Tak perlu memandang sinis pada mereka yang memperlihatkan perbuatan baiknya didepan banyak orang, kita tidak tahu isi hati dan niat sesungguhnya. Itu disebut sebagai dzonni atau prasangka. Dan hal tersebut bagian dari penyakit qolbu. Biarlah tentang niatnya adalah urusan dia dan Allah ta'ala. Boleh jadi mereka melakukan hal demikian untuk dicontoh oleh orang lain. Bagaimanapun hal demikian tidak pula terlarang menurut kitabullah al-Qur'anulkarim.
Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Surah al-Baqarah [2] ayat 271)
Toh dijaman sekarang ini orang-orang berbuat jahat sudah begitu banyaknya, mereka tak malu memamerkan dirinya melakukan korupsi, menjadi pelacur, pemalak, menggunakan celana pendek memamerkan aurat kemana-mana, merokok sehingga membuat orang lain terganggu dengan asapnya, berperilaku menyimpang berdandan ala manusia berpenyakit kelamin bencong yang menyalahi fitrahnya termasuk menyebarkan link-link berkonten porno.
Ketika manusia memperlihatkan wujud setannya tanpa malu-malu lagi dan kita mendiamkan saja karena tak punya keberanian ataupu kuasa untuk menegurnya maka janganlah pula lisan kita malah gampang menghakimi orang yang sedang terlihat melakukan kebaikan secara terbuka.
Sekarang jamannya idolisasi, ada idol yang berlomba mencontohkan keburukan dan ada segelintir idol lagi mencontohkan kebaikan. Haruskah kita membantu kesesatan dengan mencela kebenaran?
Ada kalimah arif yang mengatakan: If you are not a part of solution, you must be a part of problems.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa memberi contoh kebaikan dan diikuti orang, ia mendapatkan pahalanya dan pahala-pahala orang yang mengikutinya tanpa dikurangi dari pahala mereka sedikit pun, sebaliknya barangsiapa memberi contoh keburukan lalu diikuti orang, maka ia mendapatkan dosanya dan dosa-dosa orang yang mengikutinya tanpa dikurangi dosa mereka sedikitpun.” (Riwayat Ahmad dalam Musnadnya dengan nomor hadist 22201)
.
Salam dari Palembang Darussalam.
Armansyah Azmatkhan Ba'alawi al-Husaini, S.Kom, M.Pd.
No comments:
Post a Comment