Syahdan Hajar merasa iba melihat putra terkasihnya, Ismail, kehausan ditengah gurun yang tandus didekat Baitulullah. Ia pun berjalan menuju ke Sofa guna mencari keberadaan mata air disana. Tatkala tiba di Sofa, matanya berbinar melihat dikejauhan sebuah mata air yang memancur besar di bukit Marwah. Hajarpun segera berlari-lari kecil menuju ke Marwah. Sayang disana ia tidak menemukan apa yang ia lihat sewaktu di Sofa. Sebaliknya, matanya kini justru melihat adanya mata air di bukit Sofa yang tadi ia tinggalkan. Dengan harapan besar, Hajar segera kembali berlari-lari kecil naik menuju ke Sofa dan meninggalkan Marwah. Terus hal ini dilakukan oleh Hajar, mondar-mandir dari Sofa menuju Marwah akibat terwujudnya fatamorgana mata air yang sesungguhnya tidak pernah ada dikedua lokasi tersebut. Sampai akhirnya atas izin Allah, melalui hentakan kaki kecil Ismail, terpancarlah mata air zam-zam yang sampai hari ini seakan tak pernah habis memancar, memenuhi dahaga insan-insan yang datang berhaji ke Baitullah.
Itulah cermin dari hidup kita sesungguhnya, bahwa sering kita terjebak dengan fatamorgana yang berbayang dipelupuk mata kita. Kita menginginkan harta, kekayaan, kedudukan sosial yang tinggi, punya ini dan itu untuk memuaskan dahaga nafsu duniawiyah kita sehingga tidak jarang kita terjerembab dalam dosa. Banyak orang akhirnya memilih jalan pintas dengan pergi kedukun, korupsi, selingkuh dan lain sebagainya. Demi mengejar sebuah fatamorgana.
Yuk, kita sama-sama belajar untuk berpikir jangka panjang. Menatap dua, tiga atau bahkan sepuluh tahun dari sekarang, apakah jalan yang kita tempuh sekarang sudah benar secara agama? bagaimana jika itu salah? bagaimana anak-istri kita? keturunan kita? saudara kita? orang tua kita? lalu... bagaimana akhirat kita? Ayo kawan, kita kembalikan semua penuhanan kita terhadap fatamorgana yang menggoda itu pada titik nolnya. Kita kembalikan tujuan hidup kita pada satu titik, yaitu Allah.
Lakukan yang Allah ridhoi. Bergeraklah, bernafaslah dan berpikirlah dengan asma-Nya. An ta'budallah ka-annaka tarohu fain-lam takun tarohu fainnahu yaroka > beribadahlah engkau pada Allah seolah engkau melihat Allah dan jika engkau tidak bisa melakukannya maka sadarilah bahwa Allah pasti melihatmu.
No comments:
Post a Comment