Saya tidak akan pernah marah disebut sebagai orang kafir oleh pengikut kristiani, hindhu, budha atau lainnya sebab faktanya saya memang kafir terhadap ajaran agama tersebut. Sama sekali tidak terbersit dalam diri saya rasa tersinggung sedikitpun.
Begitu juga bila mereka atas dasar agama dan keyakinan mereka masing-masing untuk menolak memilih saya --bila misalnya-- hendak menjadi seorang gubernur, walikota atau presiden.
Kenapa mesti marah? kenapa harus sewot? lah jika memang itu ajaran mereka.... ya kita harus hormati. Itulah makna dari laa ikroha fiddin, tidak ada paksaan dalam agama.
Justru aneh bila saya lalu sewot, marah-marah dan memaksa orang-orang kristiani, hindhu, budha dan lainnya itu untuk mengakui saya sebagai orang yang seiman dengan mereka sehingga wajib dipilih sebagai calon dalam pemilihan umum. Padahal faktanya saya tidak pernah satu iman dengan mereka-mereka ini.
Jalani saja semua secara professional dan bijak. Hormati apa yang ada dalam agama orang lain. Tak usah memaksa apalagi menghina.
Bahkan dalam sebuah diskusi ilmiah sekalipun kita tidak boleh menghina agama atau keyakinan orang lain. Kita boleh mengkritik dalam sebuah forum khusus tukar pikiran atau adu argumen, cuma ingat, kritik itu beda dengan menghina.
Armansyah.
No comments:
Post a Comment