Monday, June 29, 2015

Indonesia yang Islami bukan Islam yang Indonesiawi

IslamkanIndonesia

Link MP3 al-Qur'an & Terjemahannya

Berbagi itu indah... semoga bermanfaat. 


Koleksi Murottal Terjemah Indonesia, Al Ghamidi & Misyari Rasyid. Total 114 file, 1.6 GB.


gambarnya




  1. Download ♪ 001 ~ Al Fatihah.mp3 [1.26 MB]

  2. Download ♪ 002 ~ Al Baqarah.mp3 [80.68 MB]

  3. Download ♪ 003 ~ Al Imran.mp3 [50.12 MB]

  4. Download ♪ 004 ~ An Nisaa'.mp3 [60.81 MB]

  5. Download ♪ 005 ~ Al Maidah.mp3 [46.93 MB]

  6. Download ♪ 006 ~ Al An'aam.mp3 [54.37 MB]

  7. Download ♪ 007 ~ Al A'raaf.mp3 [67.41 MB]

  8. Download ♪ 008 ~ Al Anfaal.mp3 [22.68 MB]

  9. Download ♪ 009 ~ At Taubah.mp3 [45.03 MB]

  10. Download ♪ 010 ~ Yunus .mp3 [37.15 MB]

  11. Download ♪ 011 ~ Huud.mp3 [39.56 MB]

  12. Download ♪ 012 ~ Yusuf.mp3 [54.6 MB]

  13. Download ♪ 013 ~ Ar-Raad.mp3 [25.78 MB]

  14. Download ♪ 014 ~ Ibrohim.mp3 [28.84 MB]

  15. Download ♪ 015 ~ Al Hijr.mp3 [23.42 MB]

  16. Download ♪ 016 ~ An Nahl.mp3 [32.79 MB]

  17. Download ♪ 017 ~ Al Israa'.mp3 [26.12 MB]

  18. Download ♪ 018 ~ Al Kahfi.mp3 [24.79 MB]

  19. Download ♪ 019 ~ Maryam.mp3 [25.67 MB]

  20. Download ♪ 020 ~ Thaahaa.mp3 [19.81 MB]

  21. Download ♪ 021 ~ Al Anbiya'.mp3 [18.07 MB]

  22. Download ♪ 022 ~ Al Hajj.mp3 [19.96 MB]

  23. Download ♪ 023 ~ Al Mu'minun.mp3 [16.65 MB]

  24. Download ♪ 024 ~ An Nuur.mp3 [20.3 MB]

  25. Download ♪ 025 ~ Al Furqaan.mp3 [13.33 MB]

  26. Download ♪ 026 ~ Asy Syu'ara'.mp3 [22.29 MB]

  27. Download ♪ 027 ~ An Naml.mp3 [18.5 MB]

  28. Download ♪ 028 ~ Al Qashash.mp3 [25.74 MB]

  29. Download ♪ 029 ~ Al Ankabut.mp3 [31.85 MB]

  30. Download ♪ 030 ~ Ar Ruum.mp3 [15.33 MB]

  31. Download ♪ 031 ~ Luqman.mp3 [16.07 MB]

  32. Download ♪ 032 ~ As-Sajdah.mp3 [12.11 MB]

  33. Download ♪ 033 ~ Al Ahzab.mp3 [24.25 MB]

  34. Download ♪ 034 ~ Saba.mp3 [27.74 MB]

  35. Download ♪ 035 ~ Faathir.mp3 [14.78 MB]

  36. Download ♪ 036 ~ Yaa Siin.mp3 [22.59 MB]

  37. Download ♪ 037 ~ Ash Shaaffaat.mp3 [19.74 MB]

  38. Download ♪ 038 ~ Shaad.mp3 [15.16 MB]

  39. Download ♪ 039 ~ Az Zumar.mp3 [21.68 MB]

  40. Download ♪ 040 ~ Al Mu'min.mp3 [21.18 MB]

  41. Download ♪ 041 ~ Fushshilat.mp3 [20.41 MB]

  42. Download ♪ 042 ~ Asy Syuura.mp3 [16.92 MB]

  43. Download ♪ 043 ~ Az Zukhruf.mp3 [15.84 MB]

  44. Download ♪ 044 ~ Ad-Dukhon.mp3 [11.47 MB]

  45. Download ♪ 045 ~ Al Jatsiyah.mp3 [15.05 MB]

  46. Download ♪ 046 ~ Al Ahqof.mp3 [20 MB]

  47. Download ♪ 047 ~ Muhammad.mp3 [16.53 MB]

  48. Download ♪ 048 ~ Al Fath.mp3 [9.89 MB]

  49. Download ♪ 049 ~ Al Hujurot.mp3 [11.02 MB]

  50. Download ♪ 050 ~ Qoof.mp3 [12.42 MB]

  51. Download ♪ 051 ~ Adz Dzariyat.mp3 [12.43 MB]

  52. Download ♪ 052 ~ Ath Thuur.mp3 [10.53 MB]

  53. Download ♪ 053 ~ An Najm.mp3 [12.42 MB]

  54. Download ♪ 054 ~ Al Qomar.mp3 [12 MB]

  55. Download ♪ 055 ~ Ar Rahman.mp3 [12.79 MB]

  56. Download ♪ 056 ~ Al Waqiah.mp3 [13.57 MB]

  57. Download ♪ 057 ~ Al Hadid.mp3 [17.79 MB]

  58. Download ♪ 058 ~ Al Mujadilah.mp3 [14.49 MB]

  59. Download ♪ 059 ~ Al Hasyr.mp3 [14.3 MB]

  60. Download ♪ 060 ~ Al Mumtahanah.mp3 [11.35 MB]

  61. Download ♪ 061 ~ Ash Shoff.mp3 [6.88 MB]

  62. Download ♪ 062 ~ Al Jumuah.mp3 [5.33 MB]

  63. Download ♪ 063 ~ Al Munafiqun.mp3 [6.12 MB]

  64. Download ♪ 064 ~ At Taghabun.mp3 [7.78 MB]

  65. Download ♪ 065 ~ Ath-Thalaq.mp3 [8.86 MB]

  66. Download ♪ 066 ~ At Tahrim.mp3 [8.12 MB]

  67. Download ♪ 067 ~ Al Mulk.mp3 [10.51 MB]

  68. Download ♪ 068 ~ Al Qolam.mp3 [10.66 MB]

  69. Download ♪ 069 ~ Al Haaqqah.mp3 [7.53 MB]

  70. Download ♪ 070 ~ Al Ma'arij.mp3 [6.02 MB] 

  71. Download ♪ 071 ~ Nuh.mp3 [7.03 MB]

  72. Download ♪ 072 ~ Al Jin.mp3 [8.68 MB]

  73. Download ♪ 073 ~ Al Muzzammil.mp3 [6.53 MB]

  74. Download ♪ 074 ~ Al Muddatstsir.mp3 [8.65 MB]

  75. Download ♪ 075 ~ Al Qiyaamah.mp3 [2.77 MB]

  76.  Download ♪ 076 ~ Al Insaan.mp3 [8.05 MB]

  77.  Download ♪ 077 ~ Al Mursalaat.mp3 [7.36 MB]

  78.  Download ♪ 078 ~ An Naba.mp3 [6.68 MB]

  79.  Download ♪ 079 ~ An Naziat.mp3 [5.52 MB]

  80.  Download ♪ 080 ~ Abasa.mp3 [5.23 MB]

  81. Download ♪ 081 ~ At Takwir.mp3 [3.72 MB]

  82. Download ♪ 082 ~ Al Infithor.mp3 [2.32 MB]

  83. Download ♪ 083 ~ Al Muthaffifiin.mp3 [3.77 MB]

  84. Download ♪ 084 ~ Al Insyiqoq.mp3 [4.4 MB]

  85. Download ♪ 085 ~ Al Buruj.mp3 [3.81 MB]

  86. Download ♪ 086 ~ Ath Thoriq.mp3 [2.39 MB]

  87. Download ♪ 087 ~ Al A'laa.mp3 [1.58 MB]

  88. Download ♪ 088 ~ Al Ghasyiah.mp3 [3.33 MB]

  89. Download ♪ 089 ~ Al Fajr.mp3 [2.72 MB]

  90. Download ♪ 090 ~ Al Balad.mp3 [2.81 MB]

  91. Download ♪ 091 ~ Asy Syams.mp3 [2.21 MB]

  92. Download ♪ 092 ~ Al Lail.mp3 [1.69 MB]

  93. Download ♪ 093 ~ Adh Dhuha.mp3 [1.28 MB]

  94. Download ♪ 094 ~ Al Insyiroh.mp3 [828.91 KB]

  95. Download ♪ 095 ~ At Tiin.mp3 [795.37 KB]

  96. Download ♪ 096 ~ Al Alaq.mp3 [2.73 MB]

  97. Download ♪ 097 ~ Al Qadr.mp3 [1.04 MB]

  98. Download ♪ 098 ~ Al Bayyinah.mp3 [2.92 MB]

  99. Download ♪ 099 ~ Az Zalzalah.mp3 [851.92 KB]

  100. Download ♪ 100 ~ Al Adiyat.mp3 [1.73 MB]

  101. Download ♪ 101 ~ Al Qori'ah.mp3 [1.44 MB]

  102. Download ♪ 102 ~ At Takatsur.mp3 [1.36 MB]

  103. Download ♪ 103 ~ Al 'Ashr.mp3 [358.35 KB]

  104. Download ♪ 104 ~ Al Humazah.mp3 [741.21 KB]

  105. Download ♪ 105 ~ Al Fiil.mp3 [566.39 KB]

  106. Download ♪ 106 ~ Quraisy.mp3 [486.21 KB]

  107. Download ♪ 107 ~ Al Maun.mp3 [1.09 MB]

  108. Download ♪ 108 ~ Al Kautsar.mp3 [631.4 KB]

  109. Download ♪ 109 ~ Al Kafirun.mp3 [1.11 MB]

  110. Download ♪ 110 ~ An Nashr.mp3 [813.44 KB]

  111. Download ♪ 111 ~ Al Lahab.mp3 [962.6 KB]

  112. Download ♪ 112 ~ Al Ikhlas.mp3 [653.21 KB]

  113. Download ♪ 113 ~ Al Falaq.mp3 [939.37 KB]

  114. Download ♪ 114 ~ An Naas.mp3 [950.17 KB]


Courtesy : https://www.facebook.com/notes/quantum-syukur/indahnya-berbagi-mp3-murottal-terjemah-indonesia/328086643891212

Fenomena LGBT (Tanggapan)

Saya baru ngeh ternyata LGBT itu adalah singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender. Na'udzubillahi mindzalik.


Jangan tanya pendapat saya tentang hal ini, sebab jawabnya sudah pasti laknatullah atasnya. Tidak perlu membawakan dalil-dalil pembenaran sebab memang tidak ada yang dapat dibenarkan dari sudut pandang agama maupun fitroh manusiawi.


Sekedar reposting saja, uraian dari saya terkait masalah tersebut dapat dibaca disini:


https://arsiparmansyah.wordpress.com/2015/03/05/fenomena-banci-dan-hukumnya-dalam-islam/


Seumur saya memelihara kucing, belum pernah ada kasus kucing jantan menunggangi kucing jantan. Baik itu jenis kucing kampung ataupun kucing persia. Yang ada justru mereka saling berantem. Kejadiannya pasti kucing jantan nguber-nguber kucing betina sampe dapet. Kalo udah dapet, tuh kucing jantan sudah gak peduli mau di tengah jalan, ditengah pasar atau dimanapunlah langsung dihajar.


Pelajaran apa disini?


Kucing adalah binatang. Sebagai binatang tentu ia tidak punya akal. Tidaktahu sopan santun, tata krama, mana hal yang baik, mana hal yang buruk, mana yang beradab dan mana yang kurang ajar, mana benar dan mana yang salah. Beda seperti manusia sebagai makhluk yang dikaruniai akal dan dibekali wahyu sebagai fondasi imannya. Tetapi kucing sebagai binatang terkadang lebih tahu dan lebih paham fitrahnya ketimbang manusia.


Contohnya ya itu tadi, tak ada kucing jantan menyukai kucing jantan juga, tak ada kucing betina yang nekad mengawini kucing betina lainnya.




Jadi bila sampai ada manusia yang menyukai sesama jenisnya dalam pengertian kecondongan pada cinta layaknya dua pasangan berbeda kelamin maka itu artinya derajat kemanusiaan dirinya tidak lebih baik dan tidak lebih mulia dari binatang. Na'udzubillahi mindzalik.


Semoga Allah melindungi kita, anak-anak kita dan keluarga kita lainnya dari penyimpangan fitroh semacam ini.



Sunan Abu Daud 1754: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Nikahkanlah wanita-wanita yang penyayang dan subur (mampu memberi keturunan), karena aku akan berbangga kepada umat yang lain dengan banyaknya jumlah kalian."

Musnad Ahmad 2677: Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman dari Zuhair dari ‘Amru yakni Ibnu Abu ‘Amru, dari Ikrimah dari Ibnu Abbas; bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah melaknat orang yang menyembelih bukan karena Allah, Allah melaknat orang yang mengubah batas-batas tanah, Allah melaknat orang yang menyesatkan orang buta dari jalanan, Allah melaknat orang yang mencela orang tuanya, Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth, Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth, Dan Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth.

Musnad Ahmad 14561: Masih melalui jalur periwayatan yang sama seperti hadits sebelumnya; Jabir bin Abdillah Radliyallahu’anhu berkata saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: ” Yang paling saya takutkan dari umatku adalah perbuatan kaumnya Luth.”



Armansyah, Palembang Darussalam.



Ada apa dengan Wahabi?

Akhir-akhir ini saya melihat adanya sebuah konspirasi besar yang dirancang untuk secara aktif terus menerus mengadu domba antar elemen dan kekuatan Islam di negeri ini. Entahlah apakah ada kaitannya dengan situasi politik yang sejak awal menjarakkan antara poros Islam dengan pihak penguasa ataukah memang ada tangan-tangan hitam ketiga yang hendak menghancurkan dominasi dan persatuan ditengah umat oleh kaum kafir dan munafik, wallahua'lam. Namun kejadian ini mengingatkan saya pada kejadian politik jelang dan sesudah pelengseran presiden Abdurrahman Wahid yang membenturkan Muhammadiyah versus Nahdlatul 'Ulama. Sehingga bahkan ada kelompok tertentu yang menghalalkan darah tokoh reformasi sekaligus ketua MPR kala itu, Amien Rais.


Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk memihak kelompok manapun yang tengah dilibatkan namun semata demi meminimalisir efek yang melebar terhadap cara pandang serta sikap kita pada sesama pengucap syahadat. Ingatlah bahwa sekecil apapun upaya yang kita lakukan, ikut memberi kontribusi terhadap proses islah dan perbaikan, minimal pada orang-orang yang terdekat dengan kita.


Setelah usaha keras untuk memperuncing perselisihan ulang kedua ormas keagamaan terbesar negeri ini melalui kasus perebutan masjid disejumlah wilayah, mengorek ulang terjadinya perbedaan fiqh keduanya (Muhammadiyah dan NU) lalu memunculkan isyu Islam Nusantara kini ada skenario besar lain untuk membenturkan kelompok salafiyah yang sering disebut sebagai wahabi dengan kelompok Islam berlabelkan Ahlussunnah waljama'ah atau sering pula disebut Aswaja.


Mohon maaf dulu sebelumnya, saya pribadi tidak sepakat dengan penggunaan istilah wahabi. Sebab jika yang dimaksud adalah gerakan almarhum Muhammad bin Abdul Wahab maka mestinya ia disebut Muhammadiyah bukan Wahabi, sebab istilah Wahabi mengacu pada Abdul Wahab, ayahnya Muhammad. Padahal Abdul Wahab boleh jadi tidak ada sangkut pautnya dengan gerakan tersebut. Entah darimana terjadi konsensus penggunaan istilah wahabi itu sendiri terhadap gerakan dakwah Muhammad bin Abdul Wahab tersebut. Tetapi secara tidak langsung kita telah melimpahkan kesalahan, makian serta kebencian pada orang yang keliru. Apa salahnya Abdul Wahab dalam perselisihan gerakan Tauhid Muhammad putranya dengan kelompok yang memusuhinya? Jawabannya tidak ada. Kita saja yang sering ikutan latah berucap tapi tak paham yang diucapkan.


Okelah ya, kita gunakan saja disini istilah gerakan salafiyah. Nah, kenapa jemaah dan dakwah mereka akhir-akhir ini dimusuhi? Apa yang dianggap keliru dan menyimpang dari syari'at Islam yang telah diajarkan oleh mereka? Adakah mereka mengajarkan Allah itu satu dari tiga oknum ketuhanan? Ataukah ada ajaran mereka yang menyebutkan Rasulullah Muhammad SAW ibnu Abdullah bukan penutup para Nabi? Ataukah ada ajakan mereka yang menyerukan untuk mencaci maki sahabat serta keluarga Rasulullah? Atau mereka dimusuhi "hanya" karena sering membid'ahkan sejumlah amaliyah kaum muslimin kebanyakan karena dianggap menyelisihi sunnah Rasulullah?




Bukankah kita dinegeri ini sudah terbiasa menerima perbedaan? Bukankah ada dari kita yang bahkan berangkulan mesra dengan kaum kafir dengan cara mengunjungi rumah ibadah mereka, berceramah didalamnya, ikut prosesi keagamaannya serta mengucapkan selamat disetiap hari rayanya? Bukankah ada pula diantara kita yang dapat menerima kelompok Syi'ah sebagai bagian dari masyarakat muslim meskipun sebagian besar dari mereka dianggap sering menghujat sahabat Rasulullah dan melegalkan perkawinan mut'ah?


Bukankah ada diantara kita yang pun masih mentolerir eksistensi dakwah Ahmadiyah Qodiyan yang secara gamblang mengikrarkan kenabian Mirza Ghulam selaku nabi pelanjut Muhammad SAW? Bukankah ada diantara kita yang juga masih dapat menerima gerakan nyeleneh Kelompok Islam Liberal atau Islam kejawen yang hanya mencukupkan ibadahnya dengan eling-eling saja? Bukankah ada diantara kita yang masih dapat menerima dan mencari-cari pembenaran perilaku orang-orang yang mengaku Islam namun tetap melarungkan kepala kerbau dilautan serta kepuncak gunung sebagai sesaji yang dipersembahkan pada makhluk astral yang dianggap sebagai para penguasa ditempat itu agar diberi keselamatan?



Lalu kenapa kita tidak dapat menerima kelompok salafiyah yang dakwah-dakwahnya justru cenderung lebih lurus ketimbang kelompok-kelompok lain yang sudah disebutkan tadi?


Jika urusannya katakanlah hanya sebatas perbedaan amaliyah, maka apa perbedaannya dengan perbedaan para imam fiqh kita dimasa lalu? Bukankah --ambil contoh saja-- fiqhnya imam Syafi'i berbeda dengan fiqhnya imam Malik? Bukankah fiqhnya imam Hanafi berbeda dengan fiqhnya imam Ahmad?


Saya bukan jemaah salafi, ada sejumlah pandangan mereka terhadap penafsiran nash keagamaan yang tidak dapat saya sepakati. Contohnya terkait hukum cadar, celana cingkrang, musik, anjing, hisab, perayaan maulid dan lainnya lagi namun toh tidak harus lalu memusuhi mereka seolah-olah kelompok diluar Islam yang darahnya halal untuk ditumpahkan. Jika saya disuruh memilih antara hadir dalam prosesi keagamaan orang kafir atau hadir dipengajian salafiyah, maka mungkin saya akan lebih memilih yang terakhir. Toh, bukankah Rasulullah sendiri dinyatakan dalam al-Qur'an berperilaku lemah lembut kepada kaum seiman dan keras kepada kaum kafir?


Marilah kita bersama-sama untuk melihat hal-hal ini secara akal sehat dengan didorong oleh rasa keimanan tauhid yang obyektif. Ada pihak-pihak tertentu yang ingin kita bertikai satu sama lain. Entah itu dilatar belakangi politik, pemurtadan atau lainnya. Ayo, jika kita tidak dapat menjadi air yang memadamkan api konflik maka jangan pula menjadi minyak yang ikut menyulut kebakarannya. Sama-sama kita perbanyak istighfar dan saling membuka hati dibulan suci ini. Semoga Allah ta'ala mengembalikan esensi jiwa kita kepada fitrih.


Mohon maaf lahir dan batin.
Salam dari Palembang Darussalam. 11 Romadhon 1436H.
Armansyah, S.Kom, M.Pd

Saturday, June 27, 2015

Surat untuk Pak JK

Untuk Pak JK: Mohon dikeluarkan larangan menyalakan percon, pesta kembang api serta semua bentuk kegaduhan lainnya termasuk acara konser ini-itu, orgen tunggal, tiup terompet dan sejenisnya dimalam tahun baru. Jika perlu bentuk tim khusus yang memantau dan menangkapi orang-orang yang melakukannya, siapapun mereka adanya. Saya dan banyak orang lainnya sangat terganggu dengan hal itu selama ini. Toh seperti kata bapak sendiri, sekarang masyarakat sudah punya hape semua yang memiliki alarm untuk mengingatkan orang tentang waktu pergantian tahun.




Masanya hiruk pikuk berpesta jedar jedor dengan dana puluhan, ratusan bahkan milyaran rupiah itu sudah lewat pak. Mubadzir uangnya dan pelaku mubadzir itu kawannya setan khan? Mending dipake buat bagusin jalan-jalan yang rusak, menyantuni fakir miskin serta anak-anak yatim saja.


Kami umat Islam tidak merayakan tahun baru masehi apalagi dengan aktivitas yang menggangu orang lain dan menebarkan sampah dimana-mana itu. Buat kami itu perbuatan jahiliyah yang jauh dari Islami. Tolong hormati hak kami yang terzalimi ini setiap tahun, pak JK.


Jika saja ada kesempatan, saya sangat ingin berjumpa dan mendiskusikan masalah ini secara langsung pada anda. Semoga tulisan ini dapat juga sampai serta terbaca oleh Bapak atau staf anda yang saya hormati.


Armansyah, Palembang.


Diposting pertama kali di FB, 26/06/2015
Dipublish ulang oleh Firmadani 



Tuesday, June 23, 2015

Rekonstruksi Sejarah Isa al-Masih (Referensi anti pemurtadan)

Tahun 2006, James D. Tabor, seorang pakar biblika jebolan University of Chicago mengeluarkan buku berjudul "The Jesus Dynasty". Buku tersebut pada dasarnya merupakan kesimpulan risetnya terhadap sekumpulan peti mati yang ditemukan di Talpiot yang memiliki inkripsi Yesus serta sejumlah nama-nama keluarga beliau. James D. Tabor lalu menyebutkan bahwa ini menjadi sebuah fakta yang tidak terbantahkan bila yesus hanyalah manusia biasa yang kemudian mengalami kematian secara wajar dibumi setelah sebelumnya melakukan pernikahan serta berketurunan. Tidak berbeda jauh dengan uraian Barbara Thiering dalam buku "Jesus the man" dan Michael Baigent melalui "The Holy Blood and The Holy Grail" atau juga Da Vinci Code-nya Dan Brown yang pada tahun-tahun itu membuat heboh dunia kekristenan.


Secara umum pandangan demikian tidaklah begitu saya permasalahkan sebab saya secara pribadi juga berdasarkan surah Ali Imron ayat 144, surah ar-Ra'ad ayat 38 maupun surah Ali Imron ayat 36 memiliki pemahaman yang tidak berbeda. Sebagaimana juga pendapat ini diamini oleh kristolog Sanihu Munir, Irena Handono-Full, Ahmad Deedat serta lainnya.


Sesuatu yang disatu sisi bisa dianggap menyelisihi paham yang berkembang secara umum dimasyarakat Islam dengan keyakinan mereka bahwa Nabi 'Isa sampai hari ini masih hidup.


Namun terlepas dari itu, rasa keagamaan saya tersinggung manakala James D. Tabor menyatakan bahwa yesus merupakan anak haram hasil perzinahan Maryam dengan seorang tentara Romawi bernama Julius Abdes Pantera. Bukan itu saja, James D. Tabor lebih jauh merujuk arti pantera sebagai pelacur, sehingga dimaknailah yesus sebagai anak pelacur.


Tuduhan keji atas pribadi Maryam yang sangat dihormati oleh al-Qur'an dan disebut dalam surah at-Tahrim ayat 12 selaku wanita baik-baik yang sangat menjaga kehormatan dirinya. Sebuah tuduhan yang juga dulunya pernah dialamatkan oleh orang-orang yahudi terhadap Maryam sebagaimana ditemukan pada surah Maryam ayat 28 dan surah an-Nisaa ayat 156.


Akhir tahun 2007 terbitlah secara nasional buku kajian lintas madzhab dan agama pertama saya hasil kerjasama dengan penerbit Restu Agung Jakarta berjudul "Rekonstruksi sejarah Isa al-Masih: Sebuah pelurusan sejarah dan jawaban untuk Dinasti Yesus". Melalui buku setebal 356 halaman ini saya secara panjang lebar memberikan bantahan dari sumber-sumber biblika sendiri dan tentu saja al-Qur'anul Karim terhadap fitnah James D. Tabor pada diri perawan suci Maryam beserta putranya, Nabi 'Isa al-Masih.


rsia



Saya juga dikesempatan itu ikut membahas sejumlah teori lain terkait seperti kenaikan 'Isa kelangit, isyu ketuhanannya yang diklaim oleh umat kristiani, hingga teori-teori kontemporer seperti wafatnya Nabi 'Isa di Venus.


Buku ini saya buka dengan pembahasan awal proses kehamilan bunda Maryam hingga masa remaja Nabi 'Isa yang sering bepergian bersama paman ibunya bernama Yusuf dari Arimatea dalam rangka berdakwah Tauhid kepada suku-suku yang hilang dari bani Israel (the lost tribes). Buku ini juga mencakup bahasan teori pernikahan hingga wafatnya beliau berdasar kitabullah serta data-data arkeologi maupun cerita lisan yang ada dibeberapa lokasi didunia yang memang sampai hari ini masih dijumpai masyarakat yang menyebut diri mereka sebagai keturunan bani Israel Diaspora non Yahudi.


Buku pertama saya tersebut mendapat pengantar dari pengelola situs Swara Muslim, bpk. Singgih Gozali dan bpk. Masyhud S.M dari Dewan Pakar FAKTA (Forum Anti Gerakan Pemurtadan). Sebuah buku yang mungkin dapat menjadi referensi tambahan bagi para kristolog, asatidz hingga mereka-mereka yang berkecimpung dalam kajian perbandingan agama. Sama seperti rekomendasi saya terhadap buku The Five Gospels dan Misquoting Jesus dua hari terakhir sebagai bagian dari usaha membentengi akidah Tauhid umat dari pemurtadan khususnya melalui jalur kristenisasi yang marak di tengah generasi muda Islam Indonesia dewasa ini.


Salam dari Palembang Darussalam.
06 Romadhon 1436H.


Armansyah, M.Pd

Misquoting Jesus (Referensi anti pemurtadan)

Subuh pagi hari ini, 05 Romadhon 1436H saya masih mengulangi lagi kajian pribadi tentang kristologi. Tapi kali ini saya merujuk pada buku Misquoting Jesus karya Bart D. Ehrman yang bertema "Kesalahan penyalinan kitab suci Perjanjian Baru: Kisah dibalik siapa yang mengubah alkitab dan apa alasannya".


Sebagaimana halnya kemarin terhadap buku The Five Gospels karya Funk Hoover and The Jesus Seminar, maka buku Misquoting Jesus inipun menjadi salah satu buku kristologi yang saya rekomendasikan untuk dibaca dan dimiliki oleh para Kristolog, Ustadz atau mereka-mereka yang menekuni Perbandingan Agama (misalnya mahasiswa fakultas Ushuluddin jurusan Perbandingan Agama atau lainnya) sekaligus menjadi bekal dalam membentengi akidah Tauhid umat dari pemurtadan..




Berbeda dengan The Five Gospels, buku Misquoting Jesus ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Gramedia. Alhamdulillah saya sendiri memilikinya sejak cetakan pertama tahun 2006 diterbitkan.


Misquoting_Jesus-me


Bart. D. Ehrman sendiri bukan seorang Muslim sehingga tidak ada alasan untuk menilai hasil penelitiannya selama 30 tahun itu subyektif atau cenderung bersikap sentimen keagamaan. Bart D. Ehrman merupakan seorang kepala fakultas kajian agama di University of Carolina di Chapel Hill. Latar belakang keahlian beliau adalah sebagai Professor Perjanjian Baru. Buku ini memuat begitu banyak data ilmiah dari beliau seputar adanya perubahan atau distorsi manusia terhadap kitab perjanjian baru itu sendiri dengan semua bahasan detilnya. Sebuah klaim yang sebenarnya sudah dinyatakan secara tegas oleh al-Qur'an dalam surah al-Baqarah ayat 75, an-Nisaa ayat 46 dan al-Maaidah ayat 48.


Salam dari Palembang Darussalam.
Armansyah Azmatkhan Ba'alawi al-Husaini.



Himah Sanksi FIFA terhadap PSSI

Hal yang paling jarang dan bahkan tidak pernah saya angkat dalam pembicaraan adalah terkait kondisi persepakbolaan negeri ini. Ditinjau dari satu sudut pandang --tanpa bermaksud untuk mengabaikan nasib dari para pemainnya--, sanksi yang diberikan oleh FIFA kepada Indonesia sebenarnya memberikan hikmah tersendiri. Apa hikmahnya?


Jelas judi bola tanah air untuk beberapa waktu kedepan menghilang, Alhamdulillah. Hikmah kedua, kesan adanya penghambur-hamburan uang --apalagi bila itu merupakan dana APBD yang notabene uangnya rakyat-- yang dilakukan oleh klub-klub sepak bola untuk "membeli" para pemain asing berkualitas juga ikut terhenti. Seyogyanya persepakbolaan dalam negeri itu diisi oleh para pemain yang merupakan anak negeri sendiri hasil latihan serta didikan kaum pribumi yang sebelumnya sudah mendapat ilmu dan pengalaman internasional. (Saat tulisan ini dibuat tengah berkembang berita tentang rencana kembalinya persepakbolaan nasional untuk didanai oleh APBD dan sudah mendapat apresiasi dari Presiden Jokowi)


Saya kadang merasa lucu saja bila --katakan saja sebagai misalnya- klub sepakbola daerah tetapi isinya malah mayoritas orang asing dengan bayaran yang tinggi. Lalu apa makna sejati olahraga dan pertandingan sepakbola itu sendiri dilakukan?


PSSI yang menjadi wadah persepakbolaan negeri ini sendiri didirikan sebagai wahana untuk menyemai nasionalisme pemuda Indonesia, untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan menjadikan sepak bola sebagai sarana pemersatu bangsa. Lalu jika kemudian klub-klubnya justru diisi oleh orang-orang yang berasal dari luar negeri, persatuan dan nasionalisme apa yang hendak dijargonkan? Malah jika kembali kepada pendanaan, justru negara atau rakyat negeri ini memberikan uang mereka kepada orang-orang asing untuk melakukan olahraga dan permainan yang mereka sukai dengan bermain ditempat kita. Lalu kita membayar mereka untuk sekedar memuaskan dahaga kesenangan tempori saja dan melupakan fakta kerasnya kehidupan serta kemiskinan yang mendera setiap hari.


Hikmah ketiga yang dapat kita lihat adalah mengendalikan fanatisme buta para pencinta sepakbola yang terkadang tindakannya sudah diluar akal sehat dalam membela klubnya. Ada yang sampai main bunuh-bunuhan, perusakan fasilitas bersama dan sejenisnya. Innalillah. Padahal negeri ini mayoritasnya muslim yang tentu mendapat bimbingan adab dan agama dari para kyai, para guru, para ustadz juga para orang tua masing-masing.Celakanya malah kadang banyak insan-insan muslim yang hanya karena ingin menonton bola dan memberikan dukungan pada tim favoritnya sampai berani meninggalkan sholat. Timnya baru bermain jam 19.30 eh dia sudah nongkrong di stadion sejak pukul 13.00. Kadang Dzuhur lewat, Ashar, Maghrib dan Isya pun melayang, pas Subuh ketinggalan karena kesiangan. Nambah lagi istighfarnya, Astaghfirullah.


Hikmah keempat ya, setidaknya Romadhon tahun ini banyak dari kita yang lebih tenang menjalani ibadah sahur, tadarusan dan tarawihnya karena tidak berfokus pada duniawi semata, bergadang menonton bola.


Hikmah kelima ya kita --khususnya para pihak yang terlibat didalamnya-- dapat sama-sama membenahi kondisi persepakbolaan negeri ini agar manajerialnya dapat menjadi lebih baik, lebih beradab, lebih beriman dan kembali kepada hakekat awal persepakbolaan itu sendiri khususnya khittah PSSI sebagai wadah pemersatu anak bangsa, bukan pemersatu kaum non pribumi untuk bermain dinegeri kita.


Salam dari bumi Palembang.
22 Juni 2015

The Five Gospels (Referensi untuk mencegah pemurtadan)

Bacaan dan kajian pribadi untuk subuh hari ini adalah buku The Five Gospels: What did Jesus really say? Karya Robert W. Funk, Roy W. Hoover serta kompilasi dari The Jesus Seminar. Sebuah buku fenomenal yang mengupas tuntas keaslian the bible khususnya perjanjian baru sebagai kumpulan berita tentang yesus yang kemudian mengetengahkan data bila 82% kata-kata yang selama ini dinisbatkan sebagai perkataan atau sabda dari yesus (Nabi 'Isa dalam teologi Islam) justru merupakan hal yang palsu atau sisipan oleh orang lain alias bukan sama sekali berasal dari beliau. (P.5 introduction).




Buku ini salah satu buku kajian kristologi bagus yang saya rekomendasikan untuk menjadi bahan studi para asatidz dan da'i yang berfokus pada ilmu perbandingan agama atau pihak-pihak terkait yang aktif melakukan dakwah menghadapi para misionaris. Buku ini setahu saya belum ada terjemahannya dalam bahasa Indonesia, saya sendiri Alhamdulillah setelah sempat hunting lama, akhirnya baru pada Januari 2012 lalu berhasil mendapatkannya melalui salah seorang sahabat yang berasal dari Amerika bahkan dengan harga yang sangat murah, sekitar 125 ribuan untuk sebuah buku hardcover setebal 553 halaman berwarna.


5gospels

Murtadin itu pasti bukan karena ilmu!

 

Munculnya kemurtadan pada diri seseorang yang tadinya mengaku sebagai muslim menjadi kafir atau atheis pada hakekatnya dapat diteropong sebagai bentuk ketidakpahaman ia selama ini dibidang agamanya. Akal dan logikanya serta wawasan ilmu agama yang ia miliki selama ini dapat diukur kedangkalannya. Boleh jadi ini bukan semata kesalahannya sepihak. Sebab anak merupakan didikan orang tuanya. Lalu lihatlah bagaimana cara orang tuanya mendidik anak mereka dibidang agama. Kepada siapa orang tua menyerahkan pendidikan keagamaan anak-anak mereka untuk ditempa. Selanjutnya, berapa persen literatur yang sudah disiapkan sebagai bekal pembelajarannya lebih lanjut dalam ilmu agama.


Jika belajar agama cuma terbatas hanya dibangku sekolah atau dibangku pesantren saja lalu selepas itu pembelajaran agama berhenti karena sudah dianggap khotam maka inilah awal bencana kekafirannya. Karena agama ditinjau dari sudut pandang ilmiah merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang semestinya terus digali dan dipelajari. Wabil khusus Islam yang kitab sucinya begitu kompleks dengan rujukan tafsirnya yang sangat beragam dari berbagai ahli fiqh klasik hingga kontemporer. Belum lagi kajian dari sudut ilmu musthalah hadistnya, filsafatnya, perbandingan agamanya dan sebagainya.


Saya percaya sampai rabun mata kita ini atau sampai botak kepala kita menggali ilmu-ilmu agama maka akan semakin banyak hal-hal baru yang kita dapatkan, semakin merasa diri ini belum banyak tahu apa-apa.


Jadi jika ada yang murtad, masih muda pula umurnya.... tak akan lebih dan kurang karena masalah cinta atau harta. Yakin seyakin-yakinnya saya bila kemurtadannya itu bukan atas dasar ilmu. Paling banter juga alasan akhirnya dia bilang dapat petunjuk dari mimpi dan merasa-rasa itu benar. Ya, jika itu urusan rasa-rasa maka akan ada banyak varian rasanya. Mulai dari rasa strawberry, rasa orange, rasa mango dan seterusnya.


Masak urusan agama berdasar rasa-rasa..... akhirnya jadi seperti makanan, ketika dirasa masam, cari rasa yang lebih manis, bosan yang manis, cari rasa yang pedas.


Rasa tanpa periksa ya rusaklah. Iman tanpa ilmu hancur leburlah semua. Doktrin tanpa logika beginilah dia jadinya.


Akhirnya memang segala sesuatu itu kembali lagi pada hidayah. Jika hidayah sudah datang dan ia berjuang untuk menjemputnya maka selamatlah ia dari kekafiran, namun sebaliknya bila hidayah itu datang namun ia malah mendiamkannya saja maka jahannamlah tempat kembalinya.


Semoga Allah senantiasa melindungi kita dari kefakiran iman dan ilmu.


Palembang Darussalam, 20 Juni 2015.
03 Romadhon 1436H
Armansyah

Sunday, June 21, 2015

Bilangan sholat terawih (Edukasi untuk ananda)

Catatan tarawih malam ke-4 Romadhon 1436H. Masih sebagai makmum, kali ini saya mengajak ananda yang sulung untuk menjalankan ibadah sholat Isya dan Tarawih berjemaah di salah satu masjid yang dikelola oleh "rekan-rekan Salafi" yang "kebetulan" ada tidak jauh dari lingkungan perumahan tempat tinggal kami. Sebagaimana diketahui bahwa ditempat ini tidak dijumpai ritual bacaan sebagaimana yang umum dilantunkan pada masjid-masjid lain kebanyakan ditengah prosesi Tarawihnya.


Jadi ba'da Isya berjemaah, ada kultum sebentar kemudian langsung berdiri sholat sunnah sebanyak 8 reka'at dengan masing-masing 2-2 roka'at kemudian lanjut witr 3 roka'at. Tanpa diselingi oleh lantunan bacaan serta niat ini dan itu. Persis seperti yang saya lakukan jika menjadi imam, hanya bedanya saya tidak melakukan 2-2-2-2-3 roka'at namun 4-4-3.




Shahih Bukhari 1874: Telah menceritakan kepada kami Isma'il berkata, telah menceritakan kepada saya Malik dari Sa'id Al Maqbariy dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman bahwasanya dia bertanya kepada 'Aisyah radliallahu 'anha tentang cara shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di bulan Ramadhan. Maka 'Aisyah radliallahu 'anha menjawab: "Tidaklah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (melaksanakan shalat malam) di bulan Ramadhan dan di bulan-bulan lainnya lebih dari sebelas raka'at, Beliau shalat empat raka'at, maka jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya kemudian Beliau shalat empat raka'at lagi dan jangan kamu tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian Beliau shalat tiga raka'at. Lalu aku bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah anda tidur sebelum melaksanakan witir?" Beliau menjawab: "Wahai 'Aisyah, sesungguhnya kedua mataku tidur, namun hatiku tidaklah tidur".



Begitu selesai saya ajak si sulung ngobrol lagi, nanyain komentarnya sebagaimana malam pertama saat saya mengajaknya kemasjid umum (lihat posting status saya sebelumnya). Si Kakak --demikian biasa dipanggil-- mengatakan bahwa secara umum dia lebih menyukainya karena tidak ada bilal yang mengeraskan suara dalam berdo'a atau membaca sholawat ditengah prosesi sholat tarawih. Hanya saja bacaan ayatnya panjang-panjang. Imam ketika tarawih memang membaca beberapa surah panjang di juz Amma seerti Al-Qiyamah, Al-Insan, Al-Mursalat, An-Naba dan seterusnya secara tartil. Sehingga waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sholatnyapun sedikit lebih lama.


Sebuah kritik juga yang mungkin perlu disampaikan insyaAllah bahwa alangkah lebih baik bila dalam berjemaah yang komunitas lingkungannya heterogen seperti itu, imam sebaiknya membaca surah-surah yang lebih pendek saja, karena diantara jemaah yang berimaman dengannya ada anak kecil, kaum wanita, orang tua dan bahkan boleh jadi orang yang memiliki penyakit tertentu yang tidak memungkinkannya untuk berdiri lama-lama.




Shahih Bukhari 6626:Dari Abu Mas'ud Al Anshari mengatakan, seorang laki-laki menemui Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam dan berujar; "Hai Rasulullah, Demi Allah, sungguh saya memperlambat-lambatkan diri dari shalat subuh karena si fulan yang menjadi imam, ia selalu memanjangkan bacaan shalatnya jika shalat bersama kami." Abu mas'ud Kata; belum pernah kulihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sedemikian marahnya seperti ketika beliau menasehatinya. Lantas Nabi menegur; "Hai manusia, diantara kalian ada yang menjadikan orang lain menjauhkan diri dari (masjid dan ibadah), siapa diantara kalian mengimami orang-orang, lakukanlah secara ringkas (sederhana), sebab disana ada orang-orang tua, orang lemah dan orang yang mempunyai keperluan."


Shahih Bukhari 666: Dari 'Abdullah bin Abu Qatadah dari bapaknya Abu Qatadah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Aku pernah ingin memanjangkan shalat, namun aku mendengar tangisan bayi. Maka aku pendekkan shalatku karena khawatir akan memberatkan ibunya." Hadits ini dikuatkan oleh Bisyr bin Bakar dan Ibnu Al Mubarak dan Baqiyyah dari Al Auza'i.


Shahih Muslim 4873: Dari 'Ashim dari Abu 'Utsman dari Abu Musa dia berkata;.. Rasulullah berkata: 'Saudara-saudara sekalian, rendahkanlah suara kalian! Sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada Dzat yang tuli dan jauh. Tetapi kalian berdoa kepada Tuhan Yang Maha Mendengar dan Maha Dekat. Dia selalu beserta kalian.' --Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair dan Ishaq bin Ibrahim dan Abu Sa'id Al Asyaj semuanya dari Hafsh bin Ghiyats dari 'Ashim melalui sanad ini dengan Hadits yang serupa.



Pembelajaran kepada ananda terkait ibadah Tarawih ini insyaAllah akan dilanjutkan dengan mengunjungi masjid ataupun musholla yang dikelola oleh rekan-rekan dari Muhammadiyah. Meskipun mungkin juga tidak berbeda terlalu jauh dengan yang terakhir ini namun pembelajaran harus tetap diberikan untuk mendewasakan pemikiran serta kepribadiannya terhadap majemuknya tata cara saudara-saudaranya seiman dalam memahami nash-nash agama (khususnya sehubungan dengan pelaksanaan sholat tarawih).


Tahun ini, ananda insyaAllah sudah mulai menginjak tahun pertamanya di SMP dan itu artinya sudah mulai memasuki gerbang awal proses pencarian jati diri dan pendewasaan terhadap kecerdasan IQ, EQ serta SQ-nya. Semakin banyak yang dilihat, semakin banyak berada ditengah komunitas orang yang berbeda maka insyaAllah akan semakin memberikan manfaat terhadap perkembangan iman dan ilmunya kedepan.InsyaAllah.


Palembang, 04 Romadhon 1436H
Armansyah, M.Pd

Friday, June 19, 2015

Niat (dibaca lafadz atau tidak)

Cukup banyak sahabat yang bertanya kepada saya terkait dengan niat. Apakah niat itu sebaiknya dilafadzkan atau tidak. Entah itu niat untuk sholat ataupun seperti contohnya kita hendak berpuasa Romadhon seperti sekarang ini. Misalnya saja lafadz Usholli fardhol asri arba'a roka'atin... Nawaitu sauma ghodin an ada-i fardi syahri romadhona hazihis sanati lillahi taala.... Nawaitu wudhu’a lirof’il hadatsi... dan seterusnya.


Saya jawab bahwa saya pribadi tidak pernah mengamalkan niat dalam bentuk lafadz ucapan tertentu terhadap aktivitas tersebut diatas sebagaimana jamak dimasyarakat. Bahkan saya "tidak hafal" dengan seluruh lafadz niat tersebut sejak kecil. Namun saya menghormati orang yang mengamalkannya sesuai dengan pegangan fiqhnya masing-masing.




Buat saya tak ada masalah bermakmuman atau berimaman dengan orang yang mengamalkan lafadz niat ataupun tidak, meskipun saya pribadi sekali lagi tidak mengamalkannya. Tidak menjadi batal sholat bermakmuman atau berimaman dengan orang-orang yang mengamalkan pelafadzan niat. Hukum melafadzkan niat itu sendiri ditinjau dari rukun Sholat maka hukumnya mubah.


Bagaimanapun saya yang faqir ini tidak atau belum pernah menemukan adanya nash yang shohih bersumber dari Rasulullah SAW atau para Khalifahnya yang mengamalkan niat semacam itu. Jadi, biarlah saya menjalani apa yang saya yakini dengan mencontoh Rasulullah dan silahkan anda-anda mengamalkan apa yang anda yakini terkait perkara pelafadzan niat ini.



Berbicara tentang niat, ia merupakan landasan moral dari sebuat perbuatan, karena niat akan menentukan value atau nilai baik atau buruk dan diterima atau ditolaknya suatu perbuatan. Niat merupakan dasar dan bentuk bagi sebuah perbuatan yang mana perbuatan itu sendiri adalah isi atau implementasi dari niat.


Dalam ilmu fiqh adalah kaidah Qoshdu al-syai’ muqtarinan bi fi'lihi, adanya kesengajaan melakukan suatu perbuatan dengan kesadaran penuh (consiousnes).


Sebagai contohnya, kita mengambil sebuah gelas berisi air yang penuh dan rata sampai dibibir gelasnya lalu berjalan dengan memegang gelas itu sepanjang seratus meter dari titik awal seraya menjaganya dengan sangat hati-hati sekali agar airnya tidak tumpah sedikitpun.


Pada contoh diatas kita akan merasakan bagaimana tubuh turut bekerja bersamaan dengan kesadaran kita untuk mengontrol air didalam gelas tadi untuk tidak tertumpah meskipun dibawa sambil berjalan. Mungkin selama kita berjalan tadi, mata kita tidak akan pernah lepas dari pandangan kearah gelas dan airnya. Meskipun suasana hiruk pikuk disekitar kita tetapi sebisanya kita mengabaikan suasa tersebut agar tetap dapat fokus dalam kesadaran menjaga air didalam gelas. Jika kesadaran kita tadi hilang fokusnya maka air tersebut sangat boleh jadi akan tumpah.


Nah, inilah sebenarnya niat. Ia bukan sekedar bacaan atau lafadz tertentu akan tetapi lebih kepada suatu perbuatan yang didalamnya terdapat kesadaran penuh yang mengalir. Saat kita hendak melakukan sholat, puasa, dzakat, haji dan sebagainya bila kesadaran itu melenceng atau hilang arah sehingga akhirnya ingin dilihat oleh orang lain dan disebut alim maka itulah riya', artinya air yang kita bawa tadi tumpah akibat kegagalan kita untuk berfokus terhadap kesadaran menjaganya.


Kepala kita sujud tapi pikiran tidak ikut bersujud, kita berpuasa tetapi pikiran, lisan atau kaki tangan kita tidak ikut berpuasa.




Fawailul lil mushollin, Al ladziinahum 'an sholaatihim sahuun; Al ladziina hum yuroo-uun | Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang sholat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya.



Semoga bermanfaat.
Salam dari Palembang Darussalam.
Mohon maaf lahir dan batin, selamat menunaikan ibadah puasa Romadhon. Taqobbalallahu minna waminkum shiyamana wa shiyamakum.


02 Romadhon 1436H
Armansyah.

Bacaan Bilal Taraweh (Edukasi untuk ananda)

Malam pertama saya mengajak ke-2 ananda sholat tarawih sebagai makmum disalah satu masjid umum. Ketika mulai masuk prosesi tarawih, si sulung kaget mendengar bacaan Bilal masjid yang menyerukan "Subhanal Malikil Ma'budi ..." dan seterusnya begitupula ketika masuk Witir ada bacaan niat "Usholli sunnatal witri...." dan seterusnya.


Dia bilang bahwa saya kalau jadi imam tarawih tidak pernah baca yang begituan... saya jawab, itu bacaan bagus nak tetapi pemahaman kita beda sama mereka. Terus ananda tanya lagi, kenapa kita sholat disini jika beda? | saya jawab, agar kamu tahu bahwa disekitar kita ada banyak orang-orang yang berbeda dengan kita. | Eh dia nanya lagi, Kok kita harus beda sama orang-orang itu pa? | Saya jawab, ya karena pikiran dan ilmu setiap orang khan berbeda, disitulah seninya hidup. Mereka itu tadi membaca bacaan yang bagus, tetapi kenapa Papa tidak mengikuti cara mereka? jawabnya karena Papa tidak mendapatkan ilmu tersebut dari Sunnah yang pernah dilakukan oleh Rasulullah maupun para khalifah beliau.




Jadi, kita ikut sholat sunnahnya namun kita tidak melakukan apa yang mereka lakukan. | Sang ananda akhirnya manggut-manggut.


02 Ramadhan 1436H.
Armansyah


Original posted: FB.



Wednesday, June 17, 2015

Islam Nusantara (sebuah tanggapan)

Islam adalah Islam. Penganut ajarannya disebut Muslim. Ini akan selamanya seperti itu. Dimanapun, dinegara, daerah, desa atau tempat apapun. Tidak ada Islam nusantara, Islam arab, Islam Hongkong dan seterusnya. Memangnya Islam itu adalah langgam pake ada langgam nusantara? :-)


Dulu kita pernah mengalami sejarah yang panjang terkait perang sekterianisme madzhab satu sama lain saling merasa benar dan permusuhan menjalar dimana-mana. Islam selalu dikotak-kotakkan secara parsial oleh orang per orang. Ya sudahlah, sekarang jangan ditambah lagi dengan istilah Islam ini dan Islam itu. Hanya akan semakin membuatnya berkesan inklusif dan jauh dari nilai-nilai universalisme.


Islam ajaran fitrah, dan sebagai ajaran fitrah ia selalu punya dua sisi yang sesuai dengan humanisme dilapangan. Ada sisi-sisi keras dan tegas namun ada pula sisi-sisi yang penuh toleran. Inilah dua wajah insaniah dan universalitas itu. Keduanya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Adapun terkait fiqh, madzhab, ormas atau partai itu cuma media saja untuk pengamalan Islam itu sendiri. Tak perlu ada penyaklekkan dan pemaksaan kehendak. Kembalilah pada al-Qur'an. Mari gali terus firman-firmanNya, pelajari apa sunnah Nabi-Nya terkait praktek amaliyah al-Qur'an itu sendiri, karena istri beliau sendiri menyatakan bahwa Rasulullah itu kana khuluqul qur'an.


Mana yang memang harus disikapi secara tegas dan keras serta mana saja hal-hal yang masih dapat diterima serta dimaklumi bahkan dicari-cari prasangka baiknya. Akhirnya, semua orang yang beriman itu bersaudara, entah dia mengikuti kajian Salafiyah, HTI, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persis, Jama'ah Tabligh dan sebagainya. Penyimpangan furui'yah yang dianggap menyelisihi suatu pandangan tertentu selama tidak terkait qowaidul ushuliyah yang pasti hukumnya menyelisihi kitabullah, maka cukup hormati namun tidak mengamini.



Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1436H
Semoga Allah ta'ala menerima amalan puasa kita bersama.
Salam dari Palembang Darussalam.


Armansyah Azmatkhan Ba'alawi al-Husaini

Tuesday, June 16, 2015

Hukum Pamer Amal

Tak perlu memandang sinis pada mereka yang memperlihatkan perbuatan baiknya didepan banyak orang, kita tidak tahu isi hati dan niat sesungguhnya. Itu disebut sebagai dzonni atau prasangka. Dan hal tersebut bagian dari penyakit qolbu. Biarlah tentang niatnya adalah urusan dia dan Allah ta'ala. Boleh jadi mereka melakukan hal demikian untuk dicontoh oleh orang lain. Bagaimanapun hal demikian tidak pula terlarang menurut kitabullah al-Qur'anulkarim.




Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Surah al-Baqarah [2] ayat 271)



Toh dijaman sekarang ini orang-orang berbuat jahat sudah begitu banyaknya, mereka tak malu memamerkan dirinya melakukan korupsi, menjadi pelacur, pemalak, menggunakan celana pendek memamerkan aurat kemana-mana, merokok sehingga membuat orang lain terganggu dengan asapnya, berperilaku menyimpang berdandan ala manusia berpenyakit kelamin bencong yang menyalahi fitrahnya termasuk menyebarkan link-link berkonten porno.


Ketika manusia memperlihatkan wujud setannya tanpa malu-malu lagi dan kita mendiamkan saja karena tak punya keberanian ataupu kuasa untuk menegurnya maka janganlah pula lisan kita malah gampang menghakimi orang yang sedang terlihat melakukan kebaikan secara terbuka.


Sekarang jamannya idolisasi, ada idol yang berlomba mencontohkan keburukan dan ada segelintir idol lagi mencontohkan kebaikan. Haruskah kita membantu kesesatan dengan mencela kebenaran?


Ada kalimah arif yang mengatakan: If you are not a part of solution, you must be a part of problems.




Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa memberi contoh kebaikan dan diikuti orang, ia mendapatkan pahalanya dan pahala-pahala orang yang mengikutinya tanpa dikurangi dari pahala mereka sedikit pun, sebaliknya barangsiapa memberi contoh keburukan lalu diikuti orang, maka ia mendapatkan dosanya dan dosa-dosa orang yang mengikutinya tanpa dikurangi dosa mereka sedikitpun.” (Riwayat Ahmad dalam Musnadnya dengan nomor hadist 22201)



.


Salam dari Palembang Darussalam.
Armansyah Azmatkhan Ba'alawi al-Husaini, S.Kom, M.Pd.

Selamat berpuasa Romadhon 1436H

sekeluarga

Saya atas nama pribadi dan keluarga, mengucapkan Selamat Menunaikan ibadah puasa Romadhon 1436H, mohon maaf lahir dan batin, semoga Allah mengampuni kesalahan kita dan mengijabah do'a-do'a kita, meluaskan pintu rezeki kita, menjadikan anak keturunan kita selaku qurrotaa'yun serta menempatkan kita dalam jajaran hamba-hambaNya yang bertaqwa dan mukhlis. Aamiin.


Salam dari Palembang Darussalam.
28 Sya'ban 1436H


Mgs. Armansyah Azmatkhan Ba'alawi al-Husaini, M.Pd

Promo usaha Umroh Haji dan Hijab Syar'ie

iklan-baroe2

Monday, June 15, 2015

Petunjuk Manasik Umroh/Haji

Haji

[youtube=https://www.youtube.com/watch?v=nu23cI0G_zo]

 

Umroh

https://www.youtube.com/watch?v=9EURG9AbOSg

 

Dokumentasi Perjalanan ditanah suci

[youtube=https://www.youtube.com/watch?v=9co-JFpok_s]

 

Semoga bermanfaat.

Wednesday, June 10, 2015

Marah dan pesan Rasul mengatasinya

Seringnya kita itu menghakimi seseorang secara subyektif dengan melupakan semua kebenaran serta kebaikan yang ada pada dirinya dan yang telah mereka lakukan untuk diri kita. Faktor emosional yang meledak-ledak sering membuat kita nyaris tak ada sisi positip yang mampu terlihat. Oleh sebab itu cukup banyak pesan dan nasehat Rasul bagi kita terkait masalah ini, misalnya membaca ta'awudz, diam, merubah posisi tubuh hingga berwudhu. Marah itu merupakan api yang membakar dan api adalah asalnya setan, oleh sebab itu orang yang sedang marah tak ubahnya orang yang kerasukan setan.




Musnad Ahmad 17302: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya kemarahan itu datangnya dari setan dan setan tercipta dari api, sedangkan api hanya dapat dipadamkan oleh air, maka jika salah seorang di antara kalian marah hendaklah ia berwudlu."


Sunan Abu Daud 4150: Dari Sulaiman bin Shurd ia berkata, "Ada dua orang saling mencela di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, salah seorang dari mereka matanya tampak memerah dan urat lehernya tampak menegang. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu bersabda: "Sungguh, aku tahu sebuah kalimat yang jika dibaca oleh seseorang maka akan hilang apa yang dirasakannya (rasa marah). Yaitu, A'UUDZU BILLAAHI MINAS SYAITHAANIR RAJIIMI (aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk)."


Sunan Abu Daud 4151: Dari Abu Dzar ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada kami: "Jika salah seorang dari kalian marah dan ia dalam keadaan berdiri, hendakah ia duduk. Jika rasa marahnya hilang (maka itu yang dikehendaki), jika tidak hendaklah ia berbaring."


Musnad Ahmad 2425: Dari Ibnu Abbas, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "hendaklah kalian Mengajar, mempermudah dan jangan mempersulit. Bila engkau marah maka diamlah. Dan Bila engkau marah maka diamlah. Bila engkau marah maka diamlah."




Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang sering berlaku seperti setan.
Salam dari Palembang Darussalam.
10 Juni 2015


Armansyah

Sejadah bergambar Ka'bah (Sebuah kritik)

Kita sering marah bila mendapati seseorang berkesan melecehkan ajaran Islam atau juga simbol-simbol yang umumnya dihormati oleh umat Islam. Tapi pernahkah kawan-kawan berpikir bila kebanyakan dari kita, saya ulangi ya --artinya dipertegas loh, kebanyakan dari kita justru seringnya menjadi pelaku dari pelecehan itu sendiri.


Bukti?




Coba lihat sejadah yang kita pakai dirumah, dikantor, atau lihat sejadah yang terbentang diumumnya masjid. Apakah ada gambar Ka'bah atau masjidnya? Jawab dengan jujur, pernahkah kita --entah sengaja atau tidak sengaja-- menginjak gambar itu dengan kaki kita?




sejadah-bergambar


Apa yang hati dan iman anda katakan saat menginjak simbol-simbol tersebut? biasa saja? bingung lalu mencari-cari alasan pembenaran? merasa berdosa?


Itu saja sebagai introspeksi untuk masing-masing kita, cukup jawab dengan hati sajalah, karena Rasulullah bersabda "Istafti qolbak, mintalah fatwa kepada hatimu ".... kelihatannya sepele namun ternyata dapat jadi "uswatun hasanah" bagi pelaku pelecehan lainnya.


Ditilik dari sisi perbuatan atau amaliyah maka sejadah bergambar masjid apalagi Ka'bah adalah perbuatan bid'ah atau mengada-ada, dijaman Rasulullah dan para Khalifah beliau dahulu tidak ada alas sholat yang digambar seperti ini. Mereka jikapun menggunakan alas buat sholat maka akan menggunakan kain pakaian mereka atau juga tikar.




Musnad Ahmad 2264: Dari Abdullah bin Abbas, ia berkata; "Sungguh aku pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada saat turun hujan, beliau menghindari tanah ketika sujud. Beliau menggunakan pakaian sebagai alas untuk menghalangi kedua tangannya menyentuh tanah jika beliau sujud."


Shahih Bukhari 368: Dari 'Abdullah bin Syaddad dari Maimunah ia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shalat di atas tikar kecil."


Sunan Darimi 1303: Dari Bakr bin Abdullah dari Anas ia berkata, "Kami pernah melakukan shalat bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada waktu yang sangat panas, apabila salah seorang di antara kami tidak mampu menempelkan keningnya di tanah maka ia menghamparkan kain dan melakukan shalat di atasnya."


Shahih Bukhari 360: Dari 'Urwah dari 'Aisyah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shalat di atas kain yang bergambar. Lalu beliau melihat kepada gambar tersebut. Selesai shalat beliau berkata: "Pergilah dengan membawa kain ini kepada Abu Jahm dan gantilah dengan pakaian polos dari Abu Jahm. Sungguh kain ini tadi telah mengganggu shalatku." Hisyam bin 'Urwah berkata dari Bapaknya dari 'Aisyah berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku melihat pada gambarnya dan aku khawatir gambar itu menggangguku."



Mungkin sudah umum hari ini dimana-mana ada sejadah bergambar dan terkadang kita tidak dapat menghindari dari kepemilikannya, entah itu sengaja membelinya atau juga hadiah dari seseorang. Khusus tentang gambar yang merupakan visualisasi Ka'bah yang terletak pada sulaman sejadah, sebisa mungkinlah untuk menghormatinya dengan jalan tidak menginjak gambar tersebut, sebab itu adalah simbol dari Baitullah.


Jika kita marah terhadap para penista simbol-simbol Islam yang diletakkan sembarangan atau bahkan menginjak-injaknya, maka seharusnya juga kitapun memperhatikan adab terhadap simbol Ka'bah yang terdapat pada sejadah kita (jika ada). Jangan menginjak bagian gambar tersebut dan setelah selesai sholat, mari lipat atau sampirkan disebuah tempat yang tidak akan terinjak oleh kaki ketika melangkah (kecuali mungkin di masjid.... apa boleh buatlah frown emoticon ).


Demikian.


Salam dari Palembang Darussalam.
Armansyah, 09 Juni 2015.

Kelulusan/ Graduation

graduation

Graduation is only a concept. In real life every day you graduate. Graduation is a process that goes on until the last day of your life. If you can grasp that, you'll make a difference. Just like the Prophet Muhammad said, "Those who state their deeds today worse than yesterday are cursed. They who today are the same as yesterday are losser. And whoever today is better than yesterday, they are the lucky ones".


Ada yang pergi dan ada pula yang datang. Sama halnya ada yang hidup dan ada yang mati. Hal-hal demikian hanyalah perputaran hukum kausalita yang telah ditetapkan Allah.


Masa sekarang secara perlahan akan berganti menjadi masa lalu, dan setiap masa lalu adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan setiap insan. Bagian dari prosesnya menuju masa depan.


Sulit melupakan masa lalu dalam titian selanjutnya tetapi memang masa lalu bukan sesuatu untuk dilupakan. Masa lalu justru sebagai pegangan atau bekal yang menjadi penguat langkah-langkah yang akan dijejakkan. Masa lalu tidak hanya mengajarkan pengalaman atau pengetahuan, namun masa lalu juga mewariskan nilai.





Armansyah, S.Kom, M.Pd.

Kontroversi Nisyfu Sya'ban (Tanggapan)

Ramai saya menerima BC tentang malam nisfu sya'ban bahkan ada yang bertanya pendapat saya terkait hal tersebut. Secara ringkas, jika saya tidak terlihat mengucapkan atau juga mempostingnya maka dapat dipastikan bila saya tidak mengamalkannya. Ada beberapa hadis dalam Kutubus Sittah menyinggung masalah ini namun hadis-hadis itu berderajat maudhu' (palsu) serta dho'if (lemah), hadis dengan derajat paling kuat adalah hasan.


Hadis-hadis itu antara lain (rantai sanad saya potong untuk memperingkasnya):




Sunan Ibnu Majah 1378: Dari Ali bin Abu Thalib ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila malam nisfu Sya'ban (pertengahan bulan Sya'ban), maka shalatlah di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya. Sesungguhnya Allah turun ke langit bumi pada saat itu ketika matahari terbenam, kemudian Dia berfirman: "Adakah orang yang meminta ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya? Adakah orang yang meminta rizki maka Aku akan memberinya rizki? Adakah orang yang mendapat cobaan maka Aku akan menyembuhkannya? Adakah yang begini, dan adakah yang begini…hingga terbit fajar. " ---> Maudhu' / Dhoif Jiddan


Sunan Ibnu Majah 1379: Dari 'Aisyah ia berkata, "Suatu malam aku kehilangan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, aku pun mencarinya, dan ternyata beliau berada di Baqi' menengadahkan kepalanya ke langit, beliau lalu bersabda: "Wahai 'Aisyah, apakah engkau takut Allah dan Rasul-Nya akan mengurangi (haknya) atasmu?" ia menjawab, "Aku telah mengatakan tidak, hanya saja aku khawatir engkau mendatangi salah seorang dari isterimu. " Maka beliau pun bersabda: "Sesungguhnya pada pertengahan malam Sya'ban Allah turun ke langit dunia lalu mengampuni orang-orang yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah bulu kambing. " ---> Dho'if


Sunan Ibnu Majah 1380: Dari Abu Musa Al Asy'ari dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah akan muncul di malam nishfu Sya'ban kemudian mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik atau orang yang meninggalkan jama'ah (murtad). " Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ishaq berkata, telah menceritakan kepada kami Abul Aswad An Nadlr bin Abdul Jabbar berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah dari Az Zubair bin Sualim dari Adl Dlahhak bin 'Abdurrahman dari Bapaknya ia berkata; aku mendengar Abu Musa dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sebagaimana dalam hadits. " ---> Hasan


Musnad Ahmad 24825: TDari Aisyah berkata; "Pada suatu malam saya pernah kehilangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu saya keluar dan ternyata beliau sedang di Baqi', mengangkat pandangannya ke langit seraya bersabda kepadaku: 'Apakah engkau takut, Allah akan menzhalimimu dan Rasul-Nya? ' Aisyah berkata; "Saya berkata; 'Saya mengira engkau mendatangi sebagian isteri-isterimu." Beliau bersabda: 'Sesungguhnya Allah Azzawajalla turun di pertengahan malam ke langit dunia di bulan Sya'ban, lalu ia mengampuni untuk sejumlah bulu rambut kambing atau anjing'."



Memang ada hadis yang menyebutkan tentang berpuasa di bulan Sya'ban, namun tidak dinyatakan tanggal tertentu. Misalnya:




Musnad Ahmad 23368: Dari Aisyah, bahwasanya ia pernah ditanya tentang puasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. maka (Aisyah) Berkata: "Beliau (Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam) berpuasa Sya`ban dan sangat menjaga puasa senin dan kamis."


Musnad Ahmad 23781: Dari Abdullah Al-Bahy dari Aisyah berkata; "Saya tidak pernah mengqodlo` puasa ramadhan kecuali di bulan sya`ban hingga Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam wafat."


Musnad Ahmad 23797: 'Abdullah bin Abi Musa berkata; Mudrik atau Ibnu Mudrik telah mengutusku kepada Aisyah supaya saya bertanya beberapa hal kepadanya. ('Abdullah bin Abi Musa) Berkata; ... Saya bertanya kepada (Aisyah) tentang hari yang diperselisihkan dari bulan Ramadhan, maka dia berkata; "Berpuasa satu hari dari Sya`ban lebih saya sukai dari pada saya tidak puasa satu hari dari bulan Ramadhan."



Tentang berpuasa diluar Romadhon sendiri, Rasulullah diberitakan senantiasa melakukannya dan menganjurkan umat beliau untuk juga mengamalkannya.


Shahih Bukhari 1845: Telah menceritakan kepada kami Abu Ma'mar telah menceritakan kepada kami 'Abdul Warits telah menceritakan kepada kami Abu At-Tayyah berkata, telah menceritakan kepada saya Abu 'Utsman dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata: "Kekasihku Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberi wasiat kepadaku agar aku berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, mendirikan shalat Dhuha dua raka'at dan shalat witir sebelum aku tidur".


Sunan Abu Daud 2094: Telah menceritakan kepada kami Abu Kamil, telah menceritakan kepada kami Abu Daud, telah menceritakan kepada kami Syaiban, dari 'Ashim dari Zirr, dari Abdullah, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa tiga hari setiap bulan.


Puncaknya, ada pula hadis lain berderajat shahih yang justru melarang orang untuk berpuasa karena menyambut Romadhon.




Sunan Tirmidzi 669: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziz bin Muhammad dari Al 'Ala' bin Abdurrahman dari ayahnya dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda: " Jika telah masuk pada pertengahan bulan Sya'ban, maka janganlah kalian berpuasa." Abu 'Isa berkata, hadits Abu Hurairah merupakan hadits hasan shahih, kami tidak mengetahui kecuali melalui jalur ini dengan lafadz seperti di atas. Arti dari hadits diatas menurut sebagian ulama ialah jika seseorang tidak terbiasa berpuasa kemudian ketika masuk pada pertengahan bulan Sya'ban baru ia mulai berpuasa karena (menyambut) bulan Ramadlan. Telah diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam seperti makna yang diterangkan oleh mereka, yaitu beliau Shalallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Janganlah kalian berpuasa beberapa hari menjelang bulan Ramadlan kecuali jika bertepatan hari puasa yang biasa kalian lakukan." Hadits ini menunjukan larangan bagi orang yang sengaja berpuasa menjelang datangnya puasa Ramadlan.



Demikian kiranya.... namun seperti biasa, terhadap kawan-kawan yang mengamalkan puasa di Nishfu Sya'ban, saya tak mungkin juga melarangnya. Silahkan melakukan apa yang diyakini kebenarannya. Saya menghormatinya meskipun saya tidak mengamininya. Ini adalah pendirian dan keyakinan saya.


Semoga bermanfaat dan menjelaskan.
Palembang Darussalam. 01 Juni 2015


Armansyah.