Dulu ledakan petir dianggap orang sebagai sebuah peristiwa sakral yang dikaitkan dengan mitos dewa-dewa. Tapi setelah Thomas Alfa Edison dapat menjelaskannya secara rasional dan diwujudkan dalam bentuk cahaya lampu yang terbuat dari bola kaca dan didalamnya terdapat serat karbon maka orang berangsur-angsur tak lagi mengaitkan petir dan hal-hal yang berhubungan dengan listrik sebagai fenomena adikodrati.
Thomas Alfa Edison tidak dianggap sebagai tukang sihir dijaman modern ini karena mampu menemukan pengetahuan tentang bola-bola kaca bersinar. Orang paham bahwa bola-bola kaca itu dihubungkan oleh kawat-kawat yang disembunyikan dan membentuk rangkaian listrik yang dihubungkan dengan satu tombol yang berfungsi sebagai media menghidupkan serta mematikannya.
Bagaimana bila misalnya kita hidup di masa lalu dan kemudian melihat sebuah robot yang digerakkan secara elektronis melalui remote control? Boleh jadi kita langsung mengaitkannya dengan hal klenik, mistis, ada campur tangan Jin dan sebagainya. Kenapa? Karena perkembangan pemikiran dimasa itu memang baru sampai disitu. Tidak mungkin kita berpikir bahwa robot itu hanya peristiwa listrik yang dipadu dengan peristiwa mekanik, digerakkan oleh motor, ditanamkan chip dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence) dan sebagainya dan seterusnya.
Inilah sebenarnya proses tahapan perkembangan pikiran manusia. Oleh karena itu jangan mudah memberikan fatwa sesat, bid’ah ataupun haram terhadap fenomena modern yang diperoleh dari perkembangan Science and technology yang mampu menjembatani nash agama terhadap masyarakat masa kini meskipun hal itu di jaman dulu (yaitu eranya kaum salaf) tidak pernah ada ataupun ditinggalkan. Misalnya penerapan ilmu hisab modern yang difasilitasi oleh satelit, komputer canggih serta perhitungan rumit dari algoritma yang kompleks sehingga dapat menghasilkan data siklus peredaran bulan secara “lebih pasti” dibanding hisab ala klasik yang masih bercampur mitologi dan klenik.
Status FB saya, 12 Feb 2014
No comments:
Post a Comment