Thursday, November 10, 2016

Catatan Aksi Damai Bela Islam 04 Nov 2016 Bag. 5

Catatan Aksi Damai Bela Islam 04 Nov 2016
Oleh. Armansyah


Bagian 5
Fitnah Cipulir


Malam itu bagi yang ada dilokasi kejadian depan istana, sudah bak dalam film-film perang saja layaknya. Suara tembakan membahana memecah kesenyapan angkasa. Entah apakah semua tembakan itu adalah gas airmata atau didalamnya diselipkan juga peluru karet seperti disampaikan oleh beberapa orang sebelumnya. Wallahua'lam. Tapi situasinya serba kacau... asap busuk dan menyakitkan mata dan dada bertebaran kemana-mana. Sirine Ambulance meraung-raung ikut menambah suasana bertambah mencekam.


Di depan gedung RRI, banyak para Habaib menyingkir. Kondisi merekapun setali tiga uang dengan kondisi kami berdua. Baju kotor, bau... mata merah, sesekali mual serasa mau muntah, kulit wajah seperti melepuh dan .... mereka pun butuh air didera rasa kehausan yang bersangatan akibat tembakan gas airmata yang entah apakah izin penggunaan jenis satu itu sudah benar ataukah tidak!


Dari lokasi tempat kami mundur itu, masih jelas terdengar suara Habib Rizieq yang berupaya meminta pihak kepolisian agar berhenti menembakkan senjata mereka kearah ulama dan peserta aksi damai.


MasyaAllah.... ini pertama kali saya menjadi saksi mata langsung heroisme seorang Habib Rizieq terhadap umatnya. Disaat serangan gas airmata membabi buta menyerangnya... disaat umat perlahan mulai terpukul mundur tak kuasa menahan serangan yang menyakitkan dari pasukan berseragam yang berubah jadi kesetanan itu.... Habib Rizieq tetap tak bergeming memberikan komandonya. Dia tidak mundur. Dia masih setia ada diposisinya didepan. Saya tidak tahu siapa saja yang masih setia ada bersamanya saat itu, namun dari rekam kejadian dan kesaksian kawan-kawan lainnya yang sempat melihat... setidaknya disana juga ada Ustadz Arifin Ilham, Aa' Gym, Bachtiar Nasir dan Syaikh Ali Jabir.


Mereka tidak cuma pandai memberi orasi, memberi ceramah atau komando namun mereka adalah orang-orang yang juga menjalankan apa yang telah menjadi komitmen awal mereka sebagai pejuang dakwah. Wajar bila Habib Rizieq dibenci oleh kaum munafikun dan kafirun. MasyaAllah.


Ditengah situasi semacam itu, kami mendapat kabar bila Habib Rizieq memerintahkan peserta aksi damai agar kembali ke Istiqlal dan melakukan konsolidasi disana.


Baru kami melangkah menuju Istiqlal... beberapa jemaah secara berombongan mengatakan bahwa Habib katanya memerintahkan menduduki gedung DPR/MPR.


Kami bingung... mana informasi yang dapat kami jadikan pegangan? Sementara hp semua gak ada sinyal untuk dapat menjalin komunikasi dengan teman-teman aktivis lain dilapangan.


Ada lagi rombongan lain melintas katanya bubar kembali kerumah masing-masing.... Jleb. Tambah bingung... akhirnya ditengah rancunya informasi ini, kami memutuskan untuk belok kearah Budi Kemuliaan. Dijalan ini secara berganti-ganti saja mobil ambulance lewat dan ternyata membawa jemaah yang menjadi korban gas airmata untuk dievakuasi kesana.


Diperjalanan itu kami bertemu banyak akhwat dengan mobil-mobil mereka bagi-bagi nasi, air dan juga permen. Alhamdulillah, kondisi yang memang sedang sangat membutuhkan asupan semacam itu. Kami berdua langsung duduk dipinggir jalan sebelum Budi Kemuliaan... cuci muka, minum sebanyak mungkin untuk melegakan tenggorokan akibat gas airmata tadi lalu makan nasi sekitar tiga empat suap.


Setelah itu saya dan adik ipar berunding... kami harus kemana? Istiqlal? DPR? Pulang?.... tapi pulang kemana? sejak awal kami berniat menetap di depan istana bersama para ulama, jadi sama sekali tak ada rencana untuk singgah atau menetap dirumah siapapun.


Sampai didepan Millennium... saya ingat keluarga yang dari Cipulir bertemu tadi siang...lihat hp ternyata sinyal mulai muncul meski masih naik turun, akhirnya kita berdua rembukan dulu lalu diputuskan untuk kerumah keluarga di Cipulir itu.


Karena saudara ipar saya ini mantan pemain sepak bola nasional dan tahu jalan di Jakarta, dia bilang Cipulir lumayan jauh di Jakarta Selatan. Akhirnya kami menghadang bajaj...


Singkatnya kamipun naik bajaj menuju daerah cipulir... entah dikawasan apa saya tidak jelas namun itu persimpangan lampu merah... ada anak-anak kecil jalanan melongokkan kepalanya kedalam bajaj dan masyaAllah bertanya... "Habis demo ahok ya Om... udah Om, bunuh saja ahoknya... hukum saja dia"


Wallahi ini benar dan bukan rekayasa... demi Allah itulah yang saya dengar dari anak-anak jalanan yang usianya masih kecil-kecil itu malam tersebut. Sopir Bajaj dan adik ipar saya menjadi saksi kebenaran kata-kata saya ini.... luar biasa, anak sekecil mereka loh bisa bilang begitu. Allahu Akbar.


Semakin jauh dari lokasi aksi damai, sinyal hp semakin bagus dan jreng normal 4G.


Dan... malam itu kami ditampung oleh keluarga didaerah cipulir sembari memantau berita. Disanalah kemudian saya mendapat info bila di jakarta utara terjadi juga keributan. Innalillah. Saya saksi bahwa itu bukan bagian dari aksi damai Ulama. Jadi please jangan sangkut pautkan dengan kami.


Paginya... setelah sekian jam dari malam harinya berkomunikasi dengan sejumlah kawan-kawan yang masih dilapangan (beberapa ada di Istiqlal dan lainnya ada di gedung DPR) akhirnya mengikuti arahan para ulama agar aksi damai dihentikan dulu dan silahkan kembali ketempat masing-masing secara tertib dan aman.


Saya dan adik ipar langsung memutuskan untuk pulang ke Palembang hari itu juga. Tapi masalahnya, kami belum punya tiket kepulangan sebab dari awal kami memang menunggu dulu apa yang akan terjadi setelah hari Jum'at. Apakah akan tetap lanjut dihari Sabtu dan Minggu atau bagiamana.... Saya coba periksa di armitravel.com semua penerbangan ke palembang full untuk pagi hingga sore... ada penerbangan malam jam 10.


Keluarga yang di cipulir kemudian mengatakan bila didekat pasar ada sebuah travel juga, mungkin bisa kesana untuk coba-coba cek tiket. Saya ingat.... itu merupakan bagian dari kemitraan armitravel.


Ternyata betul... nah Alhamdulillah ternyata pas kita ngobrol dan coba-coba cek dari sana, ada beberapa bookingan orang yang menuju ke palembang sudah expired dan belum di issued. Cepat kami ambil untuk penerbangan jam 15.


Ternyata keberadaan saya di Cipulir ini oleh salah seorang pengagum dan pembela ahok di fitnah sebagai bagian acara jalan-jalan usai demo... MasyaAllah. Itulah jika sudah terbiasa berprasangka buruk dan memfitnah orang akan jadi habit.


Pukul 16 kami berdua sudah menginjakkan kaki lagi di bumi Sriwijaya dengan Citilink dari Halim Perdanakusuma secara aman dan sehat. Alhamdulillah.


Demikian beberapa garis besar Aksi Damai Bela Islam 04 Nov 2016 dari pengalaman lansung saya dilapangan. Jika ada penyebutan brand tertentu yang dianggap iklan, bisa saja diartikan demikian namun semua memang tak lepas dari fakta kejadian sesungguhnya.


Sebagai akhir tulisan ini.... untuk diketahui saja bila adik ipar saya, Haris Shahab yang ikut berangkat aksi damai 04 November ke Jakarta meninggalkan istrinya dalam kondisi hamil anak ke-2. Saya sendiri masih punya anak bayi berusia 8 bulan dari 4 anak saya. Jadi bagi anda-anda yang suka maen fitnah bila aksi ini bayaran... buka mata kalian... kami datang ikut aksi ini atas panggilan iman, panggilan Allah bukan panggilan tokoh manapun, bahkan tidak juga atas provokasi seorang Habib Rizieq. Kami datang untuk #belaIslam #belaQuran atas penistaan simulut sampah, ahok. Kami tak ada urusan dengan politik jakarta. Urusan kami adalah kitab suci kami telah dinistakan olehnya dan itu yang akan kami lawan!


Armansyah, 07 Nopember 2016
21:56 WIB


dihalim1


No comments:

Post a Comment