataupun tidak...


Olehnya, ulama -- menurut Rasulullah-- ada juga ulama yang baik dan ulama yang buruk. Dalam pengertian kebahasaan, ulama itu adalah kumpulan orang-orang yang berilmu pengetahuan tinggi dan orang yang mengajarkan ilmunya.


Sehingga ada orang yang berilmu dan mengajarkan ilmu batil (ilmu yang salah/ilmu sesat/keteladanan buruk) pada orang lain, begitupula ada orang yang sebaliknya.


Jadi, sekali lagi... selamat hari guru bagi semuanya.
Teruslah belajar untuk menjadi sosok guru, sosok dosen dan sosok pendidik yang baik... yang memberikan uswatun hasanah pada orang lain. Yang memberikan ilmu bermanfaat. Karena sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.


Hindari perbuatan-perbuatan tidak terpuji apalagi sampai bermulut sampah sebagaimana si ahok sang penista agama.... manalah benar seorang pejabat punya kelakuan dan ucapan penuh kekejian, sumpah serapah yang kalimat-kalimatnya dipenuhi oleh nama-nama kebun binatang dan kotoran.


Entah bagaimana ceritanya dia bisa lolos verifikasi mental dulunya... sedangkan untuk melamar sebagai karyawan saja kita mesti melampirkan SKCK .... hadeeh. Ya sudahlah, mari kita jadikan dia sebagai contoh buruk yang tidak layak dipilih dan diteladani.


Sebuah hadist saya lampirkan pada kesempatan kali ini...




Sunan Darimi 223: Ibnu Mas'ud pernah berkata: 'Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda kepadaku: Hendaklah kalian belajar ilmu, dan ajarkanlah kepada manusia, pelajarilah ilmu fara`idl dan ajarkanlah kepada manusia, pelajarilah Al Qur`an dan ajarkanlah kepada manusia, karena aku seorang yang akan dipanggil (wafat), dan ilmu senantiasa akan berkurang sedangkan kekacauan akan muncul hingga ada dua orang yang akan berselisih pendapat tentang (wajib atau tidaknya) suatu kewajiban, dan keduanya tidak mendapatkan orang yang dapat memutuskan antara keduanya".



Salamun 'ala manittaba al-Huda.


Armansyah, S.Kom, M.Pd,
Guru, Dosen sekaligus Murid


Tulisan asli : https://web.facebook.com/armansyah/posts/10154648424678444

Hukum Demo menurut Islam

Banyak umat Islam masih belum memahami hukum aksi (demonstrasi) dalam pandangan Islam. Apakah aksi (demonstrasi) diperbolehkan atau dilarang? 


Nah, bicara masalah demonstrasi haruslah dalam tinjauan ta`shili (mendasar), dibahas berdasarkan qawa'id ushul dan fiqh yg ada.


Kalau dituduh demonstrasi tak pernah ada dalam sejarah Islam maka orang itu perlu piknik lagi ke buku-buku sejarah.


Demonstrasi besar pernah dilakukan para fukaha Hanbaliyyah dan Syafi'iyyah yg dipimpin oleh Abu Ishaq Asy-Syirazi di Bagdad menuntut ditutupnya tempat maksiat.


Di tahun yg sama juga terjadi demo besar menuntut ditangkapnya penghina sahabat yg dibekingi seorang kepala polisi di Bagdad. Itu di abad keempat hijriyyah yg direkam oleh Ibnu Al-Jauzi dalam kitab Al Muntazham fii Tarikh Al Muluk wa Al Umam vol. 16 hal. 139


Juga demo besar yg dipimpin oleh Ibnu Taimiyah untuk menangkap penghina Nabi yg karena itulah dia menulis buku pertamanya, Ash-Sahrim Al Maslul.


Itu kalau bicara sejarah, belum lagi bicara fikihnya. Kalaupun dia mengakibatkan dampak negatif, maka harus dilakukan pemeriksaan illat dan tahqiq al manath, bagaimana kalau illatnya hilang.


Kalau begitu keadaannya berarti dia pada dasarnya mubah dan bisa berubah hukum sesuai perubahan dampak.
=====================================


Juga ada hadits yg diriwayatkan oleh An-Nasa`iy dalam al kubra, Al Baihaqi juga dalam al kubra serta Ath-Thabari dalam Tahdzib Al-Atsar:


أخبرنا قتيبة بن سعيد قال نا سفيان عن الزهري عن عبد الله بن عبد الله بن عمر عن إياس بن عبد الله بن أبي ذباب قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : لا تضربوا إماء الله فجاءه عمر فقال قد ذئر النساء على أزواجهن فأذن لهم فضربوهن فطاف بآل رسول الله صلى الله عليه و سلم نساء كثير فقال النبي صلى الله عليه و سلم لقد طاف بآل محمد صلى الله عليه و سلم الليلة سبعون امرأة كلهم يشتكين أزواجهن ولا تجد أولئكم خياركم


Dari Iyas bin Abdullah bin Abi Dzubab yg berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jangan kalian memukul para hamba wanita Allah.


MAka datanglah Umar mengadukan kelancangan para istri kepada suami sehingga Rasulullah mengizinkan untuk memukul. Lalu datanglah para wanita beramai-ramai di rumah Nabi hingga akhirnya beliau berasbda, "Malam ini telah berkerumun 70 orang wanita di rumah keluarga Muhammad mengadukan tindakan suami mereka. Sesungguhnya para suami itu bukanlah orang terbaik diantara kalian."


Ada orang berusaha melemahkan istidlal dgn hadits tujuh puluh sahabiyyah yg mengadukan suami mereka kepada Nabi dgn alasan haditsnya mursal karena Iyaz bin Dzubab tabi'i tapi dia dikuatkan oleh Ummu Kaltsum binti Abi Bakar yg juga mursal, sehingga kedua mursal ini saling menguatkan.


Jawabnya, hadits ini ternyata tidak mursal karena terbukti bahwa Iyas bin Abdullah bin Abi Dzubab adalah shahabi sebagaimana yg dikatakan oleh Abu Hatim dan Abu Zur'ah. Bahkan dikuatkan lagi leh riwayat Ummu Kultsum yg mursal sehingga hadits ini menjadi shahih.


Kedua, dia katakan bahwa ini qiyas tidak tepat karena yg terjadi kala itu adalah demo tanpa koordinasi, sedangkan yg sekarang ada koordinasi.


Lah, kalau yg tanpa koordinasi atau spontan saja boleh maka yg terkoordinasi, ada korlapnya, ada pemberitahuan ke aparat dan sebagainya tentu lebih boleh lagi. Justru ini adalah mafhum muwafaqahnya. Maka orang itu perlu belajar lagi menggunakan qiyas.


Kalau kemudian muncul argumen bahwa pendalilan dgn kisah shohabiyat tersebut sangat tidak cocok dgn makna demontrasi mengingat mereka datang bukan untuk aksi protes. tapi sebatas mengadukan suaminya pada Rasulullah, maka  itulah dia yg dinamakan demo, memprotes dan mengadukan kezaliman suami mereka kepada penguasa, persis dgn yg mau dilakukan ummat terhadap Ahok mengadukan tindakan Ahok kepada pihak berwenang agar dia ditangkap persis dgn apa yg dilakukan Abu Ishaq Asy-Syriazi dan Ibnu Taimiyah


Sekali lagi, datangnya para wanita tersebut berdemo mengadukan tindakan suami mereka kepada Rasulullah masuk ke dalam salah satu bentuk demonstrasi mengadukan nasib kepada pemimpn agar mendapat keadilan. Itu termasuk salah satu bentuk demonstrasi menurut istilah.






ابن تيمية يشترك في المظاهرة؟؟
قال ابن كثير في (( البداية والنهاية )) ج 17 ص 665-666 ط هجر :


[وَاقِعَةُ عَسَّافٍ النَّصْرَانِيِّ]


كَانَ هَذَا الرَّجُلُ مِنْ أَهْلِ السُّوَيْدَاءِ قَدْ شَهِدَ عَلَيْهِ جَمَاعَةٌ أَنَّهُ سَبَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَقَدِ اسْتَجَارَ عَسَّافٌ هَذَا بِابْنِ


أَحْمَدَ بْنِ حَجِّيٍّ أَمِيرِ آلِ عَلِيٍّ، فَاجْتَمَعَ الشَّيْخُ تَقِيُّ الدِّينِ ابْنُ تَيْمِيَةَ، وَالشَّيْخُ زَيْنُ الدِّينِ الْفَارِقِيُّ شَيْخُ دَارِ الْحَدِيثِ، فَدَخَلَا عَلَى


الْأَمِيرِ عِزِّ الدِّينِ أَيْبَكَ الْحَمَوِيِّ نَائِبِ السَّلْطَنَةِ، فَكَلَّمَاهُ فِي أَمْرِهِ، فَأَجَابَهُمَا إِلَى ذَلِكَ، وَأَرْسَلَ لِيُحْضِرَهُ، فَخَرَجَا مِنْ عِنْدِهِ وَمَعَهُمَا


خَلْقٌ كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، فَرَأَى النَّاسُ عَسَّافًا حِينَ قَدِمَ وَمَعَهُ رَجُلٌ مِنَ الْعَرَبِ، فَسَبُّوهُ وَشَتَمُوهُ، فَقَالَ ذَلِكَ الرَّجُلُ الْبَدَوِيُّ: هُوَ خَيْرٌ


مِنْكُمْ. يَعْنِي النَّصْرَانِيَّ، فَرَجَمَهُمَا النَّاسُ بِالْحِجَارَةِ، وَأَصَابَتْ عَسَّافًا، وَوَقَعَتْ خَبْطَةٌ قَوِيَّةٌ، فَأَرْسَلَ النَّائِبُ، فَطَلَبَ الشَّيْخَيْنِ ابْنَ


تَيْمِيَةَ وَالْفَارِقِيَّ، فَضَرَبَهُمَا بَيْنَ يَدَيْهِ، وَرَسَمَ عَلَيْهِمَا فِي الْعَذْرَاوِيَّةِ، وَقَدِمَ النَّصْرَانِيُّ، فَأَسْلَمَ وَعُقِدَ مَجْلِسٌ بِسَبَبِهِ، وَأَثْبَتَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ


الشُّهُودِ عَدَاوَةً، فَحَقَنَ دَمَهُ، ثُمَّ اسْتَدْعَى بِالشَّيْخَيْنِ فَأَرْضَاهُمَا وَأَطْلَقَهُمَا، وَلِحَقِّ النَّصْرَانِيُّ بَعْدَ ذَلِكَ بِبِلَادِ الْحِجَازِ، فَاتَّفَقَ قَتْلُهُ


قَرِيبًا مِنْ مَدِينَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَتَلَهُ ابْنُ أَخِيهِ هُنَالِكَ، وَصَنَّفَ الشَّيْخُ تَقِيُّ الدِّينِ ابْنُ تَيْمِيَةَ فِي هَذِهِ الْوَاقِعَةِ


كِتَابَهُ " الصَّارِمَ الْمَسْلُولَ عَلَى سَابِّ الرَّسُولِ ".




Apakah Ibnu Taimiyah tidak tahu atau tak kuasa ketika dia diikuti massa?


Di sini kita nukilkan dari kitab Al-Muqtafa 'ala Kitab Ar-Raudhatain, atau Tarikh Al-Birzali jilid 2 hal. 363.
Pada yg saya beri garis merah jelas saat Ibnu Taimiyah dan Al-Fariqi melaporkan masalah Nashrani yg menghina Rasulullah itu mereka diikuti oleh jumlah massa yg besar. Kalau mau dikatakan mereka tak punya kuasa setidaknya mereka bisa melarang massa untuk mengikuti mereka, atau menyampaikan hujjah bahwa apa yg mereka lakukan itu tidak betul karena termasuk muzhaharah, beramai-ramai mendatangi penguasa.



Tapi pada faktanya, mereka membiarkan jumlah massa yg besar itu mengikuti mereka menuju istana Najmuddin Aibak Al-Hamawi.



Kemudian pulangnya terjadilah provokasi oleh si arab badui yg menyebabkan si Assaf yg menjadi pelindung Nashrani penghina Rasulullah itu dipukul.


Tapi tak sedikitpun Ibnu Taimiyah menyalahkan massa yg terbakar emosi kala itu.



Kemudian di akhir paragraf bahasan ini Al-Birzali juga menyebutkan bahwa massa menyalahkan sikap Najmuddin Aibak yg terkesan menyalahkan massa dan kedua syekh ini. Lalu Adz-Dzahabi dalam kitab Tarikh Al Islam mencoba menganalisa perbuatan Aybak itu disebabkan karena ta'assub kesukukan karena sesama orang Turki. Entah benar atau tidak analisa Adz-Dzahabi tersebut yg jelas NAjmuddin Aybak telah berlebihan yg seharusnya menghukum penista Nabi malah menghukum yg memukul pelindungnya.


Memang fi'il ulama itu bukan dalil hanya menunjukkan bahwa hal itu biasa terjadi tanpa pengingkaran dan itu menunjukkan mereka membolehkah. Dengan kata lain tulisan ini sifatnya hanya membantah orang yg mengatakan bahwa demonstrasi itu tidak pernah terjadi di masa-masa awal Islam. Dalam hal ini kalau mau main usul fikih, maka dalilnya adalah istish-hab haal, maka yg dipertanyakan mana dalil yg melarang perkara itu padahal itu adalah 'aadah, bukan ta'abbudiyyah.


Jadi hukum demo tidak bisa melihat perkasus, tapi dibahas dulu berdasarkan kaidah usul fikih yg ada terutama kaidah Al-Istish-haab. Untuk masalah ibadah dicari dalil yg mensyariatkan. Untuk masalah dunia dicari dalil yang melarang. Kalau tak ada yg melarang maka boleh pada asalnya. Namun yg boleh bisa berubah jadi haram tergantung efeknya, dan efek bisa berbeda antara kasus satu dgn yg lain.


Masalah baik dan buruk efek yang timbul dari sebuah demo akhirnya itu menjadi relatif dan belum bisa mengubah hukum asal demonstrasi yg merupakan adat dan setiap adat itu mubah sampai ada landasan kuat melarangnya. Atau yg dalam bahasa usul fikih sekali lagi disebut tahqiq manath.


Di sinilah perlunya kita menentukan dulu illat dari masalah ini apa? kemudian alaqah yg dipakai dalam qiyas itu dianggap mutastsir atau tidak tergantung pada illat apa yg kita bahas. Nah larangan dalam demo ini sendiri illatnya apa?


Kalau yg dijadikan illat adalah adanya kumpul-kumpul menyuarakan aspirasi maka yg dilakukan semua sahabiyyah itu adalah berkumpul menyuarakan satu aspirasi yg sama, itu malah bukan qiyas lagi tapi madlul. Maka, adanya kesepakatan atau koordinasi di awal ataupun tidak tidak berpengaruh (mu`atstsir) pada berbedanya hukum yg akan dihasilkan.


Demo/unjuk rasa utk mendorong pemerintah/ulil amri utk menuntut dan menghukum pelaku penistaan agama sdh sesuai dgn konstitusi dan diatur dlm UU, dikawal oleh aparat, apalagi didukung oleh ulil amri (para ulama jg ulil amri). Mari kita juga harus dapat menghormati para ulama di MUI, ormas2 islam besar, mereka tentu punya keilmuan dan kapasitas, tidak akan mungkin mereka berani melakukan sebuah amaliyah jika tidak yakin dapat dibenarkan secara syari'at. Disamping itu mereka jg punya hubungan dekat dgn jajaran aparat dan pemerintah.


Apapun yg terjadi dalam akhir sebuah kasus aksi demo maka itulah namanya haditatsatul 'ain, dan tak mengubah hukum asal demo yg MUBAH itu !!! Misalnya aksi damai demo 411, diujungnya seakan dikesankan menjadi ricuh sehingga terjadi tembakan gas air mata dan peluru karet dari aparat kearah peserta aksi damai. Maka kejadian ini tidak lantas merubah hukum asal demo yang mubah.


Toh dmo yg dilakukan penduduk Bagdad menangkap penghina sahabat dan Abu Ishaq Asy-Syirazi tak berlangsung ricuh. Demo di masa Ibnu Taimiyah ricuh tapi Ibnu Taimiyah tak menyalahkan pendemo. Demo menuntut berlakunya UU perkawinan tahun 1974 memakan banyak korban tapi alhamdulillah dgn itu UU tersebu berlaku hingga kita bisa nikah secara Islam. Demo menentang pelarangan jilbab era 80-an banyak memakan korban tapi setelah itu alhamdulillah bebas kita pakai jilbab di sekolah negeri sampai hari ini.


Disarikan dari diskusi dan status maya Ustadz Anshari Taslim, Lc.

Thursday, November 10, 2016

Catatan Aksi Damai Bela Islam 04 Nov 2016 Bag. 5

Catatan Aksi Damai Bela Islam 04 Nov 2016
Oleh. Armansyah


Bagian 5
Fitnah Cipulir


Malam itu bagi yang ada dilokasi kejadian depan istana, sudah bak dalam film-film perang saja layaknya. Suara tembakan membahana memecah kesenyapan angkasa. Entah apakah semua tembakan itu adalah gas airmata atau didalamnya diselipkan juga peluru karet seperti disampaikan oleh beberapa orang sebelumnya. Wallahua'lam. Tapi situasinya serba kacau... asap busuk dan menyakitkan mata dan dada bertebaran kemana-mana. Sirine Ambulance meraung-raung ikut menambah suasana bertambah mencekam.


Di depan gedung RRI, banyak para Habaib menyingkir. Kondisi merekapun setali tiga uang dengan kondisi kami berdua. Baju kotor, bau... mata merah, sesekali mual serasa mau muntah, kulit wajah seperti melepuh dan .... mereka pun butuh air didera rasa kehausan yang bersangatan akibat tembakan gas airmata yang entah apakah izin penggunaan jenis satu itu sudah benar ataukah tidak!


Dari lokasi tempat kami mundur itu, masih jelas terdengar suara Habib Rizieq yang berupaya meminta pihak kepolisian agar berhenti menembakkan senjata mereka kearah ulama dan peserta aksi damai.


MasyaAllah.... ini pertama kali saya menjadi saksi mata langsung heroisme seorang Habib Rizieq terhadap umatnya. Disaat serangan gas airmata membabi buta menyerangnya... disaat umat perlahan mulai terpukul mundur tak kuasa menahan serangan yang menyakitkan dari pasukan berseragam yang berubah jadi kesetanan itu.... Habib Rizieq tetap tak bergeming memberikan komandonya. Dia tidak mundur. Dia masih setia ada diposisinya didepan. Saya tidak tahu siapa saja yang masih setia ada bersamanya saat itu, namun dari rekam kejadian dan kesaksian kawan-kawan lainnya yang sempat melihat... setidaknya disana juga ada Ustadz Arifin Ilham, Aa' Gym, Bachtiar Nasir dan Syaikh Ali Jabir.


Mereka tidak cuma pandai memberi orasi, memberi ceramah atau komando namun mereka adalah orang-orang yang juga menjalankan apa yang telah menjadi komitmen awal mereka sebagai pejuang dakwah. Wajar bila Habib Rizieq dibenci oleh kaum munafikun dan kafirun. MasyaAllah.


Ditengah situasi semacam itu, kami mendapat kabar bila Habib Rizieq memerintahkan peserta aksi damai agar kembali ke Istiqlal dan melakukan konsolidasi disana.


Baru kami melangkah menuju Istiqlal... beberapa jemaah secara berombongan mengatakan bahwa Habib katanya memerintahkan menduduki gedung DPR/MPR.


Kami bingung... mana informasi yang dapat kami jadikan pegangan? Sementara hp semua gak ada sinyal untuk dapat menjalin komunikasi dengan teman-teman aktivis lain dilapangan.


Ada lagi rombongan lain melintas katanya bubar kembali kerumah masing-masing.... Jleb. Tambah bingung... akhirnya ditengah rancunya informasi ini, kami memutuskan untuk belok kearah Budi Kemuliaan. Dijalan ini secara berganti-ganti saja mobil ambulance lewat dan ternyata membawa jemaah yang menjadi korban gas airmata untuk dievakuasi kesana.


Diperjalanan itu kami bertemu banyak akhwat dengan mobil-mobil mereka bagi-bagi nasi, air dan juga permen. Alhamdulillah, kondisi yang memang sedang sangat membutuhkan asupan semacam itu. Kami berdua langsung duduk dipinggir jalan sebelum Budi Kemuliaan... cuci muka, minum sebanyak mungkin untuk melegakan tenggorokan akibat gas airmata tadi lalu makan nasi sekitar tiga empat suap.


Setelah itu saya dan adik ipar berunding... kami harus kemana? Istiqlal? DPR? Pulang?.... tapi pulang kemana? sejak awal kami berniat menetap di depan istana bersama para ulama, jadi sama sekali tak ada rencana untuk singgah atau menetap dirumah siapapun.


Sampai didepan Millennium... saya ingat keluarga yang dari Cipulir bertemu tadi siang...lihat hp ternyata sinyal mulai muncul meski masih naik turun, akhirnya kita berdua rembukan dulu lalu diputuskan untuk kerumah keluarga di Cipulir itu.


Karena saudara ipar saya ini mantan pemain sepak bola nasional dan tahu jalan di Jakarta, dia bilang Cipulir lumayan jauh di Jakarta Selatan. Akhirnya kami menghadang bajaj...


Singkatnya kamipun naik bajaj menuju daerah cipulir... entah dikawasan apa saya tidak jelas namun itu persimpangan lampu merah... ada anak-anak kecil jalanan melongokkan kepalanya kedalam bajaj dan masyaAllah bertanya... "Habis demo ahok ya Om... udah Om, bunuh saja ahoknya... hukum saja dia"


Wallahi ini benar dan bukan rekayasa... demi Allah itulah yang saya dengar dari anak-anak jalanan yang usianya masih kecil-kecil itu malam tersebut. Sopir Bajaj dan adik ipar saya menjadi saksi kebenaran kata-kata saya ini.... luar biasa, anak sekecil mereka loh bisa bilang begitu. Allahu Akbar.


Semakin jauh dari lokasi aksi damai, sinyal hp semakin bagus dan jreng normal 4G.


Dan... malam itu kami ditampung oleh keluarga didaerah cipulir sembari memantau berita. Disanalah kemudian saya mendapat info bila di jakarta utara terjadi juga keributan. Innalillah. Saya saksi bahwa itu bukan bagian dari aksi damai Ulama. Jadi please jangan sangkut pautkan dengan kami.


Paginya... setelah sekian jam dari malam harinya berkomunikasi dengan sejumlah kawan-kawan yang masih dilapangan (beberapa ada di Istiqlal dan lainnya ada di gedung DPR) akhirnya mengikuti arahan para ulama agar aksi damai dihentikan dulu dan silahkan kembali ketempat masing-masing secara tertib dan aman.


Saya dan adik ipar langsung memutuskan untuk pulang ke Palembang hari itu juga. Tapi masalahnya, kami belum punya tiket kepulangan sebab dari awal kami memang menunggu dulu apa yang akan terjadi setelah hari Jum'at. Apakah akan tetap lanjut dihari Sabtu dan Minggu atau bagiamana.... Saya coba periksa di armitravel.com semua penerbangan ke palembang full untuk pagi hingga sore... ada penerbangan malam jam 10.


Keluarga yang di cipulir kemudian mengatakan bila didekat pasar ada sebuah travel juga, mungkin bisa kesana untuk coba-coba cek tiket. Saya ingat.... itu merupakan bagian dari kemitraan armitravel.


Ternyata betul... nah Alhamdulillah ternyata pas kita ngobrol dan coba-coba cek dari sana, ada beberapa bookingan orang yang menuju ke palembang sudah expired dan belum di issued. Cepat kami ambil untuk penerbangan jam 15.


Ternyata keberadaan saya di Cipulir ini oleh salah seorang pengagum dan pembela ahok di fitnah sebagai bagian acara jalan-jalan usai demo... MasyaAllah. Itulah jika sudah terbiasa berprasangka buruk dan memfitnah orang akan jadi habit.


Pukul 16 kami berdua sudah menginjakkan kaki lagi di bumi Sriwijaya dengan Citilink dari Halim Perdanakusuma secara aman dan sehat. Alhamdulillah.


Demikian beberapa garis besar Aksi Damai Bela Islam 04 Nov 2016 dari pengalaman lansung saya dilapangan. Jika ada penyebutan brand tertentu yang dianggap iklan, bisa saja diartikan demikian namun semua memang tak lepas dari fakta kejadian sesungguhnya.


Sebagai akhir tulisan ini.... untuk diketahui saja bila adik ipar saya, Haris Shahab yang ikut berangkat aksi damai 04 November ke Jakarta meninggalkan istrinya dalam kondisi hamil anak ke-2. Saya sendiri masih punya anak bayi berusia 8 bulan dari 4 anak saya. Jadi bagi anda-anda yang suka maen fitnah bila aksi ini bayaran... buka mata kalian... kami datang ikut aksi ini atas panggilan iman, panggilan Allah bukan panggilan tokoh manapun, bahkan tidak juga atas provokasi seorang Habib Rizieq. Kami datang untuk #belaIslam #belaQuran atas penistaan simulut sampah, ahok. Kami tak ada urusan dengan politik jakarta. Urusan kami adalah kitab suci kami telah dinistakan olehnya dan itu yang akan kami lawan!


Armansyah, 07 Nopember 2016
21:56 WIB


dihalim1


Catatan Aksi Damai Bela Islam 04 Nov 2016 Bag. 4

Catatan Aksi Damai Bela Islam 04 Nov 2016
Oleh. Armansyah

Bagian 4
Detik terjadinya serangan

Ada catatan yang tertinggal disampaikan pada bagian ke-3 lalu, yaitu terkait dengan hilangnya sinyal hp kami di lokasi aksi damai. Hal ini saya sadari sejak mulai berjalan mendekati istana. Saya tanya adik ipar saya dan ternyata juga sama, padahal provider kami berbeda. Tidak puas, saya coba konfirmasi lagi sama jemaah lain yang ada disekitar dan jawabanpun sama.

Ini jelas ada upaya sabotase agar komunikasi seluler dan internet tidak dapat terjadi diantara peserta aksi damai. Lebih jauh lagi, menghalangi kami untuk mempublish setiap berita yang terjadi dilokasi kejadian keluar (fb, twitter dan lain-lain).

Setelah sesi Dzikir dan Muhasabah bersama KH. Arifin Ilham, saya dan adik ipar ( Haris Shahab ) sepakat mundur sejenak untuk sekedar mencari tempat udara yang lebih segar.

Sejak pagi berangkat, adik ipar saya sudah dalam kondisi yang kurang sehat. Batuk-batuk. Saya sendiri mulai terasa sedikit pusing.

Pasca bergabung dengan jemaah Aksi Damai yang melakukan longmarch mulai dari Jalan Abdul Muis sampai ke Patung Kuda dan lanjut hingga kedepan istana negara kami selalu tidak memisahkan diri dari kerumunan bahkan sengaja mencari posisi terdepan.

Seperti yang dicanangkan oleh para ulama sendiri, malam itu kami semua berencana akan menginap didepan istana negara sampai bertemu dengan jokowi. Dengan demikian, sebelum malam bertambah pekat, kami mencoba melepaskan diri dulu dari kerumunan guna mencari udara segar sekaligus mencari air minum.

Saat itu hampir semua persediaan air minum jemaah sudah mulai berkurang dibarisan depan termasuk milik kami berdua. Kami berharap disebelah kanan dari posisi kami waktu itu, yaitu arah sisi Monas kami bisa mendapatkannya.

Dari atas mobil komando Habib Rizieq mempersilahkan seorang Habaib dari Jawa Timur untuk melakukan orasinya. Habib Rizieq juga mengumumkan bahwa K.H. Arifin Ilham memutuskan untuk mencoba langsung memediasi akhir dengan pihak istana terkait keinginan kami bertemu dengan presiden. Beliau meninggalkan lokasi aksi damai disertai Ustadz Bachtiar Nasir dan sejumlah ulama lainnya menuju istana negara.

Singkat cerita kami berhasil menerobos padatnya jemaah dan sampai ditempat tersebut. Dari titik ini kami masih dapat melihat dengan jelas kearah mobil komando Habib Rizieq.

Adik ipar meminum obat batuk sachetnya, sementara saya masih celingukan mencari kalau-kalau ada tukang asongan yang menawarkan air minum dan obat-obatan. Tapi sayangnya nihil. Akhirnya botol air minum terakhir persediaanpun saya habiskan sampai setengah guna mencoba mengurangi pusing dikepala.

Tidak lama terdengar Adzan Isya.
Semua masih dalam kondisi yang khidmat dan kondusif, tidak ada tanda-tanda akan terjadi sesuatu apapun.

Setelah adzan Isya berakhir, tiba-tiba kami mendengar terjadi semacam kekacauan dari arah barisan tengah dekat posisi kami sebelumnya dikisaran mobil komando. Hanya dalam hitungan detik saja kamipun melihat ada semacam nyala kembang api naik kelangit.

Kami segera hendak kembali keposisi awal merapat lagi kemobil komando, tapi peserta aksi damai sudah mulai kacau, berlarian kesana kemari. Suara seperti tembakan lagi-lagi terdengar berkali-kali disertai nyala api terang kelangit dan di ikuti oleh asap-asap bertebaran.

Asapnya sampai kearah kami, mata seketika perih. Tenggorokan sakit dan dada serasa mau pecah. Asap itu berbau mesiu. Berpuluh kali lipat lebih keras dari bau percon. Orang-orang disekitar kami mulai saling membantu mengoleskan odol atau pasta diwajah agar efek gas air mata yang dilepaskan oleh pasukan kesetanan itu tidak begitu memedihkan. Begitu juga halnya kami, atas bantuan mereka juga berpasta ria diwajah kami.

Tapi tembakan dilepaskan berkali-kali seakan tidak berhenti. Nyala api dilangit pun susul menyusul. Ada yang teriak bahwa polisi juga menembaki peserta aksi damai dengan peluru karet. Riuhnya jemaah aksi damai yang berlarian kesana kemari akibat penembakan secara brutal ini membuat kami kesulitan merapat kembali ke mobil komando tempat dimana para ulama berada.

Berkali-kali kami harus kesulitan bernapas akibat gas air mata yang dilepaskan itu.

Mata saya sekilas menangkap ada reporter televisi didekat kami berdiri. Saya langsung mengajak adik ipar untuk mendekatinya. Mencoba memberi penekanan pada reporternya untuk meliput berita penembakan itu secara jujur. Ternyata mereka adalah kru dari TVOne. Sayangnya beberapa kali mereka hendak menyiarkan namun dibatalkan melalui perintah dari headset yang menempel ditelinga mereka. Sementara hujan gas air mata semakin beruntun menyerang kami, tidak terkecuali didekat media ini.

Saya dan adik ipar sudah tak kuat lagi menahannya sehingga beberapa kali harus muntah-muntah. Benar-benar dahsyat efek dari gas air mata malam itu. Leher serasa seperti tercekik saat menghisap gasnya.

Dulu, ditahun 1998, saya seorang korlap aksi mahasiswa menurunkan presiden Soeharto dan berkali-kali berhadapan dengan gas air mata pihak kepolisian. Namun baunya tidak seperti ini. Luar biasa sekali.... betul-betul melumpuhkan bahkan saya berani bilang gas air mata yang dilepaskan oleh pihak kepolisian malam itu dapat mematikan!

Gas airmatanya beda dengan gas airmata yang pernah saya hadapi ditahun 98 dulu.

Beberapa ledakan terjadi lagi didepan kami.... orang-orang bertambah panik. Banyak dari mereka yang terjatuh lemas dan saling seret agar menjauh dari lokasi. Orang-orangpun saling berbagi air untuk disiramkan kewajah dan diminumkan untuk mengatasi rasa kekeringan dan terbakar ditenggorokan. Wajah sudah serasa melepuh akibat serangan gas airmata itu berulangkali mengenainya.

MasyaAllah... dari kejauhan kami melihat mobil komando dan ulama juga tidak luput dari penembakan setan-setan berkostum itu. Sama sekali tanpa ada rasa segan. Api meledak beberapa kali diatas langit mobil komando berada.

Pikir saja... ulama ditembaki. Ulama diserang! Siapa lagi yang berani kurang ajar pada ulama jika bukan setan? Setan berwujud manusia. Berkostum lagi. Kumpulan pengecut yang cuma berani mengandalkan senjata ditangan.

Tak kuat akibat beberapa kali terkena gas air mata ini, akhirnya kami keluar dari lokasi sampai didekat gedung RRI. Ditempat ini beberapa orang membisikkan ada sniper disejumlah titik jendela gedung. MasyaAllah. Saya sendiri dengan pandangan mata yang nanar dan merah tak bisa lagi melihat dengan jelas kearah yang dimaksudkan.

Dalam hati saya berdoa untuk kehancuran dan laknat terhadap para setan ini yang telah melakukan perbuatan anarkis terhadap aksi damai para ulama dan umat ini. Saya sampai bilang sama adik ipar saya " Amen ado plisi liwat depan sini, kuterajangke dio, mati-matilah sano", saking marahnya saya malam itu.

Terbayang para ulama dan habaib yang ada didekat mobil komando. Sirine mobil ambulance meraung-raung terdengar diantara keramaian suara tembakan pihak kepolisian. Ada rasa sesal dihati, kenapa tadi harus meninggalkan ulama-ulama itu kepinggir setelah sejak siang hingga jelang Isya kami berjibaku bersama-sama mereka digaris depan.

Saya lihat hp saya, signal cuma ada sebaris kecil... susah untuk berkirim informasi. Saya coba mengakses WhatsApp ke kawan-kawan seperjuangan, baik dari sesama tim Cyber Mujahidin maupun lainnya tapi nihil... pesan-pesan tidak dapat masuk dan keluar. Sinyal putus nyambung.

Disela-sela suasana kacau seperti itu saya menulis pesan ke istri saya agar jika terjadi sesuatu pada saya malam itu, mohon ikhlaskan. Kapanpun pesan itu dapat sampai dan terbaca olehnya.

Bersambung.

rri

wa2

wa1

malem

merah

penyeranganplisi

kenagasairmata

Beda demonstrasi dan unjuk rasa dari sisi bahasa Arab

Tidak Sedikit Kalangan Awam Yang Tidak Tahu, Bahwa Antara Demonstrasi Dengan Unjuk Rasa

Dalam Bahasa Arab Beda Makna.

1. Demonstrasi = Muzhaaharah.
Yaitu aksi di tempat umum yang seringkali disertai dengan pengrusakan, membakar ban, bahkan cenderung menyulut kerusuhan.


2. Unjuk Rasa = Masiirah.

Yaitu mengungkapkan rasa untuk menuntut ataupun mendukung sesuatu, tidak disertai dengan pengrusakan ataupun perbuatan anarkis. Tertib dan teratur.

Dalam hukum agama, muzhaaharah tidak diperbolehkan.

Jadi bila ada ulama melarang/tidak memperbolehkan demonstrasi maka maksudnya adalah "Muzhaaharah".
Adapun "Masiirah", maka tidak ada alasan/dalil yang menunjukkan dilarangnya Masiirah.

Insya Allah, apa yang dilakukan oleh para ulama pada tanggal 4 November ini adalah dalam rangka Masiirah.

Semoga saja pelaksanaan di lapangan tidak berubah menjadi Muzhaaharah.

Teruskan informasi keilmuab ini pada kawan-kawan muslim Lainnya, Utamanya Keluarga dan Sahabatmu agar Faham dan Menjadi Ilmu Bermanfaat.


Fenomena Gas Air Mata dalam demonstrasi

“Gas air mata” sebenarnya bukan gas, melainkan SERBUK HALUS bertekanan tinggi yang dikemas dalam kaleng. Ketika ditembakkan, atau diaktifkan, serbuk ini akan menyebar dan menggantung di udara dengan kepadatan yang tinggi. Farmasi mengenal teknologi ini dalam obat asma inhalasi, namun dosisnya sangat kecil. Serbuk ini akan berikatan dengan KANDUNGAN AIR yang terdapat di mata, kulit dan tenggorokan kita.


Serbuk halus yang mengambang di udara tersebut akan menempel di kulit, terhirup atau mengenai mata, karena berikatan dengan KANDUNGAN AIR yang terdapat di kulit, tenggorokan saluran pernafasan atau mata kita. Efek yang dirasakan:


- Di kulit: rasa terbakar.
- Di mata: rasa perih, keluar air mata.
- Di saluran pernafasan: hidung berair, batuk, rasa tercekik.
- Di saluran pencernaan: rasa terbakar yang parah di tenggorokan, keluar lendir dari tenggorokan, muntah.
- Jika serbuk tersebut masuk hingga ke paru-paru: menyebabkan nafas pendek-pendek, sesak nafas, rasa seperti terbakar di paru-paru.
Respon tersebut merupakan cara sistem pertahanan tubuh kita untuk mengeluarkan serbuk yang berbahaya tersebut dari tubuh kita.


Dua zat yang biasa digunakan sebagai “gas air mata”:
- Minyak capsicum(minyak cabai)
- Zat kimia 2-chloro-benzal-malono-nitrile atau C10H5CIN2.


Antisipasinya (silahkan dikoreksi jika ada yang keliru).


- Menggunakan kaca mata jauh lebih baik untuk melindungi mata dari bahaya “gas air mata” ini, dibandingkan dengan mengoleskan odol di bawah kantong mata. Karena serbuk akan TERHALANG oleh lensa kaca mata untuk bisa menyentuh bola mata.


- Mengoleskan hand & body lotion di tangan juga membantu mencegah efek mengiritasi kulit (jika tidak mengenakan lengan panjang), dan mengurangi konsentrasi serbuk di udara


- Sebenarnya mengoleskan SUNBLOCK (bukan sunscreen) di seluruh wajah dan tangan lebih baik untuk melindungi kulit dan mata. Kandungan titanium dioksidanya akan mencegah “gas air mata” menembus pori-pori kulit. Tentu masalah harga dan ketersediaan produk ini bisa membuat demonstran lebih memilih odol. Tapi bisa dijadikan alternatif untuk pengolesannya di titik2 kumpul, bukan masing2 demonstran membawa sendiri.


- Gel gigi (misal: Close Up) dengan KANDUNGAN AIR lebih banyak sebenarnya LEBIH BAIK dibandingkan pasta gigi (misal: Pepsodent). Ingat serbuk ini akan “mencari” air untuk berikatan.


- Untuk mencegah serbuk masuk ke dalam paru2, sebaiknya sunblock dioleskan di seluruh wajah, sehingga lebih banyak serbuk yang terikat. Untuk gel gigi atau pasta gigi PERLU JUGA dioleskan di atas bibir, untuk mencegah serbuk masuk ke hidung. Jadi bukan hanya dioleskan di bawah kelopak mata.


Penanganan korban gas air mata:
- Di mata: bilas dengan air. Guyurkan air dari botol minum langsung ke mata, sampai rasa perih hilang. Jadi posko kesehatan perlu menyediakan banyak air minum dalam kemasan.


- Di tenggorokan: berkumur dengan air beberapa kali hingga rasa serbuk hilang.


- Mual / muntah: minum obat diare dari jenis adsorben, untuk menyerap racun tsb. Misal: Entrostop, New Diatabs


- Di saluran pernafasan: pemberian oksigen dengan oksigen kaleng (Oxycan) akan sangat membantu “membilas” dan “mengencerkan” kadar serbuk di dalam paru-paru.


Dari berbagai sumber

Ucapan selamat hari pahlawan 2016 untuk para ulama kita

Untuk 10 November tahun 2016 ini saya ingin mengucapkan terimakasih khusus pada para pahlawan Islam nasional yang telah membela al-Qur'an sebagai Kalamullah dari penistaan.


Mereka adalah para Ulama, Habaib, Kyai, Ustadz dan seluruh peserta aksi damai 411 beserta semua pihak yang mendukung perjuangan ini dibelakang layar tanpa terkecuali. Merekalah pahlawan yang sebenarnya ditahun ini yang hidup di era modern sekarang. Salut, hormat dan kagum saya pada anda-anda sekalian wahay pahlawan Islam.




Sungguh sebuah bentuk napas tilas sempurna dari perjuangan para pahlawan bangsa negeri ini dimasa lalu bahkan lebih jauh dari itu anda juga telah berhasil menapaktilasi gerakan para Sahabat Rasulullah dalam kecintaan mereka terhadap al-Qur'an. Andalah salah satu dari orang-orang yang oleh hadist disebutkan telah membuat cemburu para Sahabat Rasulullah. Orang-orang yang hidup jauh dari masa kenabian, orang-orang yang tidak menjadi saksi langsung turunnya wahyu serta orang-orang yang tidak pernah melihat rupa sang kekasih Allah tetapi kecintaan anda pada Islam sungguh membuat 'Arasy terguncang. InsyaAllah.





مسند أحمد ١٦٣٦٣: حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ قَالَ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي أَسِيدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ خَالِدِ بْنِ دُرَيْكٍ عَنْ أَبِي مُحَيْرِيزٍ قَالَ
قُلْتُ لِأَبِي جُمُعَةَ رَجُلٍ مِنْ الصَّحَابَةِ حَدِّثْنَا حَدِيثًا سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَعَمْ أُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا جَيِّدًا تَغَدَّيْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَعَنَا أَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَحَدٌ خَيْرٌ مِنَّا أَسْلَمْنَا مَعَكَ وَجَاهَدْنَا مَعَكَ قَالَ نَعَمْ قَوْمٌ يَكُونُونَ مِنْ بَعْدِكُمْ يُؤْمِنُونَ بِي وَلَمْ يَرَوْنِي


Musnad Ahmad 16363: Telah menceritakan kepada kami Abu Al Mughirah berkata; telah menceritakan kepada kami Al Auza’i berkata; telah bercerita kepadaku Asid bin Abdurrahman dari Khalid bin Duraik dari Abu Muhairiz berkata; saya berkata; kepada Abu Jumu’ah seorang sahabat, “Ceritakan kepada kami suatu hadis, yang telah kau dengar dari Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam.” dia berkata; “Ya. saya akan menceritakan kepada kalian satu hadis yang bagus, kami keluar pada awal siang bersama Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam dan bersama kami juga Abu Ubaidah bin Al Jarrah. (Abu Jumu’ah radliyallahu’anhu) berkata; lalu (Abu Ubaidah bin Al Jarrah radliyallahu’anhu) berkata; “Wahai Rasulullah, apakah ada seseorang yang lebih baik dari kami, kami masuk Islam dan berjihad bersama anda?.” Beliau bersabda: “Ya, yaitu suatu kaum yang ada setelah kalian mereka beriman kepadaku padahal mereka belum pernah melihatku.”


سنن الدارمي ٢٦٢٦:  أَخْبَرَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ قَالَ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ حَدَّثَنَا أَسِيدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ خَالِدِ بْنِ دُرَيْكٍ عَنْ ابْنِ مُحَيْرِيزٍ قَالَ قُلْتُ لِأَبِي جُمُعَةَ رَجُلٍ مِنْ الصَّحَابَةِ حَدِّثْنَا حَدِيثًا سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَعَمْ أُحَدِّثُكَ حَدِيثًا جَيِّدًا تَغَدَّيْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَعَنَا أَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَحَدٌ خَيْرٌ مِنَّا أَسْلَمْنَا وَجَاهَدْنَا مَعَكَ قَالَ نَعَمْ قَوْمٌ يَكُونُونَ مِنْ بَعْدِكُمْ يُؤْمِنُونَ بِي وَلَمْ يَرَوْنِي


Sunan Darimi 2626: Telah mengabarkan kepada kami Abu Al Mughirah ia berkata; Telah menceritakan kepada kami Al Auza’i telah menceritakan kepada kami Asid bin Abdurrahman dari Khalid bin Duraik dari Ibnu Muhairiz ia berkata; Aku bertanya kepada Abu Jumu’ah, ia adalah seorang sahabat; Ceritakan sebuah hadits kepadaku yang engkau dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ia mengatakan; Baik, aku akan menceritakan kepadamu sebuah hadits yang bagus. Kami pernah makan siang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kami bersama Abu Ubaidah bin Al Jarrah. Ketika itu Abu Ubaidah berkata; Wahai Rasulullah, adakah orang yang lebih baik dari kami yang telah masuk Islam dan berjihad bersama engkau? Beliau bersabda: ‘Iya, yaitu orang-orang yang hidup setelah kalian. Mereka beriman kepadaku padahal mereka tidak pernah melihatku.”






Selamat Hari Pahlawan.
Palembang. 10 November 2016


Armansyah



Tuesday, November 8, 2016

Video Ahok tetap menistakan agama dan ulama!

Saya sudah nonton video utuh pernyataan Ahok di kepulauan seribu. Tapi tetap tidak menemukan korelasi maupun jawaban atas pernyataan kurang ajarnya terhadap firman Allah dalam surah al-Maaidah ayat 51.


Secara legal formal dengan menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah dalam hukum negara yang berlaku di Indonesia, maka Ahok perlu menjelaskan apa maksud kalimatnya yang ini... ” Kalau Bapak ibu ga bisa pilih saya, karena dibohongin dengan surat Al Maidah 51, macem macem itu.” dan “Kalo bapak ibu merasa ga milih nehkarena saya takut neraka”, dibodohin gitu ya gapapa”.


Pertanyaan :




A). Siapa yang dianggap Ahok telah membohongin dengan surat Al-Maaidah 51?


B). Siapa yang dimaksud telah membodohi dengan ancaman neraka karena Al-Maaidah 51?



Ini perlu klarifikasi yang jelas dari ahok sendiri, bukan dari orang lain sebab kata-kata itu keluar dari mulutnya bukan melalui tulisan media manapun atau individu siapapun diluarnya.




Jika yang dimaksud oleh Ahok yang telah membodohi dan membohongi itu adalah Allah karena telah menurunkan surah Al-Maaidah 51 maka Ahok telah jatuh dalam pasal-pasal penistaan agama. Proses hukum harus berlanjut.


Jika yang dimaksud oleh Ahok bahwa yang telah membodohi dan membohongi orang Islam agar tidak memilih pemimpin kafir berdasar Al-Maaidah 51 adalah orang atau lembaga tertentu maka dia harus bisa menunjuk dengan jelas siapa orang, institusi atau lembaga dimaksud agar tidak timbul fitnah.



Buktikan jika memang tafsir maupun fatwa dari mereka memang telah salah dan membodohi maupun membohongi sebagaimana tuduhannya itu. Jika tidak bisa maka Ahok berarti membuat tuduhan palsu dan pasal-pasal hukum yang menjeratnya menjadi berlapis.


Polisi dan penegak hukum lainnya harus memproses kasusnya dan dia harus di non aktifkan sebagai gubernur sekaligus mencabut haknya untuk ikut dalam pilkada dki jakarta.


Sudah cukup. Jangan menambah polemik berkepanjangan. Kasus ini harus diusut tuntas dan transparan agar publik khususnya umat Islam Indonesia maupun seluruh dunia tidak resah dan menjadi marah. Mari kita beri kepercayaan pada aparat penegak hukum kita dalam menyelesaikan kasus ini dengan baik serta kita kawal bersama prosesnya.


Armansyah
Palembang, Jum'at 07 Oktober 2016


https://web.facebook.com/armansyah/posts/10154490852093444

Sunday, November 6, 2016

Catatan Aksi Damai Bela Islam 04 Nov 2016 Bag. 3

Catatan Aksi Damai Bela Islam 04 Nov 2016
Oleh. Armansyah


Bagian 3
Dari perbatasan istana-peserta aksi damai hingga didepan mobil komando ulama


Usai sholat Ashar berjemaah, saya dan adik ipar ( Haris Shahab ) kembali mencoba menerobos keposisi lebih depan, persis diperbatasan paling ujung antara laskar pengaman FPI dan para habaib dengan kawat berduri kepolisian di Ring 1.


Kami berdua lama standby ditempat ini bergabung dengan kawan-kawan habaib. Sungguh saya menyaksikan bila dibarisan paling depan ini justru para habaiblah yang berdiri berjejer menjadi pagar pembatas hidup antara demonstran dan pihak kepolisian dihadapan istana negara.


Dari tempat kami berdiri dapat terlihat jelas para tokoh nasional dan ulama menyampaikan orasinya secara bergantian dari atas mobil komando.


Diantara mereka yang sempat saya ingat saja adalah : KH. Syukron Makmun, Amien Rais, Ahmad Dani, Rhoma Irama, Rahmawati Soekarno Putri, Ratna Sarumpaet, Haji Lulung, Fadli Dzon, Fahri Hamzah, Ustadz Ahmad Al-Habsy, Ketua HMI, Ketua PPI (Pemuda Pelajar Islam), Ustadz Solmed, Ustadz Dzaki Mirza, Ustadz Didin Hafidhuddin, ada juga para ulama dan Habaib dari Aceh, Padang, Jawa Timur, Palembang dan lain-lainnya lagi yang saya sendiri tidak hafal persis nama-namanya (jika ditulis khawatir nanti malah keliru nulisnya).


Dari arah sebelah kiri, tepatnya bagian mahasiswa HMI beberapa kali terdengar keributan. Saya tidak dapat mengetahui secara persis apa dan bagaimana keadaan sesungguhnya disana karena posisi kami masih ada dibagian tengah depan perbatasan antara ulama, peserta aksi dan polisi.


Habieb Rizieq terpaksa berulangkali pula berupaya menenangkan dan mengingatkan mereka akan adanya provokator dalam barisan.


"Hati-hati... hati-hati... hati-hati provokasi...." demikian ucap Habib Rizieq.


Tidak itu saja, dari pihak kepolisian melalui mobil mereka yang standby didepan istana negara juga beberapa kali pula terlihat seakan melakukan provokasi dengan menyuarakan ini dan itu menggunakan speakernya sehingga Habib Rizieq juga meminta dengan hormat agar pihak kepolisian tidak memancing massa yang justru sedang duduk tenang mendengarkan orasi dan tausiyah dari tokoh nasional serta ulama.


Selama itu pula para ulama kita yang dipimpin oleh Ustadz Bachtiar Nasir melakukan mediasi dengan pihak istana negara untuk dapat bertemu dengan Presiden Jokowi. Namun sampai Ustadz Bachtiar Nasir dan sejumlah ulama lainnya mondar-mandir 2x dari forum ulama ditengah peserta aksi damai menuju istana negara ternyata jawaban dari pihak istana menyatakan kalau Presiden tidak ada ditempat dan tidak dapat menemui para peserta aksi damai di istana negara. Presiden katanya telah memberi delegasi kepada Wiranto selaku Menkopolhukam untuk menerima apa yang hendak disampaikan oleh para ulama.


Secara transparan Ustadz Bachtiar Nasir menyampaikan semua hasil mediasi beliau kepada umat peserta aksi damai terkait jawaban pihak istana itu.


Kita sontak menjawab bahwa presiden sebagai RI-1 tidak menghargai kami sebagai rakyatnya yang telah jauh-jauh datang dari berbagai pelosok Indonesia dari Sabang sampai Merauke atas biaya sendiri ingin bertemu presiden untuk menyampaikan aspirasi ketersinggungan kami terhadap penistaan agama yang telah dilakukan oleh ahok.


Berita akan digelarnya aksi damai ulama 04 November ini telah digaungkan sejak lama sehingga mustahil bila sang presiden tidak tahu sama sekali sehingga mengagendakan pekerjaan lain ketimbang bertemu rakyat dan ulamanya. Kami ingin berjumpa langsung dengan RI-1 bukan dengan ajudannya.


Akhirnya forum musyawarah ulama dan umat memutuskan untuk menerima tawaran negoisasi pihak istana agar bertemu dengan RI-2 saja, yaitu Bapak Yusuf Kalla.


Kepada Yusuf kalla, ustadz Bachtiar Nasir dan kawan-kawan meminta pemerintah agar menghukum tegas ahok yang telah menistakan agama ini. Jangan ada lagi permainan serta konspirasi sehingga berkesan ahok kebal hukum. Ahok jelas bersalah. Tangkap dan adili seadil-adilnya.


Jawaban istana via RI-2 mengecewakan, dia mengatakan bahwa kasus ahok akan diselesaikan dalam waktu 2 minggu.


Jelang Maghrib kami mulai bergerak mendekati mobil komando yang menjadi panggung orasi para ulama dan tokoh nasional itu. Saya dan adik ipar bergerak bersama rombongan para habaib tua yang mulai terlihat lelah dan dibantu oleh laskar mujahidin sebagai pembuka jalan, Alhamdulillah kami berhasil berada persis didepan mobil komando tersebut. Kamipun semua duduk dengan santun disana sembari terus mendengar orasi dari para ulama bersama para jemaah aksi damai 04 November lainnya.


Sebelum itu, Panglima TNI dan Kapolri sempat terlihat berjalan ketengah umat untuk menyambangi para ulama. Mereka bertemu dan berbincang-bincang sebentar dalam kondisi yang sangat kondusif.


Sempat pula terdengar Habib Rizieq menyatakan komitmen dari Panglima TNI bahwa TNI ada bersama rakyat. Kami semua mengucapkan Alhamdulillah. Bergetar rasanya jiwa ini mendapat kabar demikian. Seolah mendapatkan angin syurga bahwa perjuangan ini tidak akan sia-sia. TNI memang milik rakyat dan selamanya akan menjadi garda terdepan dalam menjaga keutuhan NKRI. Bukan menjadi prajurit aseng, asong atau asing.


TNI tidak dapat dibeli dengan uang atau kekuasaan. TNI adalah kekuatan yang sudah seharusnya mengayomi rakyat negeri ini dari semua bentuk penistaan maupun penyerangan.


Tak lama setelah Ustadz Dzaki Mirza menyampaikan orasinya, Adzan Maghrib berbunyi dan kami semua diam mendengarkannya dengan khidmat dalam keadaan duduk.


Setelah adzan Maghrib selesai berkumandang, Habib Rizieq berterimakasih pada pihak kepolisian karena telah memberikan waktu lebih dari pukul 18.00 bagi peserta aksi damai ini untuk tetap berada di tempatnya.


Habib Rizieq mengumumkan bahwa Sholat Maghrib akan di Jamak Takhir. Artinya mengumpulkan dua shalat fardhu dengan cara mengundurkan shalat fardhu yang sudah masuk waktunya pada shalat fardhu di waktu berikutnya. Jadi dalam hal ini kami semua rencananya akan menjamak takhir shalat Maghrib dan Isya, maka dilakukan pada waktu Isya.


Kami kemudian hening mendengarkan pembacaan ayat-ayat suci al-Qur'an yang dikumandangkan oleh Ustadz Ali Jabir secara langsung. (Audionya sedang saya proses edit untuk penjernihan suara --disini memory card saya sudah mulai full akibat banyaknya foto dan video yang saya ambil selama aksi damai sehingga pada sessi pembacaan ayat suci al-Qur'an oleh Ustadz Ali Jabir dan seterusnya hanya saya rekam audionya saja), insyaAllah akan saya shared ke publik begitu audionya selesai di editing.


Lantunan ayat-ayat suci al-Qur'an oleh Ustadz Ali Jabir yang syahdu dan penuh tartil membuat kami begitu hanyut dan airmatapun tak kuasa untuk dibendung jatuh. Ya Allah....


Suasana langit telah berganti gelap.... namun kami semua tetap tenang duduk mendengarkannya sampai selesai.


Begitu ustadz Ali Jabir usai, giliran Opick mengajak kami bersyukur dan bershalawat diteruskan oleh dzikir bersama Ustadz Arifin Ilham yang menjadi puncak muhasabah semua peserta aksi damai 04 November malam itu. Hampir semua mata dari kami basah oleh air mata. Ustadz Arifin ilham selain berdzikir dan bermuhasabah juga berdoa untuk keselamatan bangsa dan negara serta kesatuan umat Islam. (Ini juga audionya masih dalam proses, insyaAllah akan disebar bersamaan dengan pengajian ustadz Ali Jabir).


Bersambung.


Sumber asli : https://www.facebook.com/armansyah/posts/10154592799983444


dpnkomando4


depanmblkomando


dekatmobilkomando



darijauh2


drjauh

Catatan Aksi Damai Bela Islam 04 Nov 2016 Bag. 2

Catatan Aksi Damai Bela Islam 04 Nov 2016
Oleh Armansyah


Bagian 2
Dari Longmarch hingga Provokasi pengajian


Usai mendirikan sholat Jum'at berjemaah, saya dan saudara ipar bersiap untuk ikut para jemaah melakukan longmarch menuju Masjid Istiqlal. Tanpa dinyana, ditempat itu bertemu dengan keluarga lainnya yang merupakan salah seorang pengusaha besar di pasar Cipulir. Rupanya beliau dan sejumlah anak buahnya tergerak juga untuk ikut aksi damai para ulama melawan penistaan agama yang dilakukan oleh ahok sehingga rela sejak pagi menutup kios-kiosnya. Subhanallah.


Beberapa meter melangkah, sepanjang jalan banyak kaum muslimin yang menawarkan nasi bungkus gratis untuk makan siang dari FPI dan sumbangan salah satu rumah makan Padang yang tidak jauh dari Masjid Jami' Ar-Rohah tadi.


Saya dan adik ipar saling pandang, jujur waktu itu perut belum lapar karena di pesawat Garuda tadi kita sudah dikasih snack dan minuman. Lagian... kita ke Jakarta bukan buat cari makan gratis kok. Cuma untuk sebuah nasi bungkus seharga 15 ribu hingga 20 ribu insyaAllah sanggup beli.


Melihat kita lewat saja, mereka bilang...


"Halal... Bang, halal... bukan nasi dari ahok...ini nasi Padang..." demikian kira-kira beberapa ucapan sahabat-sahabat kita yang menawarkan nasi-nasi bungkus untuk keperluan makan siang itu.


Halal dan bukan nasi dari ahok. Ya.. ini memang menegaskan bahwa apa yang kami terima dan akan menjadi bagian darah daging itu sesuatu yang memang secara syariah halal, bukan dari hasil merampas, mencuri, menjarah atau didapatkan dari cara-cara jahat lainnya. Begitupun lauk pauknya. Nasi padang... tentu isinya ya ciri khas Minanglah. Kenapa harus bukan dari ahok? karena haram hukumnya memakan makanan pemberian seorang penista agama.


Mereka juga mengingatkan agar sebelum melakukan aksi damai ini, sebaiknya perut juga di isi agar fisik kuat dan tidak roboh. Masuk akal. Akhirnya saya dan saudara mengambil juga nasi bungkus yang dibagikan itu. Kami makan diemperan daerah Setia Budi bersama jemaah lainnya.


Disekeliling kami banyak relawan yang terdiri dari ibu-ibu dan kaum akhwat lainnya yang siap membantu membersihkan sampah yang berserakan. Aksi Damai para ulama kali ini sudah dicanangkan untuk tidak membuat kotor dalam bentuk apapun sehingga tim kebersihan dan para relawanpun sukarela turun membantu memunguti sampah-sampah kecil maupun besar yang berserakan selama aksi damai berlangsung. MasyaAllah.


Longmarch berhenti di bundaran patung kuda. Jemaah sudah terlalu banyak memadati jalanan sehingga tidak memungkinkan lagi untuk menuju Istiqlal.


Demi Allah... sungguh bergetar hati ini melihat lautan manusia memenuhi ruas-ruas jalan seraya bertakbir. Sebuah suasana yang mungkin cuma bisa ditandingi oleh prosesi haji di Masjidil Harom.


Sebagai seorang lulusan S2 yang biasa berpikir secara rasional dan kritis... hari itu, 04 November 2016, logika saya mentok-tok melihat semuanya. Siapa orang yang sanggup membayar ratusan ribu hingga jutaan manusia dalam satu waktu bersamaan sehingga mereka rela berdatangan ke Ibu Kota Jakarta dari berbagai daerah diseluruh Indonesia meninggalkan keluarga dan pekerjaan mereka?


Sekali lagi... kerumunan lautan manusia ini cuma bisa ditandingi oleh jemaah haji yang berthowaf sekeliling Ka'bah maupun melakukan wukuf di padang Arofah. Satu-satunya yang mampu menggerakkan hati-hati manusia itu pasti cuma Allah.


Akan menjadi orang bodoh bila kemudian percaya dengan pemberitaan yang menyebutkan aksi damai para ulama ini ditunggangi oleh politikus tertentu. Bodoh sebodoh-bodohnya. Pakai you punya otak. Buka mata selebar-lebarnya. Buka kedua bijimatamu dan buka mata hatimu.


Ini tidak terkait dengan kekafiran si ahok. Tidak juga terkait dengan etnis kecinaannya. Tidak sama sekali. Kita tidak benci ahok karena dia beretnis cina, tidak pula karena ia beragama kristen. Tapi aksi ini terkait dengan penistaan si mulut sampah itu terhadap kitab suci al-Qur'an yang di imani oleh segenap umat Islam seluruh dunia.


Hal inilah yang menjadi energi penarik seluruh umat Islam untuk ikhlas berkumpul mengorbankan waktu, tenaga, harta serta jiwa mereka dibawah komando para ulama dalam aksi damai 04 November.


Di bundaran patung kuda, satu persatu tokoh dan ulama tampil menyampaikan orasi dan pandangannya. Ada Eggy Sudjana, Amien Rais, Syukron Makmun, Ust. Ali Jabir, Ust. Solmed dan lain-lain. Ada pula beberapa rombongan artis wanita seperti Camelia Malik dan sebagainya hadir meski tidak ikut menyampaikan orasinya. Kami semua (peserta aksi damai) duduk secara tertib.


Helikopter besar entah milik kepolisian atau bukan Wallahua'lam namun melintas berkali-kali diatas kami dengan jarak yang cukup dekat seolah hendak memprovokasi maupun membuat shock para peserta aksi damai bela Qur'an. Sebaliknya para peserta sama sekali tidak terpengaruh dengan sikap provokasi dari helikopter besar itu.


Sekitar pukul 14.30-an kurang lebih, massa mulai bergerak melakukan longmarch menuju Istana. Sebenarnya awalnya ingin menunggu kelompok para ulama dari Istiqlal, namun ternyata karena padat dan tumpah ruahnya umat Islam kejalan sehingga pergerakan kelompok Ustadz Bachtiar Nasir dan Habib Rizieq dari Istiqlal menjadi terhalang sehingga terpaksa umat yang ada di bundaran patung kuda harus mulai bergerak. Alhamdulillah ustadz Ali Jabir juga sudah ikut berada diposisi depan.


Saya dan adik ipar perlahan mulai berjalan mengikuti arus menuju Istana.


Sepanjang jalan kami selalu di ingatkan untuk tidak menginjak rumput maupun taman yang ada agar tidak menjadi fitnah seperti aksi sebelumnya. Beberapa orang terlihat seakan sengaja menjadi pagar pengaman untuk mencegah peserta aksi masuk kedalam taman-taman dan menginjaknya. Kita sih tertib. Taman clear gak ada yang di injak maupun dirusak.


Singkat cerita, meski susah payah kami berhasil menyelinap diantara kerumunan massa yang penuh sesak itu sehingga berada didepan sekali. Beberapa kali saya harus terjepit dan sedikit kesulitan karena pengamanan dari Laskar Mujahidin yang memberikan pengawalan ekstra ketat terhadap para tokoh dan ulama yang sudah ada dibagian depan.


Berbarengan dengan itu, dibelakang kami menyusul ustadz Solmed yang juga berusaha melewati kerumunan massa untuk menuju kedepan dibawah pengawalan Laskar Mujahidin lainnya.


Ustadz Ali Jabir mulai memberikan orasinya berupa tausiyah dan semangat kepada para peserta aksi damai didepan istana.


Dari sisi sebelah kiri kami, sepertinya berasal dari salah satu gedung tinggi, provokasi dimulai oleh pihak-pihak tertentu dengan diperdengarkannya suara lantunan ayat-ayat suci al-Qur'an (saya ingat persis waktu itu surah ar-Rahman) yang diperdengarkan dengan kencang sekali sehingga sangat mengganggu konsentrasi umat dalam mendengarkan tausiyah dari Ustadz Ali Jabir.


Sejumlah peserta aksi damai mulai terpancing untuk marah karena terganggu oleh kerasnya suara pengajian yang sengaja diperdengarkan itu. Beberapa orang dari keamanan FPI terlihat mencoba mencari asal suara namun setelah menyadari hal itu bagian dari provokasi akhirnya mereka mundur dan tidak ingin terjebak dalam permainan kotor pihak lawan.


Ustadz Ali Jabir tetap memberikan tausiyahnya hingga waktu adzan Ashar tiba. Kami mulai menyusun shof dan sholat Ashar diatas jalanan beraspal didepan istana.


Bersambung.


Sumber asli : https://www.facebook.com/armansyah/posts/10154592368778444


kami4


kami3


kami2


kami


Konfrensi Pers resmi GNPF-MUI terkait 04 Nov 2016




Catatan Aksi Damai 04 November Bag. 1

Catatan Aksi Damai Bela Islam 04 Nov 2016
Oleh. Armansyah


Bagian 1
Mukaddimah


Beberapa hari sebelum tanggal 04 November, saya sudah booking tiket pesawat via Armi Travel dengan tujuan Jakarta untuk ikut aksi damai para ulama ke Istana negara. Niat ini sempat maju mundur mengingat biaya yang harus dikeluarkan untuk keberangkatan dan kepulangan lumayan besar sementara kebutuhan keluarga tidak dapat pula dikatakan kecil. Punya 04 Anak, 3 diantaranya sudah aktif sekolah di Muhammadiyah (SMP dan SD) dan 1 lagi masih bayi yang aktif minum susunya. Plus kebutuhan lain ini dan itu yang lainnya.


03 November 2016 malam, saya booking ulang lagi tiket pesawat untuk keberangkatan ke Jakarta karena bookingan sebelumnya telah kadaluarsa. Pelan-pelan saya ajak istri ( Mitha Tanjung ) bicara soal ini dan diluar dugaan Alhamdulillah istri justru mendukung. MasyaAllah. Meskipun memang jujur saja kitapun think-thank lagi soal biayanya.


Tapi panggilan iman tak dapat dihalangi. Sedih dan sakit rasa hati ini ketika bau syurga nyata tercium dihadapan mata kami namun justru kami justru "lari" darinya alias kami tidak mendaftarkan diri kami sebagai mujahid dan mujahidah secara langsung ditengah lapangan. Kami berdo'a semoga Allah beri jalan.


Pagi tanggal 04 November, dijalan saat mengantar anak-anak pergi sekolah, kami bicara lagi didalam mobil. Istri mengatakan, papa pergilah. InsyaAllah dananya ada. Ikut dan bergabunglah sebagai salah satu pembela agama Allah di Jakarta. Bergetar saya dibelakang kemudi, menetes air mata saya dihadapan anak-anak saya. Ya Allah... terimakasih Engkau memberikanku istri terbaik dari sisi-Mu.


Tiba-tiba masih dalam mobil, istri mendapat telpon dari orangtuanya dan menanyakan apakah saya jadi ikut aksi damai #belaIslam kejakarta hari itu. Kedua orangtua istri saya ini mengatakan bahwa mereka siap membantu finansial untuk keberangkatan kemedan jihad tersebut.


Bertambah terharu saya.... Ya Allah... terimakasih Engkau telah memberikanku keluarga terbaik, orangtua terbaik, mertua terhebat. Akhirnya singkat cerita saya ajak anak-anak sejenak berbincang, saya katakan pagi ini juga papa akan berangkat jihad untuk bela Islam, bela al-Qur'an dari penistaan ahok. Saya katakan juga bahwa konsekwensi dari perjuangan ini, saya bisa saja tidak lagi kembali karena berhadapan dengan aparat yang boleh jadi beringas dan melakukan penembakan. Anak-anak sedih, mereka menangis karena tahu bahwa ayahnya dapat saja mati dalam aksi damai tersebut. Istri menenangkan mereka sepanjang perjalanan.


Singkat cerita akhirnya mobil putar balik dan persiapan keberangkatan mendadakpun langsung dibuat. Tiket segera diproses via website Armi Travel, armitravel.com... awalnya dapat Lion lalu tiba-tiba saat hendak di issued gagal. Coba lagi, dapat Nam Air sudah berhasil di issued dan transfer tapi pas di cek E-Ticketnya ternyata kembali gagal. Sisanya semua jadwal hanya ada untuk sore dan malam hari. Memang sebetulnya sudah jadi ketentuan maskapai bahwa proses booking hanya bisa dilakukan maksimal 6 jam sebelum keberangkatan.


Lemas... bayangan keberangkatan yang batalpun bermain dipelupuk mata. Akhirnya, masih dengan tekad bulat, bersama saudara ipar saya Haris Shahab yang juga ikut dalam aksi damai ini, dengan diantar langsung oleh mertua, Ida Tanjung kami kebandara. Di Bandara Internasional SMB2 kami keluar masuk sejumlah kantor maskapai. Semua rata-rata full. Tinggal terakhir, Garuda Indonesia. Agak cemas juga karena siapa yang tidak tahu bila tiket pesawat Garuda pastilah mahal lagian belum tentu juga masih ada.


Subhanallah. Ternyata disinilah jodohnya bertemu.
Pihak Garuda menyatakan masih tersedia untuk dua orang keberangkatan ke Jakarta pagi itu dan saat itu juga.


Jadi kami sampai di Bandara sekitar pukul 09.00 dan pesawat Garuda akan berangkat pukul 09.30 dengan harga tiket 1 juta lebih per-orang. Dengan mengucapkan Bismillah, demi agama Allah, keputusan langsung dibuat, kami ambil tiket itu dan langsung menuju boarding pass untuk selanjutnya berangkat ke Jakarta.


Turun dari pesawat di bandara Soekarno Hatta kami langsung menunggu Damri dengan jurusan Gambir untuk menuju Masjid Istiqlal. Sekitar 10 menitan, Bus yang ditunggu tiba.


Sayangnya terjadi perubahan rute karena akses sejumlah titik jalan ditutup. Kami turun di lampu merah simpang empat Tanah Abang, dan meneruskan dengan jalan kaki. Ternyata waktu sholat Jum'at sudah tiba, dihadapan kami sudah penuh jemaah dari seluruh lapisan masyarakat Muslim yang menggelar ibadah sholat Jum'at dihadapan Masjid Jami' Ar-Rohah dijalan Abdul Muis. Kamipun bergabung untuk mendirikan sholat berjemaah ditempat itu, diteruskan setelahnya longmarch ke Setia Budi menuju Istiqlal, bergabung dengan umat Islam lainnya yang akan bergerak secara damai ke Istana negara.


Bersambung.


Hikmah maupun ibroh dari tulisan ini:


1. Mantapkan niat fisabilillah, ingat, Innama a'malu binniyat, semua berawal dari niat, jika niat kita memang tulus untuk membela agama Allah dan berjuang diatas kebenaran, percayalah, Allah akan mudahkan urusannya. Yakinlah akan janji Allah. You just have to do your best and let Allah do the rest.


2. Jadilah suami yang sholeh, jadilah istri yang sholehah, jadilah orangtua dan mertua yang mencakup keduanya (sholeh nan sholehah) sehingga tahu ilmu beragama. Masing-masing dapat saling mendukung dalam rangka mencari ridho Allah. Makanya tidak heran jika salah satu syarat pernikahan yang digariskan oleh Rasulullah adalah karena agamanya. Pelajaran buat yang masih belum menikah. Cari yang sepadan denganmu, minimal seagama denganmu yang kelak akan dapat memberikanmu dukungan penuh dalam melakukan aktivitas keagamaan.


3. Ini pesan untuk semua kaum kafir dan munafik yang terus menyudutkan aksi damai 04 November....


a. saya berangkat jauh melintasi lautan dari Palembang yang damai dan penuh oleh makanan menuju ke Jakarta bukan untuk mencari nasi bungkus yang harganya tidak sepadan dengan harga tiket pesawat garuda.


b. Saya berangkat atas panggilan iman saya dengan dana secukup-cukupnya dan dicukup-cukupkan, tidak ada tokoh politik manapun yang membayar saya agar berangkat dan ikut aksi damai para ulama.


c. Saya tinggalkan keluarga saya yang saya cintai, orangtua saya, mertua saya dan anak-anak saya... bahkan anak bayi saya untuk sebuah asa demi sang maha Pencipta.


d. Latar belakang pendidikan saya S2 yang rasanya tidak bodoh-bodoh amat untuk menyadari jika dengan keikutsertaan saya dalam aksi damai para ulama ini bisa saja berakibat fatal bila berubah menjadi anarkis sehingga nyawa bisa hilang. Tidak ada seorang tokoh politik manapun yang dapat memaksa saya untuk melakukan apa yang harus saya lakukan dan apa yang tidak harus saya lakukan. Jadi murni keberangkatan dan keikut sertaan saya ini adalah panggilan iman yang digerakkan oleh Allah SWT, bukan bayaran, bukan konspirasi atau tekanan aktor politikus yang disebut-sebut berada dibalik aksi ini.


Alangkah nyamannya jika saya tetap tinggal di Palembang ditengah kedamaian dan tumpah ruahnya aneka makanan disini ketimbang harus berkorban jiwa, tenaga dan pikiran dengan terjun langsung kedalam aksi damai para ulama.


Kalian boleh mencari celah untuk menyudutkan perjuangan ini... tapi sampai mati kami sebagai umat Islam tidak akan pernah surut membela agama kami, membela kesucian kitab kami jika kalian berani menistakannya. Jakarta akan kembali berguncang dengan dzikrullah dan takbir bila hal ini terulang kembali.


Sumber asli : https://www.facebook.com/armansyah/posts/10154589727923444


usaijumatan tiketgarudanya

Wednesday, October 12, 2016

Jawaban untuk status FB Hariadi Saptadji (kasus Ahok)

Dalam status facebook seorang netizen bernama Hariadi Saptadji yang ternyata juga cuma sekedar copas tulisan orang lain, yaitu tulisan seorang netizen lainnya berinisial Kang Hasan di blognya yang berjudul : Awliya, dan Ironi Kepemimpinan Islam disebutkan bila terkait istilah Wali atau awliya dalam surah al-Maaidah 51 itu bukan untuk kaitannya dengan pilkada modern seperti sekarang ini, masih tulisnya, bagaimana mungkin ada ayat yang mengatur tentang pemilihan pemimpin, padahal pemilihan semacam itu tidak pernah terjadi dimasa lalu?


Jadi, apa yang dimaksud? Apa makna wali atau awliya? menurut si Kang Hasan ini, Wali artinya pelindung, atau sekutu. Ketika Nabi ditekan di Mekah, beliau menyuruh kaum muslimin hijrah ke Habasyah (Ethopia). Rajanya seorang Nasrani, menerima orang-orang yang hijrah itu, melindungi mereka dari kejaran Quraisy Mekah. Inilah yang disebut wali, orang yang melindungi. Kejadian ini direkam dalam surat Al-Maidah juga, ayat 81. Adapun ayat 51 yang melarang orang menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai pelindung itu adalah soal persekutuan dalam perang. Tidak ada sama sekali kaitannya dengan pemilihan pemimpin. Ini sudah pernah saya bahas, dan dibahas banyak orang. Demikian tulis Kang Hasan di Blognya.


Benarkah ucapan dari Kang Hasan itu diatas?


Baiklah, sekarang saya ajak kang Hasan dan siapapun orang yang merasa sehaluan dengan dirinya untuk menyaksikan tayangan video Quraish Shihab berikut :


[youtube=https://youtu.be/_9pMtZnTtd0]


Inti dari uraian Professor Quraish Shihab pada video diatas adalah (silahkan dicek sendiri kebenarannya) :




Awliya, jamaknya adalah Wali artinya orang yang dekat, yaitu orang yang seharusnya terdekat dengan kita. Dari sini muncul derivasinya sebagai penolong atau pemimpin. Dimana seorang pemimpin yang cepat memberikan pertolongan kepada masyarakat karena hubungannya yang sangat dekat atau akrab dengan orang yang ia pimpin.


Secara lebih jauh, Quraish Shihab menyebutkan konteksnya ini merupakan hubungan sesama manusia yang tidak ada lagi rahasia saking rapatnya kedekatan mereka.


Nah menurut Quraish Shihab ini, umat Islam jangan angkat mereka, yaitu kaum Yahudi dan Nasrani seperti ayat-ayat sebelumnya dimana jika orang Yahudi dan Nasrani tersebut suka merubah-rubah kitab sucinya, enggan mengikuti tuntunan al-Qur'an (tuntunan Allah dan Rasul-Nya) dan mengikuti hukum jahiliyah. Jangan mengangkat orang Yahudi dan Nasrani sebagai orang yang begitu dekat dengan orang beriman, apalagi untuk menjadi pemimpin. Meski demikian, tidaklah terlarang untuk konteks hubungan pergaulan sehari-hari, dagang, membeli barang dari tokonya dan sebagainya.


Sebab orang-orang itu (Yahudi dan Nasrani) adalah awliya untuk masing-masing mereka. Siapa diantara orang beriman (Islam) mengangkatnya sebagai awliya maka dia akan dianggap bagian dari mereka.



Kesimpulan dari ini adalah istilah awliya dalam ayat 51 surah al-Maaidah menurut Professor Quraish Shihab memang memiliki makna pemimpin, teman dekat, sekutu atau bisa juga aliansi. Jadi tidak sekedar sebagai pelindung dalam urusan persekutuan peperangan saja seperti tafsir si Kang Hasan. :-)


Ayo... Suruh Kang Hasan belajar lagi sama Profesor Quraish Shihab yang merupakan pakar tafsir al-Qur'an Indonesia terkait tafsir dan pemahaman istilah Awliya pada Surah Al-Maaidah ayat 51.


Saya memilih pendapat Professor Quraish Shihab dalam hal ini sebab beliau sering dijadikan rujukan oleh orang-orang yang cenderung memperbolehkan memilih orang kafir selaku pemimpin. Saya tidak puas jika hanya mengutip tulisan-tulisan saja, apalagi tulisan yang ditulis ulang oleh orang-orang dalam blog dan situs mereka. Hehehe.... tulisan bisa dimanipulasi, bisa direduksi.


Saya sengaja mencari video asli yang utuh dari ucapan beliau terkait pemahaman istilah Awliya dalam Al-Maaidah ayat 51. Sehingga tidak ada pemelintiran, manipulasi maupun reduksi kata-kata.


Masih menurut Professor Quraish Shihab kita itu dalam video tersebut diatas, umat Islam jangan mengangkat mereka, yaitu kaum Yahudi dan Nasrani selama mereka ini masih suka merubah-rubah kitab sucinya, enggan mengikuti tuntunan al-Qur'an (tuntunan Allah dan Rasul-Nya) dan mengikuti hukum jahiliyah.


Sekarang apakah sebagai contohnya disini adalah ahok termasuk orang yang enggan mengikuti tuntunan al-Qur'an? jelas iya, sebab dia sampai hari ini faktanya masih kafir. Ahok belum bersyahadat, ahok masih mengikuti hukum jahiliyahnya. Olehnya maka menurut Professor Quraish Shihab, orang semacam ini dilarang dijadikan Awliya, baik itu dalam tafsiran teman dekat, sekutu, aliansi apalagi pemimpin.


Okey ya Kang Hasan.... keliru khan paham anda itu.


Lanjut.


Istilah Awliya ( أَوْلِيَآءَ) dalam al-Qur'an surah Al-Maaidah ayat 51 ini merupakan bentuk jamak dari mufrad Wali. Sekarang mari kita lihat contoh ayat yang menggunakan istilah wali.




Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syaitan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka syaitan menjadi pemimpin mereka  ( وَلِيُّهُمُ ) di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih. ﴾ An Nahl:63 ﴿



Selain itu, ayat-ayat yang bercerita tentang terlarangnya menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin tidak cuma surah Al-Maaidah ayat 51 saja tetapi ada lebih banyak lagi, misalnya :




﴾ Ali Imran:28 ﴿
Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali (أَوْلِيَآءَ) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali(mu).


﴾ An Nisaa:144 ﴿
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?


﴾ Al Maidah:57 ﴿
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.


﴾ At Taubah:23 ﴿
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.


﴾ Ali Imran:149 ﴿
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi.



Menurut si Kang Hasan masih dalam blognya, Ketika Nabi ditekan di Mekah, beliau menyuruh kaum muslimin hijrah ke Habasyah (Ethopia). Rajanya seorang Nasrani, menerima orang-orang yang hijrah itu, melindungi mereka dari kejaran Quraisy Mekah. Inilah yang disebut wali, orang yang melindungi. Kejadian ini direkam dalam surat Al-Maidah juga, ayat 81.


Sekarang mari kita tanya pada Kang Hasan... kira-kira duluan mana nih ayat yang turun? Apakah duluan ayat 81-82 surah Al-Maaidah atau duluan surah al-Maaidah ayat 51?


Hehehe.... Kang Hasan yang baik, ayat ke-81 yang menurut Kang Hasan sebagai pembenaran sikap akang itu, meskipun tidak ditemukan Asbabun Nuzul dari ayat 81 dan 82, namun jika kedua ayat ini menurut Kang Hasan sebagai dasar Nabi menyuruh kaum Muslimin hijrah kebawah pemerintahan raja kristen, maka bisa dipastikan ayat-ayat tersebut diturunkan sebelum Hijrah ke Madinah. Sementara ayat 51 dari al-Maaidah diturunkan di Madinah.


Jadi, ayat 81-82 tidak membatalkan ayat 51. Sebaliknya jika ingin mengikuti kaidah berpikir Kang Hasan, maka ayat 51 yang turun belakangan justru dapat menasakh ayat-ayat tersebut yang turun sebelumnya.


Lagipula Kang Hasan, saya kasih tahu ya... Ayat-ayat al-Qur'an terkait dengan keharaman memilih pemimpin kafir semuanya ditujukan pada muslim yang secara aktif dan sadar melakukan pemilihan. Jika kasusnya kita tidak punya kuasa atau tidak terlibat dalam proses pemilihannya maka kita tidak terkena hukum al-Qur'an tersebut. Begitupula kasusnya jika keadaan tengah dalam posisi kondisionil atau darurat maka memakan babipun halal hukumnya apalagi hijrah kebumi Allah yang lain sekalipun daerah itu dipimpin oleh orang kafir sebagaimana kasus hijrahnya 80 orang sahabat Rasul ke Ethiopia (di antara mereka ada Abdullah bin Mas'ud, Ja'far, Abdullah bin Urfuthah, Utsman bin Mazh'un dan Abu Musa sesuai hadist pada Musnad Ahmad no 4168).


Jadi mari luruskan dulu logika berpikir kang Hasan sebelum memulai perdebatan masalah ini ya....


Satu lagi Kang Hasan.... jangan lupa baca juga peristiwa yang terjadi pada jaman Umar dimana beliau Rodiyallahuanhu kemudian menjadikan surah Al-Maaidah ayat 51 sebagai pijakan keputusannya untuk memutuskan hubungan Abu Musa Al-Asy’ari dengan sekretarisnya yang kristen. Silahkan disini baca lengkapnya ya Kang : 


https://arsiparmansyah.wordpress.com/2016/10/12/takhrij-atsar-umar-tentang-juru-tulis-nashrani/


Hampir lupa... khusus tentang pemilihan pemimpin yang katanya jaman dulu tidak ada seperti pilkada sekarang sehingga tidak mungkin al-Qur'an berbicara diluar konteks maka perlu di ingatkan bila al-Qur'an merupakan mukjizat Rasulullah yang berlaku sampai kapan saja. Banyak ayat-ayat al-Qur'an menceritakan fenomena-fenomena yang hakekatnya justru baru kita ketahui dijaman sekarang ini. Bukankah hukum-hukumnya mencakup seluruh peradaban? bukankah al-Qur'an bersumber dari Tuhan yang Maha Mengetahui apa yang terjadi dimasa lalu dan apa yang akan terjadi dimasa depan?


Jadi, apa masalahnya Kang Hasan? 


Bukankah Allah telah berfirman :




﴾ Al Furqaan:6 ﴿
Katakanlah: "Al Quran itu diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".


﴾ Asy Syu'ara:192 ﴿
Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam.


﴾ Al Baqarah:255 ﴿
Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.


﴾ Al Hijr:24 ﴿
Sungguh ! Kami sudah mengetahui orang-orang yang hidup sebelum kamu dan sungguh, Kami juga sudah mengetahui orang-orang yang akan hidup dimasa depan


﴾ Al Fushilat:42 ﴿
Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.


﴾ Al Baqarah:66 ﴿
Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.


﴾ Al Maidah:48 ﴿
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran.


﴾ Al A'raf:2 ﴿
Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman.



Adapun keberadaan pemimpin-pemimpin seagama yang kadang bertindak kejam, tangan besi dan juga otoriter terhadap rakyatnya yang notabene seagama dengannya bukanlah hal baru. Bisa terjadi dimana saja dan umat apapun. Hal demikian sama sekali tidak mewakili agama yang ia anut ataupun membatilkan konsep kepemimpinan dalam agama itu sendiri. Bukan konsep kepemimpinan yang diatur oleh agamanya yang salah tetapi oknum atau pelakunyalah yang menyimpang.


Akhirnya itu saja sementara ini Kang Hasan... salam kenal teriring do'a buat anda agar dapat sadar dan kembali kejalan yang benar, sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya terkait pemahaman surah Al-Maaidah ayat 51 ini.


Palembang, 12 Oktober 2016


Armansyah, M.Pd


Lampiran Tambahan :


﴾ Al Baqarah:173 ﴿
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


﴾ An Nisaa:100 ﴿
Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


﴾ Ali Imran:195 ﴿
Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik".


﴾ An Nisaa:89 ﴿
Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong,


﴾ An Nisaa:90 ﴿
kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada perjanjian (damai) atau orang-orang yang datang kepada kamu sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya. Kalau Allah menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap kamu, lalu pastilah mereka memerangimu. tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamu maka Allah tidak memberi jalan bagimu (untuk menawan dan membunuh) mereka.


Musnad Ahmad 4168: Telah menceritakan kepada kami Hasan bin Musa ia berkata; Aku mendengar Hudaij saudara Zuhair bin Mu'awiyah dari Abu Ishaq dari Abdullah bin Utbah dari Ibnu Mas'ud ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengutus kami kepada Najasyi, saat itu kami berjumlah sekitar delapan puluh orang, di antara mereka ada Abdullah bin Mas'ud, Ja'far, Abdullah bin Urfuthah, Utsman bin Mazh'un dan Abu Musa, mereka mendatangi Najasyi. Sementara orang-orang Quraisy mengutus Amru bin 'Ash dan Umarah bin Walid dengan membawa hadiah. Tatkala keduanya menghadap Najasyi, keduanya lalu sujud di hadapannya kemudian berdiri di samping kanan dan kirinya. Setelah itu keduanya kepada Najasyi, "Sesungguhnya beberapa orang dari bani paman kami telah datang di negerimu dan mereka membenci kami dan agama kami." Najasyi bertanya, "Dimanakah mereka?" Keduanya menjawab, "Mereka semuanya ada di negerimu, suruhlah mereka menghadap." Najasyi lantas pun memanggil mereka. Ja'far berkata, "Saya yang akan menjadi juru bicara kalian hari ini." Para sahabat lalu mengikutinya, kemudian mereka masuk dan memberi salam tanpa melakukan sujud (seperti yang dilakukan oleh utusan Quraisy). Orang-orang pun bertanya kepadanya, "Kenapa engkau tidak sujud kepada raja?" Ja'far menjawab, "Kami tidak sujud kecuali hanya kepada Allah Azza Wa Jalla." Najasyi bertanya, "Jelaskan kenapa demikian!" Ja'far berkata, "Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla mengutus kepada kami Rasul-Nya shallallaahu 'alaihi wasallam dan memerintahkan kepada kami untuk tidak bersujud kecuali hanya kepada Allah, menyuruh kami untuk shalat dan menunaikan zakat." Amru bin 'Ash berkata, "Sesungguhnya mereka menyelisihi engkau mengenai Isa bin Maryam!" Najasyi bertanya, "Apa pendapat kalian mengenai Isa bin Maryam dan Ibunya?" Para sahabat menjawab, "Kami katakan sebagaimana firman Allah Ta'ala, dia adalah kalimat Allah dan ruh-Nya, Dia masukkan ke dalam rahim wanita perawan dan rajin beribadah (Maryam) yang tidak pernah disentuh oleh laki-laki, dan belum pernah memiliki anak." Ibnu Mas'ud melanjutkan, "Lalu Najasyi mengambil sepotong kayu dari tanah dan berkata, "Wahai sekalian penduduk Habasyah dan para pendeta! Demi Allah, mereka tidak menambahkan sedikitpun dari apa yang kita katakan (yakini tentang Isa). Selamat datang untuk kalian dan untuk orang-orang yang datang bersama kalian, aku bersaksi bahwa dia adalah Rasulullah, dialah orang yang kami dapatkan ciri-cirinya dalam Injil dan dialah rasul yang diberitakan oleh Isa bin Maryam. Tinggallah kalian sesuka hati kalian, demi Allah jika bukan karena urusan kerajaan niscaya aku akan mendatanginya hingga aku yang akan membawa kedua sandalnya dan memberinya air wudlu'. Najasyi kemudian memerintahkan untuk mengembalikan hadiah dari Quraisy." Setelah itu Abdullah bin Mas'ud segera kembali ke Madinah hingga dia dapat ikut serta dalam perang Badar."


Shahih Bukhari 3591: Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Ya'qub bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami bapakku dari Shalih dari Ibnu Syihab berkata, telah menceritakan kepadaku Abu Salamah bin 'Abdurrahman dan Ibnu Al Musayyab bahwa Abu Hurairah radliallahu 'anhu mengabarkan keduanya, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengumumkan meninggalnya an Najasyi raja Habasyah pada hari meninggalnya dan bersabda: "Mohonkanlah ampunan untuk saudara kalian ini".


Blognya Kang Hasan : http://abdurakhman.com/awliya-dan-ironi-kepemimpinan-islam/


Reposting untuk status FB Hariadi Saptadji disini https://web.facebook.com/hsaptadji/posts/10211334167614840