Thursday, February 27, 2014

Tuduhan baru: Wahabi!

Dulu ketika saya memberi apresiasi pada Iran dan Presidennya waktu itu (Ahmadinejad) saya pernah dihakimi sebagai penganut syiah dan minimal simpatisan syi’ah. Sayapun “dimusuhi”. Dulu juga, karena saya sering berdiskusi dengan mengedepankan akal terhadap nash, saya dihakimi sebagai seorang muktazilah. Sayapun “dimusuhi” dianggap tidak “nyunnah”. Hari ini, giliran saya lebih banyak menggunakan al-Qur’an dan as-Sunnah, saya divonis sebagai seorang wahabi. Entah konsep dan terminologi bagaimanapun istilah wahabi yang dimaksudkan itu. Tapi lagi-lagi saya “dimusuhi” malah ada yang meminta saya berhenti untuk berdakwah (setidaknya dakwah yang dimaksud oleh beliau adalah dalam skala kecil di media sosial). 


Sebenarnya, fakta bahwa kita ini lebih banyak beragama dengan prasangka bukan dengan ilmu. Kita berprasangka lalu dengan prasangka negatif tersebut kita mengajak orang lain untuk ikut dalam lautan kebencian. Padahal al-Qur’an yang harusnya menjadi pedoman diatas pedoman, sejak dini memberi informasi:


Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. (Al-Hujurat ayat 12)


Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. (Al-Maaidah ayat 8).


#renunganuntukdiriku


Status FB, 27/02/2014

2 comments:

  1. bicara apa kamu itu yang membuat bangsa Indonesia mayorits ber agama Islam itu siapa, dulu kemana waktu perjuangan kemerdekaan kemana, kok sekarang mau tampil kaya disana aja

    ReplyDelete
  2. itu gaya lama disana, ga usah dibawa kesini yang sudah baik dan tenteram, jangan menabur benih perbedaan dan perpecahan

    ReplyDelete