Rekaman Suara :
https://soundcloud.com/armansyah-abi-daffa/khutbahjumat20032015
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا و مِنْ َسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ،:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Ma’asyirol muslimin rohimakumullah
Marilah kita bersama-sama tidak henti-hentinya untuk selalu bersyukur kehadirat Allah Subhanahu wata’ala. Karena atas nikmat-Nya yang tak berkesudahan, pada hari ini kita semua masih dapat berkumpul bersama-sama dimasjid Solahuddin al-Ayyubi yang kita cinta ini guna menunaikan salah satu kewajiban kita selakuseorang muslim, menunaikan ibadah sholat Jum’at berjema’ah.
Allah telah menganugerahkan kepada kita banyak sekali nikmat yang niscaya tidak akan pernah dapat untuk kita hitung. Sejak dari kita bangun tidur dipagi hari hingga kita kembali tertidur dimalam harinya. Bahkan indahnya rasa kantuk dimalam hari itu sendiri merupakan salah satu bentuk nikmat yang juga mesti kita syukuri. Rasa syukur yang tidak cuma habis sebatas kata-kata dimulut kita semata tetapi dipraktekkan secara nyata dlm kehidupan sehari-hari.
Oleh sebab itu pula khotib mengingatkan kepada kita semuanya untuk tidak mengobrol, atau sibuk dengan handphonenya apalagi sampai ada yang tertidur sehingga apa yang nantinya disampaikan diatas mimbar ini justru tidak mendapat perhatian sama sekali dan menjadi sia-sialah keberadaannya di majelis jum’at yang penuh berkah Allah ini.
Tidak jemu-jemunya saya mengajak jemaah Jumu’ah sekalian untuk mengingat kondisi saudara-saudara muslim kita di Gaza, Palestina, Afghanistan, Irak dan sejumlah negara lainnya yang sekarang tengah bergejolak dikecamuk oleh peperangan. Banyak dari mereka melakukan sholat Jum’atnya tidak didalam masjid beralaskan permadani disertai angin sepoi-sepoi maupun hembusan pendingin udara tapi mereka melakukannya dibawah reruntuhan masjid yang telah porak poranda ditengah ancaman kematian yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Mari khotib mengajak kepada jemaah sekalian termasuk diri khotib sendiri untuk senantiasa meningkatkan taqwa kepada Allah dan senantiasa bersyukur atas nikmat-nikmatNya. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya. Keselamatan semoga juga tercurah atas para sahabat dan umat beliau yang terpimpin, dahulu, sekarang dan yang akan datang. Sudah menjadi suatu kewajiban bagi kita sebagai umat Islam, ketika nama Rasulullah disebut maka kita menyambutnya dengan bersholawat atas diri beliau.
Ada banyak bacaan sholawat yang bisa kita ucapkan sebagaimana termaktub dalam kitab-kitab hadist yang muktabar, dua diantaranya yang pendek misalnya adalah صلی اللہ علیہ وسلم (Salallahu ‘alaihi wassalam) atau ( اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ) Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa’ala aali Muhammad.
Jangan biarkan lidah-lidah kita kelu untuk membaca sholawat terhadap Rasulullah, padahal Islam yang kita imani pada hari ini justru ada berkat perjuangan beliau SAW.
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Innallaha-wamalaa ikatahu yusholli na’alannabi … Yaa ayyuhalladzi na-aamanu shollu ‘alayhi wasallimu taslima. Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Al-Qur’an surah al-Ahzab ayat 56).
Semoga kecintaan kita yang besar kepada baginda Rasul, dapat mendatangkan kecintaan yang besar juga dari sisi Allah sehingga kita berhak untuk mendapatkan syafaa’at beliau kelak di Yaumil Mahsyar. Aamin ya Robbal ‘aalamin.
Tema jum’at kita pada hari ini adalah Sholat dan terorisme jiwa.
Jemaah jum’at yang dirahmati oleh Allah.,
Dari berbagai media massa cetak dan elektronik, kita kerapkali dihadirkan berita tentang maraknya aksi terorisme diberbagai tempat. Aksi-aksi tersebut terkadang sampai membuat kita bergidik dan merasa ngeri jika hal yang demikian terjadi pada diri kita dan keluarga kita. Dengan segala cara dan upaya kita akhirnya mengambil langkah-langkah pencegahan agar kelompok radikal yang diberitakan oleh media ini tidak masuk kewilayah kita. Tetapi sayangnya banyak dari kita yang tidak menyadari bila kita ternyata sudah sering menerima tamu bernama radikalisme tersebut. Kita tidak sadar bahwa kita justru sering bertindak sebagai terorisme terhadap diri kita sendiri. Kita kerap menteror jiwa kita dengan kejahatan.
Indonesia adalah negeri yang sering disebut sebagai negara berpenduduk muslim mayoritas didunia ternyata banyak juga terjadi aksi kemungkaran dalam berbagai bentuknya. Dimana-mana kita membaca dan mendengar berita tentang pembegalan, penodongan, perampokan, pemerkosaan, pemakaian narkoba, penyimpangan seksual, pelacuran hingga pembunuhan dan korupsi dalam jumlah angka yang fantastis.
Kita muslim yang mayoritas tetapi dimana-mana kita melihat banyak wanita yang mengaku muslimah berjalan bebas tanpa mengenakan hijabnya. Mereka tidak Cuma menanggalkan kerudung yang harusnya menutupi rambut-rambut mereka selaku mahkota namun lebih parahnya lagi mereka mengumbar aurat yang seharusnya hanya boleh diperlihatkan dihadapan suami mereka.
Dimana-mana ketika awal bulan Romadhon tiba masjid menjadi penuh, sewaktu pelaksanaan sholat ‘Ied atau sholat hari raya dilapangan jumlah jemaahnya juga membludak. Tetapi lihatlah juga setiap hari kita membaca berita tentang kejahatan yang terus terjadi. Media sosial seperti facebook, Instagram, Twitter, Path dan sebagainya penuh dengan foto-foto insan-insan muslim yang berpose dengan tubuh yang nyaris tak berbusana, berpose mesra dengan pasangan yang belum halal menjamah tubuh mereka.
Masjid penuh penjara juga penuh. Kesolehan dipertontonkan dan kemaksiatan juga dibanggakan.
نعوذ بالله من ذلك
Inilah bentuk teror kita terhadap jiwa kita sendiri. Setiap hari kita sholat 5 waktu tapi setiap hari pula kita sering berlaku munafik. Setiap hari kita mengucap syahadat tapi banyak pula dari kita yang berbuat kemusryikan.
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا
وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا
(Demi jiwa beserta penciptaannya, maka telah diilhamkan kepada jiwa itu jalan untuk menuju kejahatan dan jalan untuk bertakwa; sungguh beruntung siapa yang mensucikan jiwanya, dan sangat merugi siapa yang mengotori jiwanya).
Ma’asyirol muslimin jemaah masjid sholahuddin al-Ayyubi rohimakumullah.
Allah berfirman dalam al-Qur’an surah al-A’la ayat 14 dan 15 :
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
قَدْ أَفْلَحَ مَن تَزَكَّىٰ
وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّىٰ
(Sungguh beruntung orang yang mensucikan dirinya, lalu mengingati nama Tuhan-nya, dan mengerjakan shalat).
Kata aflaha adalah bentuk fi‘l madhi dari kata falâh terambil dari kata falaha-yaflahu-falhan wa falâhatan, diartikan sebagai “hasil baik”, “sukses”, atau ”memperoleh apa yang dikehendaki”. Dari sini, kata falah seringkali diterjemahkan dengan “beruntung”, “berbahagia”, dan “memperoleh kemenangan”. yakni kemenangan duniawi dan juga kemenangan ukhrowi.
Kebahagiaan duniawi boleh jadi diantaranya mencakup usia panjang, kekayaan, dan kemuliaan, sedangkan kebahagiaan ukhrowi mencakup kekekalan tanpa kepunahan, kekayaan tanpa kebutuhan, kemuliaan tanpa kehinaan, dalam al-Qur’an ada sebanyak empat kali kata ini di ulang, yakni pada QS. Thâhâ (20) ayat 64, surah Al-Mu’minûn (23) ayat 1, surah Al-A‘la (87) ayat 14, dan Surah Asy-Syams (91) ayat 9. Keempatnya didahului oleh kata qod yang berarti “sungguh”, yakni menunjukkan makna kepastian.
Jika Allah sudah mengatakan “Qod aflaha man tazakka, wa dzakarosma Robbihi fa sholla” (sungguh beruntung orang yang mensucikan dirinya, lalu mengingati nama Tuhan-nya, dan mengerjakan shalat).
Maka artinya ada penekanan dalam bentuk kepastian bahwa orang yang sholat itu mestinya orang sudah beruntung sebab dia selalu ingat dengan Tuhannya. Jika Allah sendiri sebagai Dzat Yang Maha Menciptakan alam semesta sudah memberikan kepastiannya maka apakah kita berani untuk membantah kalam-Nya?
Dalam surah yang lain di al-Qur’an, yaitu surah al-Ankabut ayat 45. Allah juga berfirman :
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
أَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ
Dirikanlah shalat, Sesungguhnya sholat itu dapat mencegah dari (perbuatan) keji dan munkar
Dari ayat ini kita juga mendapat gambaran bahwa orang yang sholat itu harusnya tidak lagi berbuat hal-hal yang tercela, tidak lagi korupsi, tidak lagi bergunjing, tidak lagi merampok, berzinah, membunuh dan lain sebagainya. Kenapa demikian? Karena AQIMI SHOLAATA LIDZIKRII, karena mendirikan sholat itu adalah mengingat Allah. Logikanya bagaimana mungkin orang yang sering ingat kepada Allah sempat mengingat setan dengan mengerjakan maksiat? Air dan minyak tidak akan pernah dapat bercampur menjadi satu. Begitupun yang Haq dan Batil.
Jadi bila kemudian faktanya di negeri ini banyak umat Islam yang terlihat sholat tetapi banyak pula umat Islam yang berbuat kejahatan maka pada hakekatnya orang-orang tersebut atau bahkan salah satu diantara mereka adalah diri kita sendiri, belum betul-betul mendirikan sholat. Kita baru sebatas terlihat sholat. Mutasyabbih. Seakan-akan sholat padahal kita cuma aksi saja dengan semua sikap ritualnya.
Kita memang sholat namun banyak dari kita yang tidak tahu apa arti bacaan yang diucapkan sewaktu sholat. Kita memang sholat tetapi hati kita belumlah sholat. Maka jadilah kita seperti firman Allah yang lain dalam al-Qur’an:
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ
(maka celakalah bagi orang-orang yang sholat).
نعوذ بالله من ذلك
Jemaah Jum’ah Rohimakumullah.
Dalam salah satu hadisnya, Rasul bersabda:
صـلـّوا كـمـا رأيـتـمـونـي أصـلـّي
Sholluu kamaa roaitumuunii ushollii (sholatlah kamu sebagaimana melihat aku sholat).
Bagaimanakah sebenarnya Rasul sholat? Apa rahasia sholat Nabi sehingga beliau dapat menjaga dirinya dari perbuatan yang keji dan munkar?
Banyak dari kita yang sering terjebak bahwa arti dari sabda Rasul tadi “Sholluu kamaa roaitumuunii ushollii” (sholatlah kamu sebagaimana melihat aku sholat) dalam artian seluruh teknis gerak ritual sholat haruslah sama persis seperti apa yang dulu pernah diperbuat oleh Rasulullah dan pemahaman itu hanya satu gerakan saja. Jika berbeda dengan apa yang kita yakini sebagai gerakan Sholat yang berasal dari Rasullah maka ia pasti salah.
Padahal faktanya hadis-hadis yang berbicara tentang gerakan sholat sendiri ada bermacam-macam dan menjadi ikhtilafiyah antara satu ulama dengan ulama lainnya, tergantung dari sudut pandang madzhabnya masing-masing dan cara mereka dalam memahami redaksional nash agama terkait sholat itu sendiri. Sebagai misalnya dalam hal mengangkat tangan dan bertakbir terdapat ikhtilafiyah.
Ada yang mengamalkan mengangkat kedua tangan sejajar telinga terlebih dahulu baru mengucapkan takbir namun ada pula yang bertakbir terlebih dahulu baru mengangkat tangannya sejajar telinga. Manakah yang benar? Dua-duanya ternyata benar dan memiliki dalil yang rojih dari para imam hadis utama seperti Imam Muslim, Abu Daud, an-Nasai, Bayhaqi dan Ibnu Majah.
Contoh lain dalam hal membaca Basmalah, ada yang berpendapat harus di jaharkan namun ada juga yang berpendapat harus dibaca sirr atau lirih. Imam Syafe’i dan imam Malik merupakan dua contoh imam madzhab yang saling berbeda terkait bacaan Basmalah tersebut.
Ada lagi perbedaan terkait posisi tangan setelah i’tidal atau bangkit dari ruku’, ada yang berpendapat tangan harus disedekapkan namun ada pula yang berpendapat sebaliknya. Dalam hal ini Syaikh Al-Bani berbeda pendapat dengan Syekh Bin Baz dan Ibnu Usaymin. Imam Abu Hanifah dan Syafe’i berbeda dengan pendapat Imam Malik.
Kemudian misal lainnya adalah tentang posisi lutut dan tangan ketika hendak sujud. Ada yang berpendapat bahwa kita harus mendahulukan kedua lutut baru meletakkan tangan dan wajah, namun ada pula yang berpendapat harus mendahulukan tangan baru di ikuti oleh lutut dan wajahnya. Keduanya ternyata memiliki dalil yang sama-sama rojih diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, An Nasa’i, Abu Daud dan Ahmad hanya berbeda rantai sanadnya saja, yang satu bersumber kepada Wa’il dan lainnya dari Abu Hurairah.
Pertanyaannya kembali lagi, Bagaimanakah sebenarnya Rasul sholat? Kenapa begitu banyak cara sholat yang berbeda?
Jemaah Jum’ah Rohimakumullah.
Kita sama-sama mengetahui bahwa dijaman Rasulullah belum ada teknologi CCTV yang dapat digunakan untuk merekam cara sholat Rasul yang sesungguhnya. Tidak ada rekaman asli dalam bentuk visual yang direkam dari berbagai arah seperti arah depan, belakang, samping kanan – kiri dan atas. Para sahabat melakukan sholat dengan cara melihat langsung Rasul sholat. Dan tidak dapat dipungkiri bila penglihatan di antara sahabat tentu akan melahirkan keragaman sifat gerakan shalat itu sendiri.
Beda posisi sholatnya dalam bermakmuman pada Rasulullah, maka akan berbeda juga hasil penglihatannya...... apalagi diantara para sahabat juga memiliki jumlah pengalaman yang berbeda dalam sholatnya bersama Rasulullah, ada yang sekali dua kali, ada yang berkali-kali, maka akan lain pula ketika mengamalkan shalat dan meriwayatkan/mengajarkannya kepada anak-cucunya dan kemudian terus kepada kita hari ini secara berantai melalui sanad yang bervariasi.
Contoh konsekwensi perbedaan posisi bermakmuman seorang sahabat terhadap Rasulullah yang berfungsi sebagai imam:
1) Shahabat yang posisi shalatnya jauh (sebut saja beberapa shaf dibelakang) maka ketika ditanya bagaimana Nabi mengangkat tangan, dia akan menjawab sesuai dengan yang dilihatnya, bahwa nabi mengangkat tangan sampai dekat kedua bahunya. Sebaliknya shahabat lain, yang posisinya persis di belakang nabi, dia akan menjawab Nabi mengangkat tangannya itu sampai ibu jarinya menyentuh daun telinganya...
2) Bagaimana Nabi bangkit dari sujud mau masuk keraka`at ke-2 atau ke-4, shahabat yang dibelakang akan menjawab nabi langsung berdiri karena itulah yang dilihatnya, sebaliknya shahabat yang posisinya dekat dengan nabi, dia akan menjawab nabi tidak langsung berdiri sampai dia duduk tegak terlebih dahulu.
Oleh karenanya Fi`liyah pula, akan menimbulkan tanggapan yang berbeda dari gerakan yang dilakukan oleh Nabi ketika shalat, apakah gerakan semacam itu memang merupakan keharusan sebagai bagian dari rukun shalat atau itu dilakukan oleh nabi bersifat thabi`i (alami) sesuai dengan kekuatan fisik nabi.
Misal lainnya :
1) Dalam tasyahhud ada yang melihat telunjuk Nabi bergerak-gerak, namun ada juga yang melihat telunjuk Nabi diam tidak bergerak. Pertanyaannya sekarang apakah telunjuk Nabi bergetar ketika tasyahhud itu memang sengaja harus bergetar (digerak-gerakan) atau getaran itu terjadi karena dipengaruhi oleh faktor cuaca yang sedang dingin.
2) Apakah bangkit dari sujud Nabi meletakkan tangan ke lantai itu sebagai satu keharusan syari`ah shalat atau itu dilakukan karena fisik Nabi waktu dilihat oleh sejumlah sahabat justru ketika kondisi beliau sedang lemah.
ﻭَﺍﻟﻠّﻪُ ﺃﻋﻠَﻢ
Nabi pun tidak pernah diriwayatkan mengadakan semacam "Diklat Peragaan Shalat" atau "ujian praktik shalat" terhadap seluruh sahabat-sahabatnya, misalnya kepada Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khottob, Usman, Ali, Bilal, Abu Sa’id al-Khudri dan sebagainya.
Hanya memang pernah Rasul diriwayatkan memperbaiki sholat salah seorang sahabat yang tidak diketahui namanya sesuai hadis Imam Darimi bersanad pada sahabat Rifa'ah bin Rafi' namun jika kita perhatikan hadis tersebut secara detil maka akan jelas bahwa apa yang diperbaiki oleh Rasul tidak tahap demi tahap teknis gerak sholat sebagaimana kita bayangkan. Rasul memberikan arahan secara umum pada hadis tersebut (dan dalam hadis lainnya disebutkan kejadian tersebut disebabkan oleh tidak sempurnanya wudhu orang ini disebabkan ia isbal, jadi bukan dalam kapasitas mengajari gerakan sholat secara detil).
(Jika waktunya masih sempat bacakan hadis ini, tapi jika dianggap terlalu memakan waktu dapat dilewati)
Sunan Darimi 1295: Telah mengabarkan kepada kami Abu Al Walid Ath Thayalisi telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Abdullah dari Ali bin Yahya bin Khallad dari Ayahnya dari pamannya Rifa'ah bin Rafi' -Rifa'ah dan Malik adalah anak Rafi', dan keduanya termasuk ahli badar-. Ia berkata, "Ketika kami sedang duduk-duduk di sekitar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, atau ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sedang duduk dan kami berada di sekitar beliau -Hammam merasa ragu-, tiba-tiba ada seorang laki-laki masuk, lalu menghadap kiblat dan mengerjakan shalat. Selesai shalat ia datang dan mengucapkan salam kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan orang-orang.
Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan: "Celaka kamu! Kembali dan kerjakanlah shalat, sesungguhnya engkau belum melakukan shalat." Maka orang tersebut kembali dan melakukan shalat, kami memperhatikan shalatnya dan tidak mengetahui apa yang beliau cela dari shalatnya tersebut. Selesai shalat ia ia kembali datang dan mengucapkan salam kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan orang-orang.
Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan: "Celaka kamu! Kembali dan kerjakanlah shalat, sesungguhnya kamu belum melakukan shalat." Hammam berkata, "Saya tidak tahu beliau memerintahkan hal tersebut dua atau tiga kali. Orang itu akhirnya berkata, "Saya tidak mengurangi dan tidak mengetahui apa yang anda cela atas shalatku."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kemudian bersabda: "Sesungguhnya tidaklah sempurna shalat salah seorang dari kalian hingga ia menyempurnakan wudlu sebagaimana yang Allah 'azza wajalla perintahkan. Ia cuci wajah dan kedua tangannya hingga kedua siku, mengusap kepala dan kedua kakinya hingga kedua mata kaki. Kemudian takbir dan memuji Allah, lalu membaca sebagian dari Al Qur'an yang Allah 'azza wajalla izinkan padanya. Kemudian takbir dan rukuk, lalu ia letakkan kedua telapak tangannya di atas kedua lutut hingga persendiannya tenang dan rileks. Lalu membaca; SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAHU(Semoga Allah mendengar pujian orangyang memuji-Nya) hingga tegak berdiri dan lurus tulang sulbinya. Dan setiap tulang persendiannya kembali ke tempatnya semula. Kemudian takbir, lalu sujud dan menempelkan wajahnya -Hammam berkata; terkadang beliau mengatakan 'wajahnya'- di tanah hingga persendiannya menjadi tenang dan rileks. Kemudian takbir hingga duduk dengan tegak di atas tempat duduknya, dan lurus tulang sulbinya." Beliau kemudian menyebutkan sifat shalat -empat rakaat- tersebut seperti ini hingga selesai. Dan tidaklah sempurna shalat salah seorang di antara kalian hingga melakukan hal tersebut."
(Jika hadis diatas dapat dibacakan karena masih ada sisa waktu, maka bacakan juga penyebabnya berikut :
Sunan Abu Daud 543: Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il telah menceritakan kepada kami Aban telah menceritakan kepada kami Yahya dari Abi Ja'far dari 'Atha` bin Yasar dari Abu Hurairah dia berkata; Ketika ada seseorang melaksanakan shalat dengan memanjangkan pakaiannya (hingga melewati mata kaki), Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda kepadanya: "Pergilah dan ulangi wudlumu!" Maka orang tersebut pergi dan berwudlu lagi, kemudian datang lagi, lalu beliau bersabda lagi kepadanya: "Pergilah dan ulangi wudlumu!" Maka dia pergi lagi dan mengulangi wudlunya lalu kembali, dan ada seseorang berkata; Ya Rasulullah, kenapa engkau memerintahkannya untuk berwudlu lagi kemudian engkau mendiamkannya? Beliau bersabda; "Sesungguhnya orang tersebut shalat dengan memanjangkan pakaiannya (melewati mata kaki), dan sesungguhnya Allah Ta'ala tidak menerima shalat seseorang yang memanjangkan pakaiannya (hingga melewati mata kaki)." )
Akibatnya, sifat-sifat gerakan shalat yang diamalkan/diinformasikan para shabat melalui hadis-hadispun ikut menjadi beragam. Semuanya boleh jadi benar, karena "standardnya" atas dasar yang mereka lihat; sesuai dengan yang mereka lihat dan alami shalat bersama Rasulullah. Ada yang melihat persis dibelakang nabi di shaf pertama, ada juga di shaf terakhir, ada yang melihat di samping kanan, samping kiri .... apalagi jika shalatnya di masjidil haram....... menjadi banyak arah/sudut pandang.
Karena itulah ada yang berpendapat bahwa kalimat صـلـّوا كـمـا رأيـتـمـونـي أصـلـّي “Sholluu kamaa roaitumuunii ushollii” dapat dipahami seperti ini :
kalimat Ro_a yang artinya “melihat” memiliki arti berbeda dengan Nadzoro_ yang secara umum diartikan melihat pula ..
Makna kalimat Fi’il Ro_a mempunyai makna lain yaitu melihat dengan Ilmu, sementara Nadzoro artinya melihat dengan mata fisik_
Jadi pengertian Roaitumuni Usholli adalah melihat dengan cara mengamalkan apa yang di sampaikan oleh nabi tentang kaifiyat sholat berdasarkan Hadits Shohih_
Kata ro'a - yaro~ : masdarnya ada 2 , yaitu ru'yatan (biasanya untuk penglihatan mata kepala) atau ro`yan (penglihatan akal). karena itu ada sebutan أهل الرأي / Ahlu-l ro'yi yang sepadan dengan Rasionalis.... atau kaum pemikir.
Jemaah Jum’at masjid Sholahuddin al-Ayyubi yang dirahmati Allah.
Belajar tentang teknis gerakan sholat adalah hal yang sangat baik namun menghadirkan ruh dalam setiap sholat kita tentu jauh lebih baik lagi. Sebab kesempurnaan gerak sholat sesuai yang kita yakini itu tidak dengan serta merta menghalangi manusia dari berbuat keji dan munkar. Tetapi sholat yang didalamnya ada ruh, ada kaifiyyatnya, ada esensinya, sholat yang setiap bacaannya dipahami dengan baik maka itulah sebenarnya sholat yang dapat menjadi sibgoh dan terpancar pada akhlak.
Sholat betul-betul berfungsi sebagai lidzikrillah media pengingat Tuhan dan juga berfungsi sebagai tanha anil fahsa wal munkar, sholat yang mencegah diri dari berbuat kekejian dan kemunkaran. Sholat yang akan membawa pelakunya bersifat قرآنا يمشي على الأرض (Qur’anun yamsyi ‘alal ardh) atau al-Qur’an berjalan yang senantiasa menebarkan kebaikan dan kedamaian pada alam semesta, kepada lingkungannya.
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
---------------
Khutbah ke-2
---------------
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
قَالَ الله تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ
Jemaah Jum’at yang dirahmati Allah.
Melalui mimbar ini, khotib hendak mengajak kita semua yang hadir dimasjid yang dimuliakan Allah ini, termasuk mengajak diri khotib sendiri untuk bermuhasabah diri.
Seberapa jauh terorisme yang kita tebarkan pada jiwa kita selama ini? Mengapa sholat kita sering terasa hambar dan kosong? Kenapa kita sholat dengan tujuan untuk bertaqorrub kepada Allah, untuk mendekatkan diri kepada Allah tetapi malah seakan bertambah jauh jarak kita dari Allah?
Mari kita periksa ulang sholat kita masing-masing. Sejak awal kita belajar sholat, sejak masih anak-anak dibawah bimbingan orang tua, dibawah bimbingan guru-guru agama kita sampai hari ini kita dapat mengerjakan sholat secara munfarid secara individual, apakah kita sudah paham semua arti dari bacaan sholat tersebut?
Berapa banyak dari kita yang mengerti arti dari setiap ayat dalam al-Fatihah? Apa arti dari Maliki Yaumiddin, apa arti dari Shirotol Mustaqim, apa arti dari Iyyakana’budu... dan seterusnya dan sebagainya?
Jika al-Fatihah saja kita masih banyak yang belum tahu artinya, maka bagaimana kita dapat mencapai sholat yang thuma’ninah? Padahal al-Fatihah itu kita hafal dari kecil dan kita baca berulang kali dalam setiap sholat wajib dan sunnah, berbulan-bulan, bertahun-tahun. Apakah kita tidak malu sama Allah? Apa kita tidak malu pada diri kita sendiri bahwa sudah sekian lama sholat membaca al-Fatihah tetapi tidak pernah tahu apa arti setiap ayatnya?
Padahal menurut Rasulullah, syarat sah sholat adalah membaca al-Fatihah. Dan al-Fatihah adalah bagian dari al-Qur’an dan membaca al-Qur’an harus dengan tartil dan harus juga dengan pemahaman yang baik.
Lalu bagaimana sholat kita akan menjadi baik bila arti al-Fatihah saja kita tidak tahu dan tidak pernah ada keinginan untuk memahaminya? Bagaimana sholat kita akan berfungsi sebagai dzikrullah dan anil fahsa wal munkar?
Sedangkan untuk urusan duniawi kita selalu serius dan berlomba-lomba melakukannya. Padahal apa yang kita kejar dan kita urus dari dunia ini tidak akan pernah berhenti sampai kita mati. Dunia akan kita tinggalkan sesudah nafas berhenti berhembus dari raga. Sementara urusan agama yang kita lalaikan justru akan ikut mengantarkan kita menghadap Allah meski jasad sudah dikubur dalam tanah.
Berapa banyak dari kita, khususnya yang sudah berumur dan baligh ini tahu arti bacaan ruku’, arti bacaan sujud, arti bacaan tasyahhud?
Jangan-jangan selama ini kita membaca ayat-ayat al-Qur’an tidak ubahnya seperti membaca mantra-mantra yang tak jelas maknanya. Jangan-jangan kita sama seperti seekor burung beo yang hanya dapat menghafal kata-kata tapi tak pernah tahu arti kata-kata tersebut.
Burung beo adalah binatang, jadi bila kita sama seperti beo maka artinya secara tidak langsung kita sudah menempatkan posisi أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ ahsani taqwim kita sederajat dengan binatang. Maka ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ / tsumma rodadna hu asfalasafilin menjadi tujuan kita, yaitu kita jatuh kepada kehinaan.
Na’udzubillahi mindzalik.
Mari sebelum batas umur kita tiba, masing-masing dari kita sama-sama memperbaiki sholat yang kita lakukan.
Yang dituntut dari shalat bukan hanya sampai "sah" (tidak bathal) saja, bukan sekedar menggugurkan kewajiban ritual saja melainkan sampai shalat itu menjadi "soluhat", tidak "fasadat".
Kita belajar untuk sholat secara thuma’ninah, kita perbuat dengan anggota badan, dengan ikror billisan, tasdiq bil-qolb dan af'al bil-arkan.
Rasulullah bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ
Awwalu maa yuhasabu bihil 'abdu yaumal qiyamati min 'amalihi sholatuhu fain sholuhat faqod aflaha wa anjaha wa in naqosot faqod khoba wakhosiro.
Artinya :
Amal ibadah seorang hamba yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah sholatnya, maka jika sholatnya itu baik maka telah beruntunglah ia dan amal lain diterima, namun jika sholatnya kurang baik maka ia merugi dan sia-sialah amalan lainnya. ( http://islamqa.info/ar/222744 )
الصلاة عماد الدين, فمن اقامها فقد اقام الدين ومن هدمها فقد هدم الدين
ASSOLATU 'IMADUDDIN, FA MAN AQOMAHA FAQOD AQOMADDIN, FAMAN TAROKAHA FAQOD HADAMADDIN
Sholat itu adalah tiang agama, barang siapa yang menegakkan sholat, berarti ia telah menegakkan agama, dan barang siapa yang meninggalkan sholat, berarti ia telah meruntuhkan agama.
Terakhir sebelum kita tutup khutbah pada Jum’at siang hari ini. Setiap akan sholat, Imam umumnya akan menyerukan pada makmumnya : سَوُّوا صُفُوفَكُمْ Sawwu shufufakum, lurus dan rapatkan shaf. فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصُّفُوفِ مِنْ إِقَامَةِ الصَّلاَةِ Fainna taswiyatas shufufi min tamamis sholah, karena meluruskan barisan adalah sebagian dari kesempurnaan sholat.
Oleh sebab itu maka pada waktunya nanti, kita akan mendirikan sholat Jum’at berjemaah, rapatkan shof kita, jangan ada kerenggangan satu sama lainnya. Meski kaki tak dapat selalu saling bersentuhan namun usahakan tak ada celah yang terbuka bagi setan untuk menyelinap dalam barisan sholat kita, mengganggu bacaan sholat kita.
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
Wal-ashr
inna al-insaana lafii khusrin, illaa alladziina aamanuu wa'amiluu alshshaalihaati watawaasaw bialhaqqi watawaasaw bialshshabri
Demikianlah khutbah singkat ini semoga bermanfaat bagi kita semua dalam menjalankan kehidupan dunia yang sementara ini. Semua kebenaran hanyalah milik Allah, segala kekhilafan dan kesalahan berasal dari keterbatasan khotib pribadi.
Marilah kita sama berdoa, memohon kepada Allah, untuk kebaikan negeri kita, kebaikan negeri saudara-saudara muslim kita lainnya diberbagai penjuru dunia dan kebaikan diri kita, kebaikan pada sholat kita sehingga kita menjadi pribadi penebar rohmat. Kita tundukkan jiwa kita pada Allah. Diawali dengan memuji Allah dan bersholawat atas Nabi-Nya.
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
Wahai Allah yang Maha Mendengar dan Maha Melihat, Dzat Yang Maha Gagah dan Maha Bijaksana
Kami memohon ampunan-Mu ya Allah atas segala salah dan khilaf yang sudah kami perbuat, kami juga memohonkan ampunan dari-Mu ya Allah, atas semua dosa dan kesalahan para orang tua kami, kasihilah mereka sebagaimana mereka dahulu mengasihi kami diwaktu kecil. Jika ada diantara orang tua kami yang sekarang sudah Engkau wafatkan, lapangkan kuburnya ya Allah, kami menjadi saksi bahwa mereka adalah orang tua kami yang baik. Ampuni juga kesalahan dan dosa dari anak keturunan kami nantinya ya Allah, berilah mereka bimbingan-Mu agar tetap berada dijalan kebenaran Islam. Ampuni guru-guru kami yang sudah banyak memberikan ilmu-ilmu agama dan juga ilmu dunia ya Allah. Bagi guru kami yang belum Islam, berikanlah kepada mereka petunjuk hidayah-Mu agar dapat bersama-sama menjadi saksi akan kemaha Esaan-Mu wahay Dzat yang Maha Memberikan ampunan dan hidayah.
Mudahkan seluruh urusan kami ya Allah, luaskan jalan-jalan pintu rezeki kami ya Allah, angkat maqom kami diantara para makhluk-Mu ya Allah, angkat derajat kami bersama dengan orang-orang sholeh yang Engkau sayangi. Limpahkanlah kepada kami ilmu yang bermanfaat dan ke istiqomahan dalam beriman.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
أَقِمِ الصَّلَاةَ
Berikut adalah link rekaman Khutbah Jum'at tersebut dari situs Soundcloud :
https://soundcloud.com/armansyah-abi-daffa/khutbahjumat20032015
Semoga bermanfaat untuk semua,
Terimakasih, ﺟَﺰَﺍﻛُﻢُ ﺍﻟﻠّﻪُ ﺧَﻴْﺮًﺍ
Salam dari Palembang Darussalam,
Armansyah
No comments:
Post a Comment