Monday, September 23, 2013

Tidak semua cukup dengan : "...Yang Penting Niatnya."

Tidak semua cukup dengan : "...Yang Penting Niatnya."

Oleh : Armansyah

Status ini sudah untuk yang kesekian kalinya saya tulis, tapi semoga masih bermanfaat. Didalam Islam, kita tidak bisa dengan hanya mencukupkan niat saja dalam melakukan suatu perbuatan. Misal sering kita temukan orang berkata: "Ah, yang penting khan niatnya tidak begitu".

Jika memang demikian adanya, maka kenapa dulu, Rasul juga tidak melakukan hal yang sama dalam berkiblat untuk sholat? Kita semua mahfum bahwa umat Islam pernah berkiblat ke Masjid al-Aqsha dikarenakan Ka'bah kala itu di penuhi dengan berhala.

Padahal, dengan asumsi yang tadi dikatakan, mestinya Rasul toh bisa saja tetap sholat ke arah masjidil haram walaupun di sana ada berhala. Bukankah kembali pada niat toh? Tapi saya belum pernah terbaca atau terdengar Rasul bersabda yang kurang lebih: "Tidak apa kita berkiblat ke Ka'bah walau disana ada berhala, yang penting khan niatnya kita tidak menyembah berhala itu, tapi menyembah Allah".

Fakta, Rasul (tentu dengan bimbingan wahyu Allah) justru mengarahkan kiblat ke masjid al-Aqsha sampai kemudian berhala di masjidil haram dihancurkan. Artinya apa? Jangan salah pasang dalam argumen niat.

 Ambil tanah kuburan lalu disimpan dan dianggap membawa berkah, ketika di tegur bahaya musryik, jawabnya ah yang penting niat. Misalnya loh ya. Saya pribadi tidak menyukai penggunaan wifiq, azimat, rajah atau apapun itu. Mungkin saja ada yang menyebutnya medium yang menjadi perantara. Tapi saya lebih memilih diri saya untuk polos tanpa semua hal ini. Untuk penjagaan diri, saya belajar beladiri. Untuk bisa disukai orang, saya harus belajar adab dan cara kesantunan pergaulan. Untuk bisa pintar dan tahu banyak hal, saya belajar dan banyak membaca. Untuk bisa punya jodoh, ya saya harus melamar anak gadis orang (doeloe loh ya). Begitu seterusnya.

Mungkin dalam hal Tauhid, saya ekstrim. Silahkan saja mau mengklasifikasikan saya sebagai wahabi atau apapun itu. Hal ini sudah biasa. Diri faqir ini langganan gelar yang macam-macam, mulai dari muktazilah, syiah, wahabi, liberal dan sebagainya. I don't care much about those kinds of label from people. Selama saya berpijak pada nash yang kuat dan argumentatif, maka itu yang saya pegang. InsyaAllah. Demi kebersihan Tauhid Rububiyah saya.

 Status FB saya tanggal 23 September 2013

 

No comments:

Post a Comment