Saturday, December 6, 2014

Antara Aceh, Timor-Timur dan Papua (Bag.1)

Antara Aceh, Timor-Timur dan Papua
Oleh : Armansyah


1 dari 2 tulisan
Diposting di TL FB, 06 Des 2014


Maraknya tuntutan Papua untuk merdeka hari ini dan meminta opsi referendum tentu mengingatkan kita kembali terhadap kejadian lepasnya Timor-Timur tahun 1999 yang juga bermula dari opsi referendum yang sama ditawarkan oleh pemerintah Indonesia kala itu. Jika satu demi satu NKRI ini dipreteli oleh gerakan kemerdekaan daerahnya masing-masing maka niscaya lambat laun NKRI pasti akan bubar, sebab bukan tidak mungkin bagi daerah-daerah lain juga menuntut opsi yang sama pada pemerintah pusat.


Adalah menjadi tidak adil bagi rakyat Aceh jika kemudian setelah lepasnya Timor-Timur maka Papua juga akan memperoleh hak kemerdekaannya. Dulu untuk sikap mereka yang menuntut kemerdekaan daerahnya dari NKRI, pemerintah melakukan penanganan dengan operasi Militer yang dikenal sebagai DOM. Setelah melalui proses tawar menawar dan negoisasi yang alot akhirnya terjadilah perdamaian antara GAM dengan pemerintah NKRI. Aceh pun kembali kepangkuan NKRI serta melupakan niat mereka untuk bebas merdeka dari Indonesia.


Jika kemudian Aceh dapat tetap terjaga kedaulatannya sebagai bagian dari NKRI, maka kenapa hal yang sama tidak dapat juga terjadi pada Papua? Jika kemudian gerakan kemerdekaan Papua Barat harus ditangani secara Militer sebagaimana dulu Aceh melalui DOM-nya, maka kenapa sekarang ada perlakuan berbeda terhadap Papua?


Bila pada akhirnya Papua dengan semua trik dan dukungan luar negeri berhasil memaksa terjadinya referendum yang menghasilkan pembebasan mereka dari NKRI maka ini akan menjadi preseden yang tidak baik bagi daerah lain di Indonesia. Mari kita lupakan saja sila ke-3 dari Pancasila, Persatuan Indonesia.


Menarik kemudian jika kita lihat dari kacamata agama, bahwa orang-orang Islam ternyata lebih setia dan terbuka untuk menerima negoisasi ketimbang umat diluarnya. Mereka yang sangat idealis untuk menerapkan syari'at Islam dalam kehidupan bermasyarakat ternyata juga mampu duduk bersama dan melakukan kesepakatan dengan pemerintah yang dianggap bagian dari taghut demi keutuhan NKRI. Berbeda dengan umat lain yang ada di Timor-Timur serta Papua. Ini pun mau tidak mau mengingatkan saya juga pada kejadian Piagam Jakarta yang akhirnya tidak diberlakukan.


Jadi bila kemudian muncul tudingan Muslim itu tidak setia pada NKRI, tanyakan kembali pertanyaan itu pada mereka melalui kacamata sejarah bangsa ini. Janganlah menggunakan pepatah Buruk Rupa Cermin Dibelah. Umat Islam adalah umat paling setia terhadap NKRI. Umat Islam adalah umat yang siap untuk melakukan proses perundingan demi mencapai kemufakatan untuk kemaslahatan bersama. Umat Islam adalah umat yang toleransinya paling tinggi terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan kenegaraan.


Bersambung 2
Salam dari Palembang Darussalam,
Armansyah

2 comments:

  1. Kemerdekaan adalah Hak setiap orang yg hidup di bawah kolong langit ini, punya hak untuk merdeka, namum kemerdekaan bisa di bagi empat kategori menurut pandangan saya:
    1. Diri sendiri
    2. Keluarga,
    3. Kelompok,
    4. Komunitas,
    5 Negara
    Namum dalam sebuah bangsa ada dua kemerdekaan yang dominan kita lihat yaitu Spiritual & Negara
    Hal2 diatas seringkali ada unsur egois, seraka, ambisi, dominang, yang menonjol, benar tentu jadi baik menjadi samar2 karena rakus, selalu menonjol di dalam 90% manusia di dunia hidup dalam bayangan ego sedang belajar 5% dari diri sendiri serta lingkungan tinggal sedangkan 5% lain dari orang dan budaya lain.

    ReplyDelete
  2. @Bro, ketiga wilayah itu secara historis berbeda, Aceh dan Papua sama dalam hal dijajah Belanda, tapi intensitas perlawanan berbeda dan waktu dijajah dan ditaklukannya berbeda, sedang Timor adalah jajahan Portugis. Hampir semua wilayah Indonesia adalah bekas jajahan Belanda, yang disebut Hindia Belanda.
    Nah, siapa yang memainkan isu refrendum dan untuk kepentingan apa?

    ReplyDelete