Friday, September 19, 2014

Tak perlu menggugat Jodha Akbar!

logo_jodha_akbar_india

Beberapa waktu terakhir, saya sering membaca banyaknya pihak-pihak tertentu yang memprotes keberadaan mini seri Jodha Akbar yang tayang di salah satu televisi swasta.  Kisah tersebut dianggap menyudutkan Islam.


Sebenarnya jika saya melihat sejarah aslinya, maka menurut saya pribadi tak perlu ada yang harus di protes disana. Tokoh Jalal atau aslinya Jalāl ud-Dīn Muhammad Akbar pada faktanya bukanlah penganut Islam yang benar. Dia bahkan membentuk satu agama baru yang merupakan perpaduan antara Islam, Hindhu, Zoroaster dan Jainism yang disebut sebagai Din-i-Ilahi (cek: http://en.wikipedia.org/wiki/Din-e_Ilahi).


Kisah Jalal adalah kisah tentang seorang tokoh yang memang pernah ada dalam sejarah dunia di India. Kita tidak dapat menafikannya atau menolaknya. Cukup jadikan pelajaran saja apa yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, sebaliknya mana yang baik dari tokoh tersebut, tidak pula haram untuk kita ambil hikmahnya.


 

Demikian ....

Palembang Darussalam,

 

Armansyah

 

 

 

Rekaman Ceramah di Majelis Ta'lim: Salam

Silahkan di unduh jika berkenan... judulnya: "Salam".

Ceramah saya di salah satu majelis ta'lim

Link:

https://db.tt/vxKsGH2o

Format MP3, lama: 25 menit (download langsung dari akun Dropbox saya, tidak pakai survey atau iklan apapun).

Sedikit sinopsis:

Banyak dari kita umat Islam yang tidak mengerti tentang arti salam kita sendiri, akhirnya kita suka-suka dalam menggunakan salam. Ada yang menyingkatnya, ada yang menjadikannya ucapan "slang" dan seterusnya.

Semoga bermanfaat.

 

Friday, September 12, 2014

Antara konsep Khilafah dan Pilkada tak langsung

Oleh : Armansyah


Ditulis di TL FB, 12 September 2014


Berbicara tentang rencana kembalinya pemilihan kepala daerah oleh anggota DPRD, pada hakekatnya saya sepakat dan setuju. Hal ini jika kita tinjau dari sistem Khilafah didalam Islam maka konsep pilkada tak langsung itulah yang lebih mendekatinya, walaupun sudut pandang dan dasar pijakannya tetap saja jauh berbeda, dimana yang satu berpijak pada syari'at Islam dan satunya lagi pada konsep demokrasi.


Pada sistem khilafah, seorang Khalifah dipilih berdasarkan musyawarah diantara para fuqaha, kurang lebih mirip-mirip anggta dewan tertinggilah ya. Dalam konsep ini masyarakat atau umat tidak terlibat secara langsung dalam prosesnya tapi setelah kemufakatan terjadi diantara para fuqaha itu maka umat wajib untuk sami'na wa-atho'na, taat. Meski demikian, sesuai dengan contoh yang ada pada masa Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib, jika ada diantara masyarakat yang menolak berbaiat, mereka tidak dipaksa apalagi dihukum, kecuali bila mereka pada akhirnya membuat kekacauan didalam masyarakat.


Pada konsep khilafah, wilayah faqih tentu tidak dapat sembarang orang memasukinya, Tidak mungkin rakyat yang tak paham ilmu agama dipilih dan duduk disidang fuqaha seperti halnya konsep demokrasi. Menurut konsep wilayah faqih ini jika hal itu terjadi, maka seluruh konsep keagamaan dan kenegaraan yang berkaitan dengan hukum-hukum ilahi serta kemanusiaan akan kacau balau. Sementara menurut kaidah demokrasi, siapa saja asal mampu mempengaruhi banyak orang untuk memilihnya maka, entah apakah dia mampu atau tidak mampu, berilmu atau tidak berilmu, beriman atau tidak beriman... pokoknya sah dan dapat menjadi anggota legislatif. Ujung-ujungnya untuk mempengaruhi banyak orang ya harus banyak duit.


Jika ingin melihat konsep yang agak cenderung mendekati khilafah misalnya ada pada Iran hari ini, tentunya terlepas dari konsep pemahaman keagamaan yang dianut oleh mayoritas umat disana..


Kembali lagi pada soal pilkada.... saya seratus persen insyaAllah setuju dengan penjabaran Yusril Ihza Mahendra berikut (sumber kutipan saya sertakan di bagian akhir).


Thursday, September 11, 2014

Biar sibuk, tetap tilawahan yaa....

tetap_tilawahan_ya

 

Hukum mengadzankan bayi baru lahir

Tulisan ini awalnya adalah sebuah pertanyaan disalah satu komentar status Facebook saya tanggal 11 September 2014. Dengan pertimbangan kemaslahatan yang bisa juga diperoleh dari mensharingnya kepada publik, maka saya tulis dalam blog ini.


Pertanyaannya adalah :
Tadz.. Katanya hadis tentang mengadzani bayi baru lahir lemah ya.?? Jadi lebih baik di lakukan atau ditinggalkan.?

Jawab :

Ada beberapa hadist yang berkaitan dengan mengadzankan bayi yang baru lahir.


Sunan Tirmidzi 1436: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dan 'Abdurrahman bin Mahdi keduanya berkata; telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Ashim bin Ubaidullah dari Ubaidullah bin Abu Rafi' dari Bapaknya ia berkata, "Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengumandangkan adzan -shalat- pada telinga Hasan bin Ali saat ia dilahirkan oleh Fatimah." Abu Isa berkata, "Hadits ini derajatnya hasan shahih. Dan pelaksanaan dalam akikah adalah sebagaimana yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dari jalur yang banyak, yaitu dua ekor kambing yang telah cukup umur untuk laki-laki dan satu ekor untuk anak perempuan. Diriwayatkan pula dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, Bahwasanya beliau pernah mengakikahi Al Hasan bin Ali dengan satu kambing. Dan sebagian ulama berpegangan dengan hadits ini." (Al-Bani mendhaifkan hadist ini karena Ashim bin Ubaidullah salah satu perawinya yang dari kalangan tabi'in disebut oleh Imam Bukhari munkar, Ibnu Sa'd menyebut tidak boleh berhujjah dengan hadistnya tapi Ibnu Hajar hanya mendhaifkannya saja).


Ada juga hadist dari Abu Daud yang berderajat Hasan.

Sunan Abu Daud 4441: Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari Sufyan ia berkata; telah menceritakan kepadaku Ashim bin Ubaidullah dari 'Ubaidullah bin Abu Rafi' dari bapaknya ia berkata, "Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengumandangakan adzan layaknya adzan shalat pada telinga Al Hasan bin Ali ketika dilahirkan oleh ibunya, Fatimah."


Antara tanah hari ini dan tanah esok hari

Waktunya muhasabah lagi yuk... saat saya menulis ini, bumi Palembang Darussalam telah masuk waktu senja hari. Jelang masuk waktu untuk sholat Maghrib. Nah, hari ini kita telah menjalani hari kita seperti biasa. Bergelut dengan beragam aktivitas yang mungkin melelahkan dan membuat penat. Mari kita hisab diri kita hari ini... apa amalan yang sudah kita perbuat selain aktivitas rutin kita? adakah yang plus dari hari kemarin? atau justru kemunduran? Misal, kemarin kita sedekah sama anak-anak jalanan di lampu merah dan hari ini kita melupakannya.




Sahabat.... hari ini kita masih diberi kesempatan untuk hidup, padahal dosa-dosa kita menumpuk. Itu tandanya, Allah masih memberi waktu bagi kita untuk bertobat. Mari jangan sia-siakan. Tetap saling ingat mengingatkan dalam berbuat benar dan berbuat sabar.


Hari ini juga kita masih dapat menginjak tanah dengan kaki kita, tapi esok boleh jadi justru tubuh kita sudah ada didalam tanah yang hari ini kita injak. Tidak ada yang tahu kapan dan dimana kita akan mati. Terus mohon ampunan pada Allah yuuk.


Palembang, 11 September 2014 (status Facebook)

 

Armansyah

 

Berbuatlah semampu kita untuk akhirat kita

Jadilah manusia yang bermanfaat bagi orang lain, sesuai dengan kapasitas ilmu dan kemampuan kita. Khoirunnas anfa'uhum linnas, manusia yang terbaik --kata Rasul-- adalah manusia yang memberi manfaat bagi orang lain. Boleh jadi sebuah senyum yang tersimpul oleh kita, kepahaman ilmu yang kita ajarkan, pengetahuan agama yang kita tablighkan atau sejumlah uang yang kita sedekahkan pada orang lain, mendatangkan manfaat untuknya dan menjadi penolong kita pada hari kita di hisab oleh Robbi izzati.



Status FB, 11 September 2014



Armansyah

Selimut malam ini dan esok hari


Malam ini kepala masih berbantalkan busa dan tubuh berselimut bulu angsa, tapi boleh jadi besok kepala berbantal tanah dan tubuh berselimut kafan.



Ditulis di status Facebook, 11 September 2014 dini hari

 

Armansyah Azmatkhan

 

Antara ruang dan hati

Kita terkunci dari luar, didalam sebuah kamar tertutup pastinya akan menderita, begitu juga bila hati kita terkunci dari kebenaran.

 

Status FB, 10 September 2014

Armansyah

 

 

Norman Kamaru dan berita yang merendahkan profesi

Awalnya, saya sempat membaca beberapa berita yang dishared oleh sejumlah kawan-kawan di timeline facebook saya terkait tokoh Norman kamaru, seorang mantan anggota Brimob Gorontalo berpangkat Briptu yang mendadak terkenal karena video menirukan joged dan lagu India berjudul Caiya-caiya...


Hal yang membuat mata saya menyipit adalah pemberitaan yang dimuat terkait profesi Norman saat ini yang menjadi tukang bubur untuk menghidupi keluarganya. Ada hal yang saya jujur tidak suka dengan pemberitaan profesinya saat ini. Seolah ada kesan merendahkan dan menyepelekan. Dan itu tidak hanya oleh media-media sekuler saja, tapi bahkan oleh beberapa sahabat saya di dunia maya.


Ini misalnya ... (lihat yang saya lingkari merah)


normandiliputan6


Bro and Sis.... memang jika Norman jadi tukang bubur kenapa? apa menurut anda profesi itu hina? rendah? lalu jadi seorang Polisi itu mulia, hebat, gitu? jadi karyawan kantoran yang digaji per-bulan adalah mulia dan hebat, gitu? jadi seorang pegawai negeri, punya posisi sebagai kabid, kepala dinas adalah mulia dan hebat, gitu? Jadi dokter, kepala sekolah, dosen, guru dan lain sebagainya sudah membuat kita mulia dan hebat, gitu?




Kapan kita mulai dapat menghormati dan tidak merendahkan profesi yang digeluti oleh seseorang? karena dia jadi tukang bubur, lalu semua kompak memberitakan norman dengan kata-kata prihatin. Padahal belum tentu dimata Allah rezeki yang kita dapatkan dari profesi kita hari ini lebih halal dan lebih toyyib daripada rezekinya norman sebagai tukang jual bubur.... belum tentu bos, bro, coy, sis, tante dan eneng.




Rinduku untuk dapat berhaji

Melihat satu persatu jemaah pergi ke tanah suci, ya Allah, kapan diri ini punya kesempatan yang sama? Derai tawa di wajah-wajah calon tetamu Allah, menderaikan juga doa dan harapan saya agar kelak sebelum ajal tiba, bisa bersama ada disana pada bulan dzulhijjah. Membawa keluarga tercinta untuk sujud langsung di hadapan Baitullah.


Semoga semua jemaah haji tahun ini, selamat dalam pergi dan selamat waktu kembali. Selamat didunia dan juga selamat di akhirat. Mudah-mudahan Allah mengijabah pinta kita semua. Aamiin.


masjidilharam

 

 

Wednesday, September 10, 2014

Nugget Ayam tanpa Pengawet & MSG

Posting kali ini, izin promo usaha istri yang terbaru.... Nugget Ayam produksi sendiri (Home Made) tanpa pewarna dan MSG.


nugget1

 

 

Alhamdulillah, senang rasanya melihat usaha nugget ayam yang dibuat oleh istri tercinta, Mitha Tanjung, semakin berkembang. Setelah melihat penjualan beberapa waktu terakhir, kita coba mulai memasang brand sendiri, yaitu Nugget Ummi, agar konsumen lebih mudah mengingat dan mengenalnya.


ayam-sayur

Rasanya juga lebih varian, mulai dari rasa original (ayam), rasa ayam sayur, rasa keju hingga nugget ayam tanpa garam (ada beberapa teman-teman konsumen yang merequest ini). Nuggetnya sendiri tetap dibuat tanpa pengawet dan msg, jadi lebih sehat dan insyaAllah lebih terjamin kehalalannya. Mudah-mudahan usaha nugget ini bisa beriringan sejalan dengan usaha busana syar'i muslimah di Gerai Ukhti (lihat Instagramnya di http://www.instagram.com/geraiukhti sehingga kedepannya kita bisa mendaftarkannya di Badan POM dan juga mendapatkan status halal resmi dari MUI insyaAllah.


Bagi yang berminat bisa langsung sms ke nomor 02176696160 atau pin 24c417f1. Dibuka juga untuk reseller yaaa.


nugget2



nugget3




Mohon maaf bila posting saya kali ini kurang berkenan bagi sejumlah kawan-kawan. Bolehkan sesekali saya bantu promosikan usaha keluarga sendiri yang penting tetap halal dan syar'i. Lah orang korupsi saja yang jelas batil gak pake malu masuk tipi.... masak kita yang cari rezeki halal malu.....



Tuhan berdarah dan membusuk!

Dalam film Iron Man 2, ada kalimat unik yang diucapkan oleh musuh Tony Stark yang bernama Ivan Stanko:




" If you could make God bleed, people would cease to believe in Him ".


Lihat dialog ini pada link:


http://www.imdb.com/title/tt1228705/quotes?item=qt1184001



Didunia nyata, dilingkungan sebuah IAIN di Indonesia yang konon mayoritas penduduknya adalah muslim, beberapa mahasiswa Fakultas Ushuluddin disana merentangkan spanduk dalam ospeknya bertuliskan: "Tuhan Membusuk".


Boleh jadi dua hal ini ada kaitannya.... bila Tuhan mampu dibuat berdarah-darah lalu kemudian mati, maka selanjutnya pasti tuhan akan membusuk. Itu logika sederhananya. Namun apakah logika tersebut benar? Apa iya Tuhan dapat dibuat berdarah, mati dan membusuk? Apa iya Tuhan itu sama seperti makhluk-Nya? Apa sebenarnya yang hendak disampaikan oleh mahasiswa yang terlihat "seakan tak berpendidikan" itu melalui tindakan kontroversialnya tersebut? Jujur saya percaya bila mereka itu pasti paham apa konsekwensi dari sikapnya itu, but the question is: Why did they do it?




Terlihat aneh status ini tetapi saya mencoba jalan melingkar, menyusuri alur pikiran orang-orang itu menurut paradigma mereka agar paham apa dan kenapanya.


Arsip status FB, 06 September 2014



Jangan lelah berbuat baik...

Jangan lelah berbuat baik dan jangan gundah berbuat benar. Biarkan orang mencela maupun memandang sinis kepada kita. Selama tujuan dan niatnya kita itu adalah untuk ridho Allah, maka terus saja lakukan apa yang harus kita lakukan, jangan pernah berhenti. Karena urusan kita adalah Allah, maka biarkan orang itu berurusan sendiri dengan Allah. | Seperti status BBM saya yang nyaris tak pernah saya ganti berbulan-bulan lamanya..... " Aq dan Allah : Cukup! "


Status FB, 08 September 2014

Hukum muslim memasuki gereja

Ada salah seorang murid saya yang sekarang sedang studi di luar negeri dan terikat dengan sistem orang tua angkat. Kebetulan, orang tua angkat ini non muslim dan termasuk kelompok orang yang taat beribadah. Sehingga setiap minggu pasti ke gereja. Murid ini bertanya pada saya, apa hukum memasuki gereja meski tidak mengikuti ritual ibadah orang-orang kristiani itu.




Saya jawab bahwa hukumnya insyaAllah boleh. Bahkan jika memang kita terpaksa untuk melakukan sholat 5 waktu didalam gereja itupun boleh.


Hanya saja kita tidak boleh melakukan ritual ibadah seperti kebaktian dan sejenisnya, juga didalam gereja itu kita pastinya tidak boleh melakukan penyembahan kepada semua yang dipertuhankan selain Allah, misalnya kepada patung yesus, maria dan seterusnya. Sebab akidah kita jelas mengatakan bahwa Isa hanyalah seorang Nabi Allah, Isa al-Masih hanya manusia biasa dan Allah bukanlah Isa. Maria adalah Maryam, ibunda al-Masih juga manusia biasa. Tidak ada unsur ketuhanan dalam diri Maryam serta putranya itu.




Allah dalam teologi Islam bersifat laysakamislihi syai-un, lam yalid walam yuulad, walam yakunlahu kufuan ahad. Ke-Esaan Allah dalam akidah Islam adalah tanzih, mutlak. Jadi kita harus tetap menjaga akidah kita untuk murni. Adapun jika umat kristiani melakukan ritual ibadahnya, ya harus kita hormati. Tapi intinya bahwa hukum memasuki gereja adalah boleh. Hanya melakukan sholat didalamnya --selama masih ada tempat lain yang bisa digunakan, sebaiknya dihindari --.


Dulu sewaktu Khalifah Umar ibn Khattab menaklukkan Yerusalem pada tahun 636 M, beliau disambut baik oleh Sophronius I (634-638), Patriarkh dan Uskup Agung Gereja Orthodox Yerusalem serta sempat diajak berkunjung ke Gereja Makam Suci (Holy Sepulchre Church). Sewaktu masuk waktu dzuhur, Uskup menawarkan pada Khalifah Umar untuk melakukan sholat didalam gereja tersebut. Setelah mempertimbangkan segala sesuatunya, Khalifah Umar menolak dan memilih melakukan sholat diluarnya.


Alasan Khalifah Umar bukan karena sholat didalam gereja tidak boleh, melainkan waktu itu beliau takut suatu hari gereja tersebut akan direbut oleh umat Islam yang tidak mengerti lalu dirubah jadi masjid hanya karena melihat Khalifah Umar pernah sholat didalamnya. Umar jelas paham sekali konsep lakum dinukum waliyadin yang ada pada Islam dan betapa kita harus menghormati eksistensi umat diluarnya termasuk menjaga dengan baik tempat ibadah mereka.


Sengaja saya shared secara umum dengan tetap tidak menyebut identitas murid yang bertanya tersebut dengan pertimbangan untuk berbagi pengetahuan bersama terhadap permasalahan sejenis ini nantinya. Boleh jadi ada yang juga memiliki kemiripan kasus dengan ini.


Semoga bermanfaat.


Bumi Palembang Darussalam, 08 September 2014.


Armansyah Azmatkhan.




The International Holy Qur'an Recitation Competition

MTQ_Interntl2014

 

 

mtq2

 

 

More information:
https://www.facebook.com/mtqinternasionalsumsel
http://www.mtqinternationalsumsel.com


Sunday, September 7, 2014

Siapa Ahli Kitab?

Disejumlah kalangan umat Islam masih terdapat perdebatan tentang golongan orang yang masuk dalam klasifikasi Ahli Kitab. Siapa ahli kitab yang dimaksud oleh al-Qur'an? Apakah orang-orang ahli kitab ini masih ada dijaman kita modern sekarang ini? Samakah orang musryik dengan orang ahli kitab?


Dengan mengucap Bismillah, saya tertarik untuk ikut membahasnya.... semoga bermanfaat.


Saya awali dulu dengan hadist berikut:




Musnad Ahmad 2365: Dari Ibnu Abbas tentang firmanNya (Alif laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Romawi), ia berkata; "Bangsa Romawi dikalahkan dan akhirnya kalah." Ia berkata; "Orang-orang Musyrik senang (berharap) jika bangsa Persia dapat mengalahkan bangsa Romawi, karena mereka adalah penyembah berhala, sedang kaum Muslimin senang (berharap) jika Romawi dapat mengalahkan Persia, karena mereka adalah Ahli Kitab. Maka orang-orang menceritakannya pada Abu Bakar, maka Abu Bakar menceritakannya pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh nantinya mereka akan menang."



Dari hadist diatas kita mendapat gambaran bahwa antara Ahli Kitab dengan kaum Musryik itu berbeda. Dimana perbedaan itu adalah kaum Ahli Kitab merupakan orang-orang yang pernah diturunkan kepada mereka wahyu melalui para Nabi dan Rasul meskipun wahyu itu sendiri tidak lagi dalam bentuk aslinya dan telah dirubah-rubah sesuai nafsu mereka. Sedangkan kaum musryik adalah mereka yang murni menyembah berhala, seperti menyembah api, menyembah matahari, menyembah pepohonan dan sejenisnya.


Ada lagi hadist penguat pendapat kita ini ....




Musnad Ahmad 2099: Dari Ibnu 'Abbas, ia berkata; "Orang-orang Musyrik biasa membelah rambut mereka, sedangkan Ahli Kitab mengurai -Ya'qub berkata; - rambut mereka. Sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam senang dan suka menyamai Ahli Kitab -Ya'qub melanjutkan; - di sebagian perkara yang tidak diperintahkan." Sedang Ishaq menyebutkan; "Pada perkara yang tidak diperintahkan." Ishaq melanjutkan; "Pada perkara yang tidak diperintahkan. Lalu beliau mengurai rambut bagian depannya, dan beliau membelahnya."


Sunan Ibnu Majah 3622: Dari Ibnu Abbas dia berkata, "Para ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) membelah dua rambut mereka, sedangkan orang-orang Musyrik mengurai rambut mereka, dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam senang seperti ahli Kitab." Anas berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengurai rambutnya dan membelah menjadi dua."


Musnad Ahmad 6429: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Sesungguhnya akal dua ahli kitab adalah setengah dari akal kaum muslimin, mereka itu adalah Yahudi dan Nasrani."


Musnad Ahmad 21205: Dari Abu Umamah berkata; Aku berada dibawa kendaraan Rasulullah Shallallahu'alaihiWasallam saat penaklukkan Mekah, beliau mengucapkan kata-kata baik dan indah, diantara yang beliau sabdakan; "Barangsiapa yang masuk Islam dari dua ahli kitab maka ia mendapatkan pahala dua kali, ia mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti kita, dan barangsiapa yang masuk Islam dari kaum musyrikin maka ia mendapatkan pahalanya, ia mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti kita."



Jadi melalui berbagai riwayat ini, istilah Ahli Kitab yang dimaksud memang adalah kaum Yahudi dan kaum Nasrani. Sementara kaum musryikin adalah diluar keduanya. Hal ini tidak menjadi perbedaan dikalangan para ulama Islam.




Musnad Ahmad 13379: Dari Anas bin Malik berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada Ubay bin Ka'ab, Hajjaj berkata; tatkala turun ayat, "Orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) " --keduanya (Hajjaj dan Anas bin Malik Radliyallahu'anhuma) meneruskan pembicaraan-berkata; Allah 'azza wajalla menyuruhku untuk membaca di hadapanmu, LAM YAKUNILLADZINA KAFARU... (Ubay bin Ka'ab Radliyallahu'anhu) bertanya, apakah Allah 'azza wajalla menyebut-nyebut namaku?."Ya", jawab Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. (Anas bin Malik Radliyallahu'anhu) berkata; kontan Ubbay menangis.



Sekarang apakah kaum Ahli Kitab yang ada dijaman Rasulullah dan dimaksud oleh nash-nash agama adalah sama seperti orang-orang yang hari ini mengaku sebagai kaum yahudi dan kristiani?


Mari kita lihat nash berikut :


Hukum kawin beda agama

Tulisan ini awalnya dari pertanyaan yang diajukan oleh salah satu murid saya melalui media sosial facebook di timeline saya tanggal 04 September 2014 (klik saja untuk melihat postingan aslinya).

Ya... sebenarnya ini bukan isyu baru.

Dari dulu pernikahan beda agama selalu menjadi isyu yang bergulir. Permasalahannya klasik, salah satu dari dua orang yang saling mencinta dan mungkin juga telah mengikat diri untuk sehidup tapi tak semati itu berbeda agama. Biasanya juga yang sering mencuat itu ada diantara kedua makhluk ini yang Islam, entah apakah itu laki-lakinya muslim dan wanitanya kafir atau sebaliknya, laki-laki itu kafir dan wanita itu yang muslimah.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang mengatur tentang pernikahan dan berlaku resmi di NKRI, BAB 1 Pasal 2 butir (1) mengenai Dasar Perkawinan menyebutkan :

 

Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu

 

(Sumber UU bisa di unduh dari: www.hukumonline.com/pusatdata/detail/26834/node/18/uu-no-1-tahun-1974-perkawinan )

Perkawinan adalah sesuatu yang sifatnya sakral, suci. Perkawinan juga dilakukan salah satunya untuk menghindari perbuatan yang melanggar norma masyarakat seperti berzinah atau kumpul kebo yang merusak tatanan kehidupan, menjadikan manusia tak ubahnya binatang yang tak punya akal. Asal suka sama suka maka hubungan sex dapat dilakukan tanpa perlu ada pertanggung jawaban.

Lihatlah kucing, lihatlah anjing.... sering khan kita melihat kucing kawin dijalanan? adakah rasa malu di diri para kucing itu? oh malu karena dilihat orang. Oh malu karena melakukan hubungan sex ditengah alam raya terbuka.

Jawabnya Tidak ! Mereka tak punya rasa malu.... kenapa? karena mereka tak punya akal yang dapat memberi pelajaran moral pada mereka, memberikan pelajaran adab kepada mereka. Pokoknya asal nafsu birahinya terpenuhi main tunggang saja, main hajar saja.

Selesai melampiaskan hajat binatangnya.... kucing jantan lalu melenggang dengan santai dan meninggalkan kucing betina yang segera setelahnya dalam waktu tak lama akan hamil dan melahirkan.

Apakah kucing jantan itu harus bertanggung jawab atas kehamilan si betina? jawabnya tidak. Mereka tak pernah tahu urusan tanggung jawab. Kenapa demikian? jawabnya ya karena mereka binatang. Sekali lagi binatang. Kucing jantan itu juga tidak merasa punya kewajiban untuk mencari nafkah bagi kucing betina dan anak-anaknya. Kucin jantan itupun tidak harus menyekolahkan anak-anak yang lahir atas perbuatannya. Kucing jantan juga tidak ada kewajiban untuk mengajarkan ilmu agama apapun pada si kucing betina serta anak-anaknya. Kenapa? Jawabnya sama, ya karena mereka binatang. Sekali lagi binatang. Di eja : B-I-N-A-T-A-N-G

Jadi bila ada manusia yang ingin berlaku bebas suka-suka tanpa ada aturan hidup diatas dunia ini maka jawabnya tegas dan pasti bahwa manusia itu sudah ingin dirinya menjadi binatang. Sekali lagi dia ingin jadi binatang. Akalnya sudah tak berfungsi lagi. Bukan karena gila atau penyakit keturunan, tapi memang dia ingin derajatnya disetarakan dengan derajat binatang. Melampiaskan nafu birahinya pada siapa saja yang dia inginkan kemudian setelah itu melarikan diri dari tanggung jawab untuk selanjutnya bertemu dengan orang lain melakukan pula hal yang sama.

Persis khan dengan kelakuan binatang?

Nah, aturan perkawinan dibuat, entah itu undang-undang perkawinan negara ataupun syari'at agama ditujukan bukan untuk membatasi kebebasan manusia dalam menyalurkan hajat nafsunya, melainkan memberi rambu-rambu, norma dan perlindungan bagi masing-masing insan yang terlibat perkawinan itu sendiri.

Perkawinan dua orang anak manusia bukan hanya melibatkan dua orang laki-laki dan perempuan itu saja, namun juga akan melibatkan dua keluarga bersatu. Keluarga si laki-laki dan keluarga si perempuan. Si perempuan juga bukan cuma menjadi alat pemuas nafsu laki-laki seperti halnya kucing betina bagi jantannya, tetapi juga berhak mendapatkan pengayoman dari sang suami berupa nafkah sehari-hari, pakaian, kediaman tempat tinggal, harta warisan, bimbingan akhlak, bimbingan bersosialisasi dengan masyarakat dan puncaknya adalah sang istri berhak untuk mendapat bimbingan sang suami untuk menuju ke syurga. Hal yang sama juga berlaku untuk anak-anak yang terlahir dari hasil perkawinan kedua orang tersebut.

Jadi perkawinan bukan sesederhana pikiran orang yang sedang dimabuk oleh cinta dan syahwat, asal aku cinta kamu dan kamupun cinta aku. Aku dan kamu cinta-cintaan lalu pergi kepenghulu, ijab kabul entah dihadapan al-Qur'an atau berdiri diatas altar. Tidak demikian. Perkawinan tidak sesimpel itu. Perkawinan itu kompleks. Penuh rambu dan aturan main.

Nabi sejak dini sudah mengatur perkawinan ini agar hendaknya dilakukan atas dasar agama. Artinya agama dijadikan alasan pertimbangan rasional yang prioritas, bukan cinta. Kenapa? karena cinta manusia pada makhluk hanya bersifat sementara, tidak kekal, penuh dengan tipuan, penuh dengan nafsu. Setelah berjalan sekian lama, cinta dapat pelan-pelan terkikis, memudar dan hilang.

Lihatlah fakta dihadapan kita hari ini.... berapa banyak orang yang menikah itu awalnya berdasarkan alasan cinta, tapi seiring waktu pernikahannya menjadi kandas. Entah oleh perbedaan ini atau perbedaan itu.

Apapun alasan perbedaan yang menyebabkan perceraian itu terjadi namun pastinya cinta ternyata tidak dapat menjadi alat penyatu, cinta tidak dapat dijadikan alasan untuk mempertahankan mahligai perkawinan yang dulu digadang-gadang sebagai alasan utama mereka melangsungkan ijab kabulnya.

Disini, cinta bisa kita buktikan tidaklah berarti apa-apa dan olehnya jangan dijadikan alasan utama untuk memulai mahligai pernikahan. Maka benarlah ucapan Nabi Muhammad SAW.

Shahih Muslim 2661: Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Seorang wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu beruntung."

Tapi bukankah banyak orang yang menikah atas dasar agama namun juga akhirnya bercerai? bukankah sama saja?

Saya jawab... sekilas iya sama, tetapi hakekatnya berbeda. Mari saya jelaskan....

Thursday, September 4, 2014

Menyikapi orang berpenyakit hati

Hidup didunia ini, ada banyak saja orang yang tidak menyukai kita, membenci kita bahkan ingin menghancurkan kita. Kadang orang-orang itu sendiri bahkan tidak juga mengerti alasan mereka melakukan hal itu. Pokoknya benci saja, ya tidak suka saja, iri saja. Ya sudahlah, tak perlu diambil pusing tujuh keliling. Mereka itu orang-orang yang memiliki penyakit dalam hatinya. Lah kita berbuat benar saja tetap salah dimatanya, apalagi jika kita berbuat khilaf dan salah.


Saya tidak meminta anda melupakan atau memaafkan, itu adalah hak setiap orang dari anda. Bahkan sekalipun anda ingin mengqishaspun, selama itu tidak berlebihan, masih dicakup oleh syari'at. Tapi saya hanya ingin mengatakan bahwa ketika kita ternyata tetap mampu berdiri, istiqomah dalam bersikap, berpikir dan berbuat maka orang-orang itu sendirilah yang kelak akan hancur dan menjadi pecundang. Syukur-syukur bertaubat dan memperbaiki hubungannya dengan kita.




Bumi Palembang Darussalam,
04 September 2014


Armansyah Azmatkhan

SBY-Jokowi: Antara cinta dan benci

Jika benci, bencilah karena Allah. Jika cinta, maka cintailah juga karena Allah. Jangan berlebihan menyanjung SBY dan jangan pula kelewatan menghujat Jokowi. Setiap orang selalu punya sisi baik dan sisi buruknya masing-masing. Bencilah bila jokowi melanggar syari'at Allah tapi jangan apatis bila ia berbuat hal yang benar. Dulu, SBY juga pernah dihujat karena alasan ini dan alasan itu yang sifatnya keduniawian. Sekarang ketika SBY bersama dalam satu gerbong dengan koalisi merah putih dan menolak permintaan jokowi untuk menaikkan harga BBM, SBY dipuja.




Sikap politik saya tidak berubah. Disini saya hanya mengingatkan kawan-kawan agar tidak terjebak pada perilaku yang berlebihan. Ujung-ujungnya malah ikut berdosa. Lakukan semua semata-mata karena Allah dan atas pertimbangan syari'at. Bukan sekedar like or dislike pribadi. Bagaimanapun, seperti yang dulu pernah saya sampaikan bahwa oposisi itu hanya dibenarkan oleh syari'at jika itu berhadapan dengan kebatilan. Tapi bila sebuah perbuatan maupun kebijakan itu benar dan bermanfaat untuk umat, maka oposisi tidak dapat diterima. Sebaliknya, wajib untuk mendukungnya. Ya, mendukung tanpa harus menanggalkan idealisme yang kita anut.


Olehnya, maka tidak ada koalisi yang permanen dan tidak ada pula oposisi yang abadi. Bersikaplah yang wajar dan sesuai anjuran agama. InsyaAllah kita akan tetap mulia.


Armansyah Azmatkhan, bumi Palembang Darussalam.
03 September 2014.



Kehebatan Nabi Sulaiman

Nabi Sulaiman mungkin adalah Nabi paling unik diantara semua nabi-nabi. Ada banyak cerita yang diungkap oleh al-Qur'an tentang Nabi satu ini. Dari sisi nasab, beliau bernasabkan pada Nabi Daud, seorang raja besar dari kalangan Bani Israel. Beliau dikaruniai kemampuan untuk mengerti bahasa hewan. Didalam al-Qur'an diceritakan bagaimana dialognya dengan burung Hud-hud yang akhirnya membawa episode pertemuannya dengan ratu Saba'. Nabi Sulaiman juga diceritakan mampu mengerti bahasa semut. (Lihat surah An-Naml ayat 16 s/d 22).




Bahkan lebih jauh beliaupun mampu menundukkan bangsa Jin dan memerintah mereka sesuai dengan keinginannya. Mulai dari operasional diatas bumi hingga menyelam kedasar laut. (Rujukan surah An-Naml ayat 17, surah al-Anbiya ayat 82 dan Surah Saba' ayat 13)


Selanjutnya, Nabi Sulaiman adalah Nabi yang memiliki teknologi angin (lihat ayat 81 dari surah al-Anbiya), yang mana dengan angin itu beliau dapat kemana saja dalam waktu yang sangat singkat. Al-Qur'an dalam surah Saba' ayat 12 secara jelas menuturkan bila perbandingan perjalanannya diwaktu pagi dan sore pada hari yang sama....serupa dengan 2 bulan perjalanan orang biasa dari titik A ke titik B.


Masih belum cukup keunikan putra Daud ini, beliau memiliki tentara yang cerdas sehingga dapat memindahkan singgasana ratu Saba' sebelum mata berkedip. Jika rata-rata jarak kedipan mata normal mencapai 300-400 mili detik maka proses pemindahan itu berlangsung kurang dari itu. (Rujukan surah An-Naml ayat 40)


Selesai? belum....
Nabi Sulaiman juga adalah orang yang mumpuni dibidang hukum dan syukur (Rujukan surah al-Anbiya ayat 79 dan An-Naml ayat 15)


Apakah semua kemampuan Nabi Sulaiman diatas sebagai sesuatu yang bersifat penuh keajaiban keghaiban? atau memang pernah dicapai suatu teknologi tinggi pada masa itu yang melebihi teknologi yang pernah dicapai oleh peradaban modern ini?


Dilihat dari sudut kemampuannya, setidaknya Nabi Sulaiman telah menggenggam teknologi informasi dan komunikasi yang tinggi hingga teknologi teleportasi dan kecepatan cahaya ala film star trek.


 

Bumi Palembang Darussalam, 29 Agustus 2014

Monday, September 1, 2014

Hukum Isbal

Sebagian orang menganggap memanjangkan pakaian hingga dibawah mata kaki bagi pria adalah haram. Perbuatan tersebut dianggap menyelisihi sunnah dan terancam untuk masuk neraka. Tapi jika kita tinjau dari sudut kacamata nash syar'i-nya, maka pertama-tama, al-Qur'an sama sekali tidak pernah menyinggung perihal isbal bagi pria walaupun hanya dalam satu ayat saja.

Al-Qur'an ketika bicara tentang aurat, lebih menitik beratkan "isbal" pada kaum perempuan yang justru diharuskan untuk mereka. Asbabun Nuzul dari ayat-ayat penutupan aurat bagi perempuan muslimah dapat ditelusuri dari berbagai kitab-kitab tarikh, kitab hadist dan fiqh dari imam-imam madzhab.

Pelarangan isbal yang ditujukan bagi pria dalam kacamata Islam memang pernah ada. Berikut perwakilan sejumlah riwayat terkait dengan isbal ditinjau dari kacamata hadist-hadist yang tersebar.

Shahih Muslim 154: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Muhammad bin al-Mutsanna serta Ibnu Basysyar mereka berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far dari Syu'bah dari Ali bin Mudrik dari Abu Zur'ah dari Kharasyah bin al-Hurr dari Abu Dzar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tiga golongan manusia yang Allah tidak akan mengajak mereka bicara pada hari kiamat, tidak melihat mereka, tidak mensucikan dosanya dan mereka akan mendapatkan siksa yang pedih." Abu Dzar berkata lagi, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membacanya tiga kali. Abu Dzar berkata, "Mereka gagal dan rugi, siapakah mereka wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Orang yang melakukan isbal (memanjangkan pakaian), orang yang suka memberi dengan menyebut-nyebutkannya (karena riya'), dan orang yang membuat lakubarang dagangan dengan sumpah palsu."

Musnad Ahmad 16033: (Ahmad bin Hanbal radliyallahu'anhu) berkata; telah menceritakan kepada kami Yunus bin Muhammad berkata; telah menceritakan kepada kami Aban dan Abdushshomad berkata; telah menceritakan kepada kami Hisyam dari Yahya dari Abu Ja'far dari 'Atha` bin Yasar dari beberapa sahabat Nabi Shallallahu'alaihiwasallam berkata; tatkala ada seorang yang shalat dalam keadaan isbal (memanjangkan kainnya sampai bawah mata kaki) pada sarungnya.

Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda kepadanya, "Pergilah dan berwudlulah". (beberapa sahabat radliyallahu'anhum) berkata; lalu orang itu pergi dan wudlu, lalu datang lagi. Lalu Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda kepadanya, "Pergilah dan berwudlulah." (beberapa sahabat radliyallahu'anhum) berkata; lalu dia pergi dan berwudlku, kemudian datang. lalu (beberapa sahabat radliyallahu'anhum) bertanya, kenapa anda Wahai Rasulullah, kenapa anda memerintahkannya untuk berwudlu kemudian anda diam?. Beliau menjawab, "Dia shalat sedangkan dia dalam keadaan musbil sarungnya, sesungguhnya Allah Azza wa jalla tidak menerima shalat seorang hamba yang sarungnya isbal."

 Lalu bagaimana sebenarnya hukum Isbal itu sendiri? Apakah wajib atau sunnah? bagaimana bila kita melakukannya dalam keseharian kita?

Mari kita perhatikan teks-teks hadist yang juga terkait dengan hadist-hadist kita diatas, memiliki maksud sama tapi redaksi berbeda.

Musnad Ahmad 8643: Telah menceritakan kepada kami Bahz telah menceritakan kepada kami Hammad dari Muhammad dari Abu Hurairah, dia berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah tidak melihat kepada orang yang menyeret sarungnya dengan rasa sombong (berlaku isbal)."