Jika guru itu di gugu dan di tiru, maka logikanya terlebih lagi itu seorang ustadz. Adanya kehebohan netizen terhadap tersebarnya foto aksi ustadz Maulana di Masjid Agung Khaerah Ummah Kolaka yang seperti tengah beraktobatik di tangga mimbar, sempat membuat saya pribadi terhenyak. Ada apa ini? Apa yang sebenarnya sedang terjadi?
Bagaimanapun situasinya dan apapun materi dakwah yang disampaikan hendaknya dilakukan dengan mengindahkan adab dan kesantunan. Sehingga dalam kaidah agama dikenal istilah Al-adab fauqol ilm, adab itu berada di atas ilmu.
Mimbar dari sebuah masjid adalah simbol kehormatan dari para ulama, karena dari sanalah para ulama pada umumnya menyampaikan ilmu-ilmu dan nasehatnya kepada jema'ah. Aksi-aksi yang tidak patut dan berkesan tidak mendidik serta merendahkan derajat orang lain pada hakekatnya bukanlah ciri dari keulamaan seorang ustadz yang harusnya tampil menyejukkan dan penuh dengan ilmu serta etika.
Saya menyesalkan kejadian tersebut dan berharap dapat segera mendapatkan konfirmasi dari yang bersangkutan atas aksi yang menimbulkan fitnah dikalangan umat tersebut.
Sudah saatnya masyarakat serta insan pertelevisian jeli dalam mengundang dan menampilkan ustadz ketengah publik. Ustadz --dalam defenisi yang diterima oleh masyarakat kita-- merupakan bagian dari ulama. Dan ulama sendiri adalah pewaris dari para Nabi. Jadi, seorang ustadz harusnya terlebih dahulu meniru sikap dan akhlak dari Nabi, bukan malah merusak kemuliaannya.
Salam dari Palembang Darussalam.
01 Maret 2015
Armansyah Azmatkhan.
Diposting pertama kali di Facebook, 01 Maret 2015
Yang menyedihkan, untuk bisa eksis dan ngetop di media, para da'i itu berusaha punya keunikan dan lucu.
ReplyDeleteUstadz Maulana memang seharusnya ditegur, sebab dalam beberapa kali episode ceramahnya tidak mengajarkan bagaimana menundukkan pandangan dengan baik, beberapa kali saya dapati beliau berdialog dengan yg bukan mahram-nya begitu dekat.