Negeri ini sekarang sudah rusak, bukan cuma sekedar sakit. Pergaulan dan seks bebas dimana-mana, perempuan bercelana hotpants sdh bukan hal asing lagi, banci bertebaran, lokalisasi pelacuran juga seakan sdh legal, setali tiga uang dgn tempat hiburan malam dan arena perjudian. Koruptor, bah, gak usah dibilang lagi. Orang2 yg duduk membuat hukum diparlemen sana boro2 ahli, mereka justru kumpulan pelawak, artis dan politikus karbitan yang gelar kesarjanaannya pun masih diragukan. Bahkan jabatan antara kepala negara, mentri dan ketua parpol semakin campur aduk semrawut.
Dakwah verbal akhirnya lebih condong hanya mengayakan si pendakwah saja dari sisi materi, di undang sana-sini, tampil di tivi ini dan tivi itu dengan uang saku jutaan bahkan konon kabarnya ada yg sampai ratusan juta. Perubahan seperti apa secara kongkret yg terjadi di masyarakat? Apa pula dampak positip relijiusitasnya bagi si tivi itu sendiri, termasuk si ownernya? Iklan2 seronok dengan pamer aurat bak pelacur itu tetap saja berseliweran di layar kaca, bahkan gawatnya, kadang nongol juga sebagai sponsor di acara dakwah itu sendiri. Belum lagi sinetronnya yg lebay.... huf. Istighfar dulu yuk, Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntum minadzzolimin.
Apakah dakwah verbal juga berpengaruh pada si pemilik media tivi? lihat siapa penyelenggara Miss World 2013? padahal kurang apa lagi acara dakwah di stasiun televisinya? apa ini berimbas? Masyarakat.... sekali lagi, Perubahan seperti apa secara kongkret yg terjadi di masyarakat akibat dakwah yang hilir mudik di tivi-tivi itu? Apakah lalu secara keseluruhan memang tidak berpengaruh sama sekali? Wah, kita butuh survey dengan ilmu statistik nih jika ingin akurat secara ilmiahnya. But, let us take a look in the real life. Nilai sendiri saja carut marut tatanan kehidupan dimasyarakat kita secara kasat mata. Meski, saya berusaha percaya bahwa dampak positip selalu ada meski prosentasenya mungkin kecil. But then again, it is not my point here.
Salinan status FB saya, 28 September 2013.
No comments:
Post a Comment