Friday, January 31, 2014

Kala diserang Typhus dan DBD

sakit

 

Sakit mengajarkan kita tentang nikmatnya sehat. Hidup mengajarkan rasa syukur atas waktu yang tersisa untuk banyak beribadah pada Allah.


Jika kita masih bisa mendengar, bersyukurlah. Jika kita masih bisa melihat, bersyukurlah. Jika kita masih bisa bernafas maka syukurilah. Kelak satu demi satu nikmat itu akan dicabut dan tinggallah kita seonggok jasad beku yang tiada arti. Fabiayyi aalaa irobbikuma tukadzziban.


Selama 38 tahun hidup diatas dunia ini, jujur baru beberapa hari yang lalu itu saya mengalami panas tinggi yang begitu kuatnya mencengkram tubuh. Benar-benar rasa terbakar mulai dari muka sampai menyelimuti seluruh badan ini. Subhanallah. Itu terjadi selama 3 hari 2 malam. Setiap kali saya meminum obat penurun panas (mulai dari yang herbal sampai yang kimia), bukan malah turun tapi menjadi-jadi panasnya. Alhasil akhirnya benar-benar drop keadaan tubuh. Innalillahi, ternyata begitu di periksa darah, saya dinyatakan positip terserang typhus dan dbd. Obat oral masih kalah kuat berperang tanding dengan kedua penyakit itu sehingga dokter mengambil langkah menggunakan parasetamol dalam bentuk cairan infus (Farmadol) yang langsung masuk kedalam darah. Alhamdulillah, hanya perlu waktu sekitar kurang dari 1 jam, panas tubuh yang selama 3 harian berkutat di angka 38 dan 39 turun ke angka 36 sampai hari ini. Ya Allah, terimakasih atas rahmat-Mu.


Saat ini, infus sudah dibuka dan saya sudah kembali berada di rumah. Tetap butuh waktu untuk proses pemulihannya, belum sepenuhnya stabil saat berdiri.


sakit2



Terimakasih pada sahabat, handai taulan, keluarga, tetangga, para siswa dan semuanyalah yang tak mungkin bisa saya mentioned satu persatu namanya atas doa dan perhatian yang telah di berikan pada saya di waktu sakit kemarin. Tak mungkin saya dapat membalasnya, namun saya berdoa kepada Allah agar memberikan kebaikan dunia dan akhirat sebagai gantinya. Aamiin.


Catatan Typhus dan DBD, 27 Jan-29 Jan 2014

No comments:

Post a Comment