Saya sudah nonton video utuh pernyataan Ahok di kepulauan seribu. Tapi tetap tidak menemukan korelasi maupun jawaban atas pernyataan kurang ajarnya terhadap firman Allah dalam surah al-Maaidah ayat 51.
Secara legal formal dengan menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah dalam hukum negara yang berlaku di Indonesia, maka Ahok perlu menjelaskan apa maksud kalimatnya yang ini... ” Kalau Bapak ibu ga bisa pilih saya, karena dibohongin dengan surat Al Maidah 51, macem macem itu.” dan “Kalo bapak ibu merasa ga milih neh “karena saya takut neraka”, dibodohin gitu ya gapapa”.
Pertanyaan :
A). Siapa yang dianggap Ahok telah membohongin dengan surat Al-Maaidah 51?
B). Siapa yang dimaksud telah membodohi dengan ancaman neraka karena Al-Maaidah 51?
Ini perlu klarifikasi yang jelas dari ahok sendiri, bukan dari orang lain sebab kata-kata itu keluar dari mulutnya bukan melalui tulisan media manapun atau individu siapapun diluarnya.
Jika yang dimaksud oleh Ahok yang telah membodohi dan membohongi itu adalah Allah karena telah menurunkan surah Al-Maaidah 51 maka Ahok telah jatuh dalam pasal-pasal penistaan agama. Proses hukum harus berlanjut.
Jika yang dimaksud oleh Ahok bahwa yang telah membodohi dan membohongi orang Islam agar tidak memilih pemimpin kafir berdasar Al-Maaidah 51 adalah orang atau lembaga tertentu maka dia harus bisa menunjuk dengan jelas siapa orang, institusi atau lembaga dimaksud agar tidak timbul fitnah.
Buktikan jika memang tafsir maupun fatwa dari mereka memang telah salah dan membodohi maupun membohongi sebagaimana tuduhannya itu. Jika tidak bisa maka Ahok berarti membuat tuduhan palsu dan pasal-pasal hukum yang menjeratnya menjadi berlapis.
Polisi dan penegak hukum lainnya harus memproses kasusnya dan dia harus di non aktifkan sebagai gubernur sekaligus mencabut haknya untuk ikut dalam pilkada dki jakarta.
Sudah cukup. Jangan menambah polemik berkepanjangan. Kasus ini harus diusut tuntas dan transparan agar publik khususnya umat Islam Indonesia maupun seluruh dunia tidak resah dan menjadi marah. Mari kita beri kepercayaan pada aparat penegak hukum kita dalam menyelesaikan kasus ini dengan baik serta kita kawal bersama prosesnya.
Armansyah
Palembang, Jum'at 07 Oktober 2016
NB :
Saya jadi ingat ayat dalam Bible :
"Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum." (Perjanjian Baru, Matius 12 ayat 34-37)
Syalom, Sdr Armansyah.
ReplyDeleteSeandainya Anda tidak mengutip ayat dari Injil, saya gak akan berkomentar. Tp Anda mengutipnya, mau Anda tujukan kepada siapa ayat tsb?
Anda menulis ini, intinya mengatakan Ahok pasti salah. Antara menghina ayat kitab suci Anda atau menghina alim ulama yg menggunakan ayat itu. Pada dasarnya Anda memang tidak suka Ahok kan.
Jika ustad Guntur Bumi, Aa Gatot, Dimas Kandjeng dalam aksinya menggunakan ayat kitab suci, tentu yg salah adalah orangnya, bukan kitab sucinya. Tapi kenapa tidak ada yg menuntut mereka ini juga menghina ulama? Padahal mereka ini berdakwah bak ulama.
Jika Ahok tidak bisa menyebutkan identitas siapa yg dimaksud secara jelas, sementara banyak ustad kurang ilmu menggunakan ayat tersebut dlm pengajian untuk mengajak umat tidak memilih Ahok, jadi langsung dianggap Ahok memfitnah (semua) alim ulama?
Sdr Armansyah, apakah menurut Anda semua ulama itu sudah pasti benar saat menyampaikan kotbah mengenai tafsir ayat kitab suci? Bukankah mereka itu juga manusia yg bisa salah?
Lagipula pernyataan Ahok sebenarnya jelas meskipun tidak bs menyebutkan identitas, Ahok mengacu pada ulama yg menakut2i umat akan masuk neraka jika memilih kafir sebagai pemimpin. Sementara di kitab suci Anda toh tidak menyebutkan soal masuk neraka. Jika benar hanya gara2 memilih pemimpin kafir terus masuk neraka, Allah macam apa yg tidak memperhitungkan seluruh amal ibadah umatnya gara2 1hal yg dianggap salah... Padahal Allah itu Maha Pengampun.
Apakah ustad yg membawa2 soal masuk neraka ini sudah yakin 100% omongannya benar, bahwa Allah pasti menghukum umatnya masuk neraka jika memilih kafir? Jika tidak yakin 100%, bukankah mereka menistakan Allahnya sendiri?
Pada dasarnya orang yg tidak bersalah tentu tidak akan bereaksi jika ada org yang mengungkit2 sesuatu yg tidak mereka lakukan.
Jadi sekali lagi saya tanyakan, Anda mengutipnya ayat dari Injil Matius 12 : 34-37 mau ditujukan kepada siapa? Anda tidak takut dituntut memfitnah alim ulama memakai kitab suci agama lain?
Bagiku agamaku, bagimu agamamu.
Salam.