Monday, April 13, 2015

[Jokowi]: Kini baru kau rasa...

Sekarang jumlah orang yang mengkritisi jokowi semakin bertambah jumlahnya. Sayangnya mereka ini orang-orang yang secara duniawi justru terlihat pintar. Kemaren-kemaren ente pada kemana? Hibernasi? Kenapa saat ini saya justru jarang membuat tulisan tentang jokowi? Karena saya sudah sering melakukan itu dulu, jauh sebelum orang-orang ini bangun dari hipnotis pencitraannya. Sejak awal dia mencalonkan diri sebagai gubernur DKI saya sudah mengkritisinya sampai jelang pilpres 2014. Tapi ya itulah, jangankan seorang Armansyah, lah suara ulama yang nyaring mengingatkan umat waktu itu saja sudah tidak mau didengar dan dituruti. Maka terjadilah apa yang memang harus terjadi sebagai konsekuensinya.




Jika sekarang orang bertambah ramai menyudutkannya dengan ragam kejadian yang baru terjadi dan menyulut emosi, maka saya lebih memilih untuk duduk manis sembari membaca berbagai komentar dan ulasan si A si B, si C dan sebagainya terhadap sosok yang dulu digadang-gadang bak messias ini. Pastinya Alhamdulillah saya bersyukur bahwa dulu bersama keluarga besar tidak memilihnya. Minimal secara moral saya tidak merasa ikut terbebani.


Sikap politik saya terkait ini sama sekali tidak berubah, saya bukan pendukung rezim ini dan tidak meridhoinya walau secara sistem kenegaraan saya terpaksa menghormati konsensus yang membuat sang tokoh menjadi orang nomor satu. Tetapi hanya saya tidak ingin larut jauh dengan caci maki atau penghujatan. Ibarat lirik lawasnya lagu Dewi yull: Kini baru kau rasa....


Semoga Allah memaafkan kesalahan kita yang mengabaikan nasehat dan rekomendasi para ulama dan mengembalikan kesejahteraan masyarakat serta kesatuan bangsa ini dimasa depan. InsyaAllah.


Salam dari Palembang.
Armansyah.



Jangan takut menghadapi cinta

Sembahlah Allah dengan khusyuk, ingatlah pada-Nya ketika kita sedang senang dan diwaktu kita susah. Dialah yang akan membimbing tanganmu. Dialah yang akan menunjukkan haluan hidup kepadamu. Dialah yang akan menerangi jalan yang gelap.


Bicara tentang cinta. Jangan takut menghadapi cinta. Allah yang menjadikan matahari dan memberinya cahaya. Allah yang menjadikan bunga dan memberinya bau wangi. Allah yang menjadikan mata dan memberinya penglihatan. Maka Allah pulalah yang menjadikan hati dan memberinya cinta. Jika hatimu diberi-Nya nikmat dengan cinta seperti hatiku, marilah kita pelihara nikmat itu sebaik-baiknya, kita jaga dan kita pupuk, kita pelihara supaya nikmat-Nya itu tidak dicabut-Nya kembali....


 

bersama_istriku

Salam penuh cinta untuk semuanya,
Bumi Palembang Darussalam.
Sabtu, 11 April 2015.


Armansyah Azmatkhan M.Pd



Menikah itu mudah...

Menikah itu mudah, asal ada mahar dan ada calon yang siap dilamar maka akad dapat terwujud. Tetapi membina pernikahan tidaklah semudah diawal kita memutuskan untuk menikah itu sendiri. Sesuai istilahnya, pernikahan disebut juga sebagai hidup berumah tangga. Kenapa tangga? Jawabnya karena hidup bersama dalam satu rumah dengan orang yang berbeda sifat, kebiasaan, hobi, watak, emosi hingga kecerdasan dan latar belakang pendidikan, ekonomi, kondisi keagamaan.... Ibarat kita menapaki anak tangga. Ada kalanya kita turun kebawah namun ada kalanya naik keatas. Ya, seperti lirik lagunya Tommy Page, yang berjudul a shoulder to cry on bahwa life is full of lots of up and down. Kehidupan itu bersifat bolak-balik, naik-turun. Jika Tsunzu mengatakan perang itu punya seni, maka pernikahan pun punya seninya sendiri. Menikah itu layaknya menorehkan kuas pada bidang gambar, meliuk-liuk dan berganti-ganti warna.




Pernikahan bukan hanya soal hidup bersama dan menghabiskan waktu untuk bercinta, tidak juga cuma bersama merawat anak dan membesarkan mereka, tidak semata-mata demikian tetapi pernikahan itu terkait dengan memahami, menghargai dan menjaga perasaan masing-masing. Kita tidak mungkin menyatukan dua orang yang berbeda dalam banyak hal. Jika pernikahan hanya dimaknai menyatukan perbedaan maka itu pernikahan yang niatnya keliru. Pernikahan adalah saling melengkapi kekurangan setiap pasangan dengan memberikan kelebihan masing-masing. Ibarat sepasang sepatu yang saling berbeda bentuk antara kiri dan kanan. Tidak mungkin khan kita memakai sepatu kiri semua atau kanan semua? Coba lihat kanan-kiri sepatu kita, pasti berbeda lekukannya. Begitulah pernikahan. Justru dengan menggandengkan perbedaan itu (bukan menyatukan loh ya) maka sepatu itu bisa kita pakai dan tampak indah, gagah serta cantik.


Semoga bermanfaat.


Salam dari Palembang Darussalam.
Armansyah, M.Pd
10 April 2015


OP: FB, 10/04/2015.



Friday, April 10, 2015

Hukum memakai parfum beralkohol

Ada sebagian orang yang menghukumi parfum beralkohol sebagai hal yang haram untuk digunakan oleh muslim. Alasannya ya karena ada alkohol itu maka ia menjadi haram.


Beberapa atsar mereka dalam berargumen adalah :


Sunan Ibnu Majah 3383: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap yang memabukkan adalah haram, dan sesuatu yang banyaknya memabukkan maka sedikitnya pun haram, "


Sunan Abu Daud 3194: Dari Ibnu Umar ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap sesuatu yang memabukkan adalah khamer, dan setiap yang memabukkan adalah haram."


Lalu bagaimana dengan parfum beralkohol yang notabene tidak diminum?


Dalam fatwanya Nomor : 11 Tahun 2009 tentang HUKUM ALKOHOL, Majelis Ulama Indonesia menyatakan:


Penggunaan alkohol/etanol hasil industri khamr untuk produk makanan, minuman, kosmetika, dan obat-obatan, hukumnya haram. | Penggunaan alkohol/etanol hasil industri non khamr (baik merupakan hasil sintesis kimiawi [dari petrokimia] ataupun hasil industri fermentasi non khamr) untuk proses produksi produk makanan, minuman, kosmetika, dan obat-obatan, hukumnya: mubah, apabila secara medis tidak membahayakan. | Penggunaan alkohol/etanol hasil industri non khamr (baik merupakan hasil sintesis kimiawi [dari petrokimia] ataupun hasil industri fermentasi non khamr) untuk proses produksi produk makanan, minuman, kosmetika dan obat-obatan, hukumnya: haram, apabila secara medis membahayakan.


(Sumber: http://mui.or.id/…/fatwa-komisi-fatwa-mui/hukum-alkohol.html)


Alkohol sendiri merupakan istilah yang umum untuk senyawa organik. Rumus umum senyawa alkohol secara kimiawi adalah R-OH atau Ar-OH. R merupakan gugus alkil dan Ar ialah gugus aril. Sementara Alkohol yang biasa digunakan dalam minuman keras adalah etanol (C2H5OH).


Masih menurut Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) alkohol atau etanol yang digunakan untuk parfum tidak sama dengan khamar jenis minuman keras yang memabukan.


Etanol bisa dihasilkan dari fermentasi khamar, tapi juga bisa dari bahan alamiah, seperti bunga atau buah-buahan. Penggunaan alkohol yang bersumber dari fermentasi non khamar selama tidak digunakan untuk pangan (dimakan --Red), misalkan sebagai antiseptik guna membunuh bakteri. Sifat ethanol cepat menguap, mudah terbakar, dan tidak berwarna. Contoh ethanol adalah alkohol yang kita pakai untuk membersihkan luka. Ethanol ini dianggap tidak haram, masih diperbolehkan. Konsentrasi alkohol dalam kosmetik lebih kecil daripada penggunaan untuk antiseptik. Pada kosmetik konsentrasinya di bawah 5% sampai 10%. Dalam antiseptik konsentrasinya biasanya 70%, bahkan untuk kasus tertentu digunakan alkohol 90%.


Kita harus dapat membedakan antara khamer dengan alkohol. Alkohol tidaklah sama dengan khamer. Khamer atau minuman keras adalah suatu istilah untuk jenis minuman yang memabukkan. Di dalam khamer itu memang mengandung alkohol sebagai salah satu komponen yang menyebabkan mabuk. Sedangkan alkohol atau etanol merupakan salah satu senyawa kimia yang bisa berasal dari berbagai bahan.


Jika alkohol dikatakan identik dengan khomr, maka ini akibarnya sangat fatal. Jika dikatakan bahwa setiap senyawa yang mengandung gugus –OH adalah khomr, maka ini pemahaman yang sangat merusak. Karena sebagaimana pernah kami sebutkan bahwa madu sendiri mengandung senyawa yang mengandung gugus –OH. Apakah dari sini lantas madu diharamkan?


Begitu pula jika seseorang mengatakan bahwa etanol sama dengan khomr juga fatal. Etanol itu bertingkat-tingkat. Ada etanol yang berada di miras dan bisa dikonsumsi, namun etanol pada asalnya bukanlah zat yang bisa dikonsumsi.


Dengan demikian maka kesimpulannya alkohol adalah senyawa kimia, sedangkan Khamer adalah karakter suatu bahan makanan, minuman atau benda yang dikonsumsi. Definisi khamar tidak terletak pada susunab kimianya, tapi definisinyaterletak pada efek yang dihasilkannya, yaitu al-iskar (memabukkan). Maka benda apa pun yang kalau dimakan atau diminum akan memberikan efek mabuk, dikategorikan sebagai khamer. Maka definisi khamer yang benar menurut para ulama adalah'segala yang memberikan efek iskar (memabukkan)'. Dan definisinya bukanlah 'semua makanan yang mengandung Alkohol'.


Sebab menurut para ahli, secara alami beberapa makanan kita seperti besar, singkong, duren dan buah lainnya malah mengandung Alkohol. Namun kita tidak pernah menyebut bahwa buah-buah itu haram karena mengandung Alkohol.


Dan karena definisinya segala benda yang memberikan efek iskar, maka ganja, opium, drug, mariyuana dan sejenisnya, tetap bisa dimasukkan sebagai khamar. Padahal benda itu malah tidak mengandung Alkohol. Daun ganja kering yang dilinting seperti rokok, rasanya tidak mengandung Alkohol, tapi dia tetap dikatakan sebagai khamer. Karena daun itu memabukkan kalau dihisap asapnya. Senyawa Alkohol sendiri kalau kita minum, bukan efek al-iskar (mabuk) yang dihasilkan, melainkan efek al-mautu alias menimbulkan kematian.


Inti dari bahasan ini parfum yang mengandung alkohol insyaAllah hukumnya halal untuk digunakan sesuai dengan hasil penelitian para ahli kesehatan serta obat-obatan dan mendapat legitimasi dari para ulama plus ahli fiqh.


Tulisan pada posting ini dirangkum dari berbagai sumber, diantaranya:


1. http://www.rumahfiqih.com/x.php…


2. http://www.distributorfmparfum.com/…/143-hukum-alkohol-naji…


3. http://www.dakwatuna.com/…/bolehkah-menggunakan-kosmetik-y…/


4. http://www.halalguide.info/…/…/parfum-bukan-sekedar-alkohol/


5. http://www.jadipintar.com/…/memakai-wewangian-ber-alkohol-h…


6. http://rumaysho.com/…/salah-kaprah-dengan-alkohol-dan-khomr…


Semoga bermanfaat.
Tulisan ini saya tutup dengan beberapa hadis dari Rasulullah SAW dengan status shahih.




Sunan Nasa'i 1880: Telah mengabarkan kepada kami 'Ali bin Al Husain Ad Dirhami dia berkata; telah menceritakan kepada kami Umayyah bin Khalid dari Al Mustamir bin Ar Rayyan dari Abu Nadlrah dari Abu Sa'id dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Diantara parfum kalian yang paling wangi adalah misik."


Sunan Nasa'i 1366: Telah mengabarkan kepadaku Harun bin 'Abdullah dia berkata; telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Sawwar dia berkata; telah menceritakan kepada kami Al Laits dia berkata; telah menceritakan kepada kami Khalid dari Sa'id dari Abu Bakr bin Al Munkadir bahwasanya 'Amru bin Sulaim mengabarkan kepadanya dari 'Abdurrahman bin Abu Sa'id dari bapaknya dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda: "Mandi pada hari Jum'at wajib atas setiap orang yang baligh, juga siwak serta memakai parfum sesuai yang dimilikinya."


Sunan Nasa'i 5029: Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ali bin Maimun Ar Raqqi ia berkata; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf Al Firyani ia berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Al Jurairi dari Abu An Nadlrah dari Ath Thafawi dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Parfum laki-laki itu baunya nampak sementara warnanya tidak, dan parfum wanita itu warnanya nampak sementara baunya tidak."



Wallahua'lam.


Salam dari Palembang Darussalam.
09 April 2015.


Armansyah.

Hukum memakan makanan yang tidak umum dan menjijikkan bagi kita

Rasul juga adalah manusia biasa seperti kita. Beliau juga sebagai manusia biasa, dapat merasa like or dislike terhadap sesuatu, misalnya saja seperti yang kita singgung pada dua status terdahulu adalah dalam hal makanan. Bedanya beliau sama kita, beliau SAW tidak dengan serta merta berlaku subyektif dalam menyikapi hal yang tidak disukainya. Mentang-mentang gak suka bawang misalnya lalu dihukumlah bawang itu haram. Faktanya tidak demikian. Bukan seperti kita ini, jika sudah tidak menyukai sesuatu maka dari A sampai Z dari sesuatu itu salah semua. Boro-boro ngasih solusi seperti Rasul.




Nah, kali ini saya akan hadirkan kembali sebagai pengetahuan bersama jenis makanan yang tidak disukai oleh Rasulullah namun beliau tidak menghukuminya sebagai haram.




Shahih Muslim 3603: Dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah pernah hadir disatu jamuan hidangan makan, lantas dia mendapati daging biawak yang telah di bakar, kiriman dari Hufaidah binti Al Harits dari Najd, lantas daging Biawak tersebut disuguhkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Sangat jarang beliau disuguhi makanan hingga beliau diberitahu nama makanan yang disuguhkan, ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hendak mengambil daging biawak tersebut, seorang wanita dari beberapa wanita yang ikut hadir berkata, "Beritahukanlah kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengenai daging yang kalian suguhkan!" Kami lalu mengatakan, "Itu adalah daging biawak, wahai Rasulullah!" Seketika itu juga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengangkat tangannya, Khalid bin Walid pun berkata, "Wahai Rasulullah, apakah daging biawak itu haram?" Beliau menjawab: "Tidak, namun di negeri kaumku tidak pernah aku jumpai daging tersebut, maka aku enggan (memakannya)." Khalid berkata, "Lantas aku mendekatkan daging tersebut dan memakannya, sementara Rasulullah melihatku dan tidak melarangnya."


Sunan Ibnu Majah 3230: Dari Jabir bin Abdullah, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak mengharamkan daging biawak, hanya beliau merasa jijik. Biawak biasa dijadikan makanan oleh para penggembala pada umumnya, dan sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla memberi manfaat dengannya bukan hanya pada satu orang saja, sekiranya daging tersebut ada di sisiku, niscaya saya akan memakannya."


Shahih Muslim 3598: Ibnu Umar berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya mengenai daging biawak, beliau menjawab: "Saya tidak memakannya dan juga tidak mengharamkannya."



Jadi jika kita kemudian pada satu ketika bertemu dengan sebuah menu makanan yang kita tidak biasa menyantapnya atau tidak umum didaerah kita tinggal maupun misalnya makanan itu terlihat jijik dan kotor, hukumnya boleh saja kita tolak atau tidak memakannya namun meski demikian jangan langsung berfatwa bahwa makanan itu haram. 


Salam dari Palembang Darussalam.
09 April 2015.


Armansyah.



Hukum memakan petai dan sejenisnya

Dalam jamuan makan siang pada hari Kamis 09 April 2015, pihak catering melalui pola prasmanan menghidangkan salah satu menu yang tidak saya sukai, yaitu petai atau peuteuy. Bicara soal petai, memang tidaklah dapat dihindari kenyataan adanya manfaat yang terdapat didalamnya dari sudut pandang ilmu kesehatan. Lalu kenapa saya tidak menyukainya? Jawabnya hanya satu. Saya tidak suka baunya.


Petai itu ketika dimakan dan masuk mulut akan mengeluarkan bau yang kurang sedap dan mengganggu komunikasi dengan orang lain. Begitupula jika sipemakannya buang air kecil, aroma petai yang ia makan, memenuhi seisi ruang kecil tempat menyalurkan hadast tersebut dan dapat membuat orang lain yang akan menggunakan toilet itu merasa mual serta hal negatif lainnya. Jadi gara-gara baunya, kita secara tidak langsung akan mengganggu hak kenyamanan orang lain.


Rasul bersabda:



Shahih Bukhari 5557: "Demi Allah, tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman." Ditanyakan kepada beliau; "Siapa yang tidak beriman wahai Rasulullah?" beliau bersabda: "Yaitu orang yang tetangganya tidak merasa aman dengan gangguannya."

Musnad Ahmad 25909: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman." Para sahabat bertanya, "Apa itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: "Seseorang yang tetangganya tidak pernah merasa aman dari gangguannya?" mereka bertanya lagi, "Apa yang dimaksud dengan gangguannya?" Beliau menjawab: "Keburukannya."

Musnad Ahmad 12103: Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda: " Yang dinamakan mukmin adalah yang manusia merasa aman dari gangguannya, sedang yang dinamakan muslim adalah yang kaum muslimin merasa selamat dari lisan dan tangannya. Dan muhajir adalah yang berhijrah dari kejelekan. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak masuk surga seorang hamba yang tetangganya merasa tidak aman dari tingkah buruknya."

Lalu bagaimana hukum dari memakan petai atau makanan yang mengeluarkan bau semacam itu?


Ada riwayat dari jaman kerasulan seperti ini:




Sunan Abu Daud 3327: Abu Sa'id Al Khudri menceritakan bahwa disebutkan bawang putih dan bawang merah di hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dikatakan, "Wahai Rasulullah, di antara yang ada, yang paling keras baunya adalah bawang putih. Apakah anda mengharamkannya?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Makanlah, siapa di antara kalian yang telah memakannya, maka janganlah ia mendekati masjid kami hingga baunya hilang."


Shahih Bukhari 808: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa memakan bawang putih atau bawang merah hendaklah dia menjauhi kami." Atau beliau mengatakan: "Hendaklah dia menjauhi masjid kami dan hendaklah dia duduk berdiam di rumahnya." Dan bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah diberikan periuk yang di dalamnya sayuran seperti kol. Kemudian beliau mencium aroma sesuatu, beliau lalu menanyakannya dan beliau pun diberi kabar tentang beau tersebut. Maka beliau bersabda: "Sodorkanlah!" yakni kepada para sahabat yang bersamanya. Ketika beliau melihat mereka enggan memakannya, beliau pun bersabda: "Makanlah! Sesungguhnya aku berbicara dengan orang yang bukan engkau ajak bicara."


Shahih Muslim 876: Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda, "Barangsiapa yang makan sayur bawang putih ini, -dan pada kesempatan lain beliau bersabda, 'Barangsiapa makan bawang merah dan putih serta bawang bakung- janganlah dia mendekati masjid kami, karena malaikat merasa tersakiti dari bau yang juga manusia merasa tersakiti (disebabkan baunya) '."



Jadi, Nabi tidak mengharamkan makanan yang berbau meskipun itu mengganggu orang lain bahkan menurut beliau SAW, baunya itu juga mengganggu para malaikat. Namun beliau meminta orang yang memakannya untuk tidak berada dekat dengan beliau atau orang-orang hingga bau tidak sedap dari makanan itu hilang. Dari sini juga banyak dari para ulama menghukumi makanan sejenis ini kedalam hukum makruh.


Thursday, April 9, 2015

Sujud sahwi

Ada pertanyaan yang masuk kepada saya terkait sujud sahwi, yaitu sujud yang dilakukan karena kita lupa jumlah reka'at yang telah dikerjakan. Sujud sahwi itu sendiri adalah tuntunan dari Rasulullah SAW secara langsung sebagaimana hadis-hadist berikut :




Shahih Bukhari 1156: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya bila seseorang dari kalian berdiri mengerjakan shalat, setan akan datang menghampirinya (untuk menggodanya) sehingga tidak menyadari berapa raka'at shalat yang sudah dia laksanakan. Oleh karena itu bila seorang dari kalian mengalami peristiwa itu hendaklah dia melakukan sujud dua kali dalam posisi duduk".


Sunan Nasa'i 1227: Dari 'Alqamah dari 'Abdullah bahwa Rasulullah Shalallah 'Alaihi Wa Sallam pernah shalat Zhuhur kemudian menghadap kepada jamaah. Lalu mereka berkata; "Apakah ada sesuatu yang terjadi dalam shalat?" Beliau menegaskan; "Apa itu?" Lalu mereka mengabarkan apa yang diperbuatnya. Beliau kemudian menekuk kakinya (untuk duduk) dan menghadap kiblat, lalu sujud dua kali. Setelah itu beliau menghadap kami, lantas bersabda: "Aku adalah manusia biasa, aku lupa sebagaimana kalian juga lupa. Jika aku lupa maka ingatkanlah aku." Beliau bersabda lagi: "Kalau terjadi sesuatu dalam shalat maka pasti kuberitahu kalian." Beliau melanjutkan sabdanya: "Jika salah seorang dari kalian bimbang (ragu) dalam shalatnya, maka hendaklah memilih (meyakini) yang paling mendekati kebenaran, kemudian menyempurnakan, lantas sujud sahwi dua kali."


Sunan Tirmidzi 356: Telah menceritakan kepada kami bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berdiri ketika shalat zhuhur yang seharusnya duduk. Maka ketika telah selesai beliau sujud dengan dua kali sujud, beliau bertakbir pada setiap sujud dan duduk sebelum salam. Orang-orang ikut sujud sahwi dua kali sujud bersama beliau sebagai pengganti duduk yang beliau terlupa."



Kapan waktu pelaksanaannya? tergantung situasi kapan kita ingatnya. Jika kita ingat dan merasakan ragu itu ketika belum melakukan salam, maka langsung saja sujud dua kali sebelum salam. Tetapi bila ingatnya ketika kita sudah selesai salam, maka lakukan sujud dua kali itu meskipun sesudah salam disholat yang berjalan.




Shahih Bukhari 1149: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Yahya bin Sa'id dari 'Abdurrahman Al A'raj dari 'Abdullah Ibnu Buhainah radliallahu 'anhu bahwa dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri dari dua raka'at shalat Zhuhur dan tidak duduk diantaranya. Setelah Beliau menyelesaikan shalatnya, Beliau sujud dua kali lalu memberi salam setelah itu".


Sunan Ibnu Majah 1209: Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar dan Utsman bin Abu Syaibah keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ayyasy dari Ubaidullah bin Ubaid dari Zuhair bin Salim Al 'Ansi dari 'Abdurrahman bin Jubair bin Nufair dari Tsauban ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sujud sahwi itu sujud dua kali setelah salam. "


Sunan Nasa'i 1238: Telah mengabarkan kepada kami 'Ubdah bin 'Abdurrahim dia berkata; telah memberitakan kepada kami Ibnu Syumail dia berkata; telah memberitakan kepada kami Syu'bah dari Al Hakim dan Mughirah dari Ibrahim dari Alqamah dari 'Abdullah dari Nabi Shallallahu'alaihi wasallam, bahwa beliau pernah shalat zhuhur lima rakaat bersama para sahabat, maka para sahabat berkata; "Engkau telah mengerjakan shalat lima rakaat! ' Lalu beliau sujud dua kali setelah salam sambil duduk.



Bisa juga melakukan seperti ini:




Sunan Nasa'i 1222: Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Rafi' dia berkata; telah menceritakan kepada kami Hujain bin Al Mutsanna dia berkata; telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziz bin Abu Salamah dari Zaid bin Aslam dari 'Atha bin Yasar dari Abu Sa'id Al Khudri dari Nabi Shallallahu'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Jika salah seorang dari kalian tidak tahu, apakah ia shalat tiga atau empat rakaat, maka shalatlah satu rakaat kemudian sujud dua kali dalam keadaan duduk, kalau ia shalat lima rakaat maka (dua sujud tersebut) sebagai penggenapnya, dan jika ia shalat empat rakaat maka itu penghinaan bagi setan."



Armansyah, M.Pd 

Catatan orang tua... (1)

Saya ingat dulu waktu masih SD... buku-buku pelajaran itu mudah diperoleh, bahkan dari penjual loak sekalipun. Tidak setiap tahun buku mengalami revisi sehingga buku kakaknya masih dapat digunakan lagi oleh sang adik. Sekolah juga meminjamkan buku milik negara terbitan Balai Pustaka yang boleh dibawa pulang dan dikembalikan lagi setelah akhir semester.


Sekarang melihat jaman anak-anak kita ini, setiap tahun buku yang sama mengalami revisi. Ada-ada saja revisinya, kadang tidak terlalu urgent, hanya menambah gambar, mengganti cover... fontnya dibesarkan...kata pengantar cetakan kesekian dan sejenisnya.... akibatnya halaman bukupun ikut berganti. Tadinya cerita tentang zat cair ada dihalaman 10 eh karena revisi jadi berubah halaman 18. Tadinya sejarah Sriwijaya ada dihalaman 128 setelah direvisi hal-hal yang sepele tadi pada cetakan baru jadi halaman 140-an... Ya anak-anak jadi korban, bingung kalau mereka menggunakan buku pelajaran cetakan tahun sebelumnya. Akhirnya, ya orang tua harus menggelontorkan lagi uang buat beli buku yang baru. Kadang-kadang ada juga guru yang menekankan harus beli buku baru setiap tahun. Diwajibkan istilahnya. Belinya juga mesti dari sekolah, tidak boleh beli diluar. Wah....




Sistem kependidikan yang begini seharusnya diperbaiki... mentalitas penerbit termasuk mentalitas para oknum gurunya. Kembalilah kekhittahnya yang mulia. Jangan semua harus dibisniskan. Memang revisi itu sebuah keniscayaan, sebab memang duniapun selalu berkembang setiap waktu. Tetapi menyangkut kurikulum dan pembelajaran, tentu semua harus ada timelinenya sendiri.


Ah, akhirnya memang terasa juga sulitnya jadi orang tua yang punya anak sudah sekolah. Apalagi jenjang pendidikannya semakin bertingkat, mulai dari TK, SD dan SMP. Sedikit-sedikit uang.... beli bukulah, beli penalah, beli mistar, sumbangan ini, sumbangan itu ..... hahahaha .... wajar saja kalo dulu pas kita masih kecil dan sekolah, orang tua sering pasang tampang sangar ketika kita mulai merapat dan berbaik-baik bicara sama mereka..... loe pasti ada maunya khan..... :-)


Salam dari Palembang Darussalam. 


09 April 2015


Armansyah, M.Pd



Bassiru wala tunaffiru wayassiru wala tu'assiru

Agama itu bukan sesuatu yang bersifat kaku dan bukan pula ajaran tua yang tak dapat membaur dengan perkembangan jamannya. Tidak ia menjadikan pengikutnya sebagai orang yang senantiasa bergelut dengan kebudayaan klasik dan menafikan seluruh kemajuan serta dinamisme peradaban. Al-Qur'an sangat mengapresiasi akal dan orang-orang yang mau mengoptimalkan penggunaannya. Aturan agama bukan aturan yang bersifat dogmatis tanpa penjelasan rasional dibaliknya. Hanya sayangnya beberapa orang menjadikan agama ini sebagai suatu ajaran yang penuh dengan kekakuan, dogmatis dan sarat dengan aturan yang memberatkan sehingga membuat banyak orang melihat agama bak ajaran langit yang hanya diperuntukkan bagi makhluk-makhluk langit saja. Agama terlalu suci untuk manusia yang merupakan makhluk bumi. Agama menjadi tidak bersahabat dengan jaman.


Pada akhirnya kenyataan itu justu oleh para pembangkangnya dibuatlah agama berjarak dengan ilmu politik praktis, ilmu ekonomi, ilmu sejarah, ilmu fisika, ilmu kimia, ilmu biologi, ilmu komputer, ilmu pendidikan dan lain sebagainya. Agama tak perlu dikaitkan dengan ilmu-ilmu dunia atau perilakunya. Agama cukuplah urusan sholat, puasa dan haji saja. Ya cukuplah urusannya dimasjid sajalah atau urusannya para orang tua yang sudah siap-siap menjemput ajalnya.


Sementara disisi lain ada orang yang dengan bangganya memahami nash-nash agama secara dogmatis dan ekstrim, ia memandang nash agama murni secara hitam putih dan tekstual. Semua yang berseberangan dengan pemahamannya akan dianggap salah, batil dan sesat. Tidak bercelana cingkrang, tidak berjubah putih atau bersorban langsung dianggap tidak nyunnah. Semua hal yang baru dijustifikasi sebagai hal yang bid'ah tanpa nilai tawar dan pelakunya sesat serta menyesatkan hingga ia layak ada dineraka.


Padahal ajaran Islam itu adalah ajaran yang penuh rahmat, ajaran cinta, ajaran kemudahan dan ajaran intelektualitas. Lihatlah bagaimana pesan-pesan Nabi pada para sahabatnya berikut:




Shahih Bukhari 3996: Telah menceritakan kepada kami Musa Telah menceritakan kepada kami Abu Awanah Telah menceritakan kepada kami Abdul Malik dari Abu Burdah katanya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengutus Abu Musa dan Mu'adz bin Jabal ke negeri Yaman. Dan beliau utus keduanya pada lokasi yang berbeda -sekalipun satu negara, Yaman- sebab Yaman ketika itu dibagi dua negara bagian, kemudian Nabi berpesan: "Tolong kalian permudah, jangan kalian persulit, berilah kabar gembira, jangan kalian jadikan masyarakat alergi (terhadap agama)."


Sunan Abu Daud 4195: Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah berkata, telah menceritakan kepada kami Buraid bin Abdullah dari kakeknya Abu Burdah dari Abu Musa ia berkata, "Jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ingin mengutus salah seorang sahabatnya atas suatu urusan, beliau berpesan: "Buatlah gembira dan jangan kalian buat lari, mudahkan dan jangan kalian buat sulit." | Bassiru wala tunaffiru wayassiru wala tu'assiru | Make it easy (don't make it hard), make it pleasant (spread good news not bad), don't frighten.


Musnad Ahmad 21975: Telah menceritakan kepada kami Waki' telah menceritakan kepada kami 'Uyainah bin 'Abdur Rahman dari ayahnya dari Buraidah Al Aslami berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Hendaklah kalian mengamalkan agama dengan tenang dan sewajarnya, karena orang yang berlebih-lebihan terhadap agama ini pasti akan dikalahkan olehnya.



Lalu ketika umat menjadi masa bodoh dengan agamanya, siapa yang harus disalahkan atau bertanggung jawab? Jika kemudian umat berhasil diadu domba, dimurtadkan serta diliberalisasikan.... siapa yang akan dengan rendah hati mengakui bila itu memang kesalahannya?


Maaf jika status ini mungkin sedikit berbeda dari sebelumnya, sesekali kita harus berani meninggalkan zona nyaman kita dan beralih kepada sesuatu yang menjadi brainstorm kita. Jangan mudah menyalahkan orang yang berbeda pemahaman dengan kita secara terburu-buru. Belajar untuk arif dan penuh keluasan ilmu serta wawasan. Laut itu sangatlah luas terbentang. Air yang kita lihat disungai atau dimata air pegunungan hanya sedikit contoh wujud dari eksistensi air dibumi namun ia tidaklah tepat dijadikan sampel secara umum untuk melukiskan keluasan laut diseluruh permukaan bumi.


Salam dari Palembang Darussalam.
08 April 2015.
Armansyah, M.Pd


Original Posted : FB

Wednesday, April 8, 2015

Sebuah nasehat (khususnya untuk diriku)...

Sahabat.... nasehat ini juga berlaku untuk diriku. Bagaimanapun, kadang akupun cuma pandai beretorika tetapi tak begitu pandai menerapkannya. Jadi diri ini sendiri senantiasa sangat perlu dinasehati. | Ingatlah sahabat, apapun yang kita miliki dan kita hadapi saat ini, semua itu pasti akan berlalu, semua akan hilang. Semoga apa yang sekarang ada pada diri kita, menjadi berkah dan rahmat untuk orang lain.


Jadilah orang yang tetap sejuk ditempat panas, tetap manis ditempat yang begitu pahit, merasa kecil meskipun telah menjadi besar, tetap tenang ditengah badai yang paling hebat. Jadilah orang yang tidak ikut asin meski berada dalam luasnya samudra bergaram. Orang yang langkahnya meninggalkan jejak bagi mereka yang merindukan kedamaian dan pencerahan. Orang yang setiap pikir, ucap dan tulisnya selalu dirindu dan dinantikan bagaikan musafir terhadap air digurun yang tandus. Orang yang kepergiannya kepada ilahi, menyisakan tangis duka dan untaian do'a.




Salam dari bumi Palembang Darussalam.
Rabu pagi, 08 April 2015 | 09:16 WIB
Armansyah, M.Pd
TW: @arman_syah


Original posted: Facebook



Tanya diri kita: Terpaksakah atau Sukarela?

Istilah terpaksa hanya ada pada diri makhluk yang dikaruniakan sifat fujur di jiwanya. Sifat fujur ini adalah sebuah potensi untuk berbuat ingkar yang berujung pada pembangkangan, penolakan dan murtad sesuai arti asli dari istilah itu sendiri. Kita tidak melihat adanya pembangkangan pada hewan, tumbuhan atau semesta lainnya. Jika kemudian kita melihat adanya hewan yang ganas dan menyerang manusia, itu bukan hewan tersebut berlaku membangkang terhadap fitrahnya tetapi semata-mata karena populasinya sudah mulai diganggu oleh manusia, begitu juga bila ada air laut yang berubah ganas dan menimbulkan tsunami besar, bukan karena air laut membangkang fitrahnya untuk mengalir dengan tenang namun karena memang ada faktor fenomena alam lain yang terkait dengan kondisi lempeng tempat ia mengalir menyebabkan ia kemudian bergemuruh hebat. Itupun air laut melakukannya karena ia tunduk pada ketentuan yang sudah diatur untuk dirinya.


Lalu manusia? Manusia diberikan sifat fujur selain sifat taqwa (lihat al-Qur'an surah As-Syams ayat 8) . Dengan potensi fujurnya itu, manusia kemudian menjadi makhluk yang paling banyak membantah, makhluk yang paling rewel, bawel dan ngeyel. Hal itu bukan karena manusia diberikan akal untuk berpikir, tetapi potensi fujurnya itulah yang membuat ia kemudian memanfaatkan akalnya untuk berlaku membangkang pada setiap ketentuan yang telah ditetapkan. Manusia kemudian banyak menjadi kufur, menjadi ingkar bahkan terhadap Tuhannya sendiri.


Mereka berani membuat berhala-berhala untuk menggantikan esensi Tuhan yang sesungguhnya. Mereka mulai mencari-cari pembenaran atas kepembangkangannya itu dengan dalih yang tentu saja akan senantiasa membenarkan perilaku dan pikirnya yang subyektif. Ketentuan Tuhanpun lalu dilanggar, aturan halal dan harampun tidak lagi diindahkan. Orang mulai berkoar, bahwa Tuhan yang memaksa umatnya untuk sholat adalah Tuhan yang keliru, Tuhan yang memaksa umatnya untuk bersyukur adalah Tuhan yang palsu. Ibadah itu tidak harus dipaksa-paksa, bersyukur itu harusnya dilakukan secara ikhlas, bukan dengan keterpaksaan.


Itulah manusia yang fujurnya telah mendominasi system imunitas taqwanya. Itulah manusia yang ibarat komputer, system dan aplikasinya telah terserang wabah virus mematikan yang bukan hanya siap untuk memperlambat kinerja sistem operasi namun juga akan menginfeksi seluruh dokumen kerja sehingga berat dan bermasalah untuk dibuka. Pada tahap yang semakin parah, virus itu juga akan membuat celah pada sistem agar dapat disusupi oleh spyware dan malware sehingga apapun aktivitas online yang dilakukan bisa di intai dan kemudian diambil alih oleh para hacker.


Nah Siapa virusnya? ya Fujurohanya tadi. Siapa hackernya manusia beriman? ya setan. Makhkuk apa itu setan? ya diantaranya ada manusia jahat dan ada juga Jin. Lalu Iblis tidak berperan? ya Iblis bagian dari Jin (lihat al-Qur'an surah Al-Kahfi: 50), maka cukuplah masuk dalam kategori tersebut. Olehnya kita diajarkan dalam surah An-Naas untuk meminta perlindungan Minal jinnati wannas.


Tapi benarkhan ibadah itu mestinya harus ikhlas? Jawabnya iya, secara defaultnya ya memang begitu yang wajarnya. Nah benar juga khan kalau ibadah itu tidak boleh dipaksa-paksa? Jawabnya tentu iyalah. Tapi iyalahnya bukan iya membenarkan namun iyalah, ibadah itu memang kadang harus dipaksa agar ia menjadi biasa. Dari biasa lalu diharapkan muncul kesadaran.


Wong kita kerja saja dipaksa kok untuk ngikut aturan main perusahaan, jika perusahaan membuat peraturan atau kebijakan abcde ya kita harus tunduk pada peraturan abcde itu. Jika kepolisian membuat peraturan tentang wajibnya berhelm dan membawa STNK serta SIM jika kita menggunakan kendaraan pribadi kita, maka kita harus tunduk pada peraturan mereka. Jika membangkang? ya siap-siap untuk diproses secara hukum yang berlaku oleh mereka.


Loh, bukannya itu motor ya motor kita pribadi? dibeli dengan uang kita pribadi? suka-suka kita dong mau bawa surat atau tidak, mau pake helm atau tidak? Beli motor sudah kredit, masih juga disuruh bayar pajak, masih juga disuruh punya sim. Bukankah itu terpaksa? Kok nurut? Adakah diantara kita yang lalu kemudian punya kesadaran akibat keterpaksaan ini? Oh, punya SIM itu wajibloh, itu sebagai bukti kita itu memang sudah dianggap cukup mampu mengendarai kendaraan, kita dianggap mampu untuk tidak menabrak atau membahayakan orang lain. Oh, ini sudah urusan kepercayaan. Lalu helm dan surat-surat. Oh... jika saya lalai dijalan lalu terjatuh, dengan menggunakan helm standar, kepala saya bisa diminimalisir dari pecah akibat terbentur aspal, oh jika ada sesuatu terhadap saya, maka orang-orang akan mudah menghubungi sanak famili dan kerabat saya dari surat-surat yang saya bawa.


Nah... jika urusan dunia saja sudah penuh dengan keterpaksaan diawalnya, yang kemudian kita aminkan juga pelaksanaannya, lalu kenapa anda-anda selalu memperkarakan pemaksaan dari Allah untuk tunduk pada ketentuan-Nya? Kenapa anda-anda kemudian membantah dengan seribu bantahan jika sholat itu harusnya dilakukan dengan ikhlas saja, serelanya saja? Kalau tak ikhlas ya sudahlah, gak usah ibadah, gak usah melakukan sholat, gak usah berpuasa? Apa ya memang begitu bengalnya diri anda terhadap Tuhan anda? Apa sedemikian parahnya virus fujur yang telah terinstal dalam system jiwa anda sehingga tak lagi berdaya potensi taqwa anda?




Kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan sukarela maupun terpaksa. (Al-Qur'an surah Ali Imron ayat 83).


Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri atau pun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari. (Al-Qur'an surah Ar-Ra'du ayat 15)



Sadarkah anda, bahwa ketika mata anda mengantuk lalu anda pergi tidur sebenarnya anda itu sudah tunduk kepada ketentuan yang dikehendaki oleh Allah ta'ala? sadarkah anda ketika anda sedang bersedih dan air mata anda keluar menetes itu artinya anda sedang tunduk pada fitrah yang telah ditetapkan oleh Allah? Sadarkah anda, bahwa ketika anda kecelakaan, ketika anda sakit, ketika anda sedang merasa kecewa.... anda sesungguhnya sedang tunduk pada peraturan Allah, pada undang-undangnya Allah? Anda ingin membangkang? coba lawan rasa kantuk itu selama 7 hari berturut-turut, jangan pernah mejam satu detikpun, jangan pernah istirahat walau nol koma nol satu mili detik. Bisa?


Kita itu diberikan potensi fujur sekaligus potensi taqwa sehingga dapat berlaku sebagai Ahsani Taqwim. Dengan taqwa yang ada maka kita dapat melakukan ibadah dengan kesadaran, dengan kesungguhan hati, dengan kerelaan dan dengan ilmu. Dapat membedakan mana yang harus diprioritaskan dan mana yang dapat dikesampingkan. Atau ibarat materi Excel, dapat membedakan mana tabel utama dan mana tabel baca. Ibarat materi Database, dapat membedakan mana type data Text, mana type data number, longinteger, atau Date/Time.




Ada sebuah teori bernama XY Theory yang dikemukakan oleh Douglas Mc Gregor. Ia mengatakan ada dua tipe manusia, yaitu tipe X dan tipe Y. Tipe X adalah manusia yang tidak menyukai kerja, malas, tidak menyukai tanggung jawab dan harus dipaksa agar berprestasi. Untuk jenis ini maka pimpinan harus menggunakan paksaan dan pengawasan yang ketat agar tujuan organisasi atau perusahaan dapat dicapai. Untuk memimpin bawahan yang mempunyai tipe ini pimpinan harus memerankan diri sebagai pemimpin yang otokratik.Sebaliknya, manusia tipe Y adalah manusia yang menyukai kerja, kreatif, berusaha bertanggung jawab dan dapat bekerja tanpa perlu dipaksa. Bawahan yang mempunyai tipe Y ini maka pimpinan tidak perlu banyak memaksa tapi justru memberikan delegasi wewenang agar ia dapat mengembangkan daya kreasinya.



Nah, manusia yang seperti apa diri kita? jawablah sendiri.... manusia dengan tipikal X atau manusia dengan tipikal Y?


Sebagai catatan akhir saja bahwa terkadang kita memang harus dipaksa. Dipaksa untuk bisa melakukan sesuatu yang tidak biasa kita lakukan, bahkan (yang kita pikir) hal itu diluar kemampuan kita. Dipaksa untuk keluar dari zona nyaman yang selama ini melingkupi diri kita. Dipaksa untuk mengerahkan segenap potensi yang kita miliki. Bila memang ‘paksaan’ itu untuk hal-hal yang baik, sesungguhnya bisa jadi ini adalah cara Allah mendidik kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Bukankah tujuan dari ibadah itu pada akhirnya adalah agar kita la'allakum tattaqun?


Salam dari Palembang Darussalam.
08 April 2015


Mgs Armansyah Sutan Sampono Azmatkhan, S.Kom, M.Pd


Original Posted : Facebook

Pendistribusian buku mewaspadai Syi'ah

Membantu program pendistribusian buku panduan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) : Mengenal dan mewaspadai penyimpangan Syi'ah di Indonesia ke perpustakaan sekolah, telah dilakukan. Bagi yang berminat untuk ikut berkontribusi menyumbangkan literatur dan buku yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat secara khusus serta pembinaan keilmuan generasi bangsa masa depan, silahkan. Tapi, not for campaign ya. Ini murni untuk tujuan edukasi, tidak ada kaitannya dengan urusan politik. Murni untuk pembelajaran dan antisipasi angkatan muda Muslim/Muslimah agar tidak terjebak pada pemahaman agama yang menyimpang.


dokumentasi_pendistribusianbuku


Hal ini sekaligus juga membuktikan bila saya pribadi bukanlah seorang penganut ajaran Syi'ah atau apapun sejenisnya sebagaimana dulu-dulu sekali pernah dituduhkan pada saya.


Original posted: 08 April 2014

Catatan jelang UN 2015

Kurang dari satu minggu lagi Ujian Nasional SMA akan kembali digelar. Itu artinya ajang pertaruhan harga diri para gurupun kembali dituntut untuk dibuktikan. Seperti yang jamak kita ketahui dari berbagai pemberitaan berbagai media, jelang pelaksanaan Ujian Nasional sejumlah oknum sekolah mulai dipersiapkan untuk menjadi tim sukses dalam membantu siswanya agar dapat menjawab dengan baik soal-soal ujian tersebut. Para pengawaspun kabarnya diwanti-wanti untuk tidak terlalu memperketat proses pengawasan ujian dikalangan siswa. Akibatnya, guru yang terlibat dalam panita ujian sering terjebak dalam dilema. Disatu sisi ia harus menjalankan tugasnya sebagai seorang guru yang professional dan bermartabat dihadapan siswanya tapi disisi lain ia diharuskan "membantu" siswanya sebagai "anak bangsa".




Yah, terlepas dari semua pemberitaan rutin semacam itu setiap tahunnya, Pelaksanaan dari Ujian Nasional sendiri dari awal sudah menuai kontroversi dikalangan pemerintah maupun masyarakat. Mahkamah Agung dalam Perkara No. 2596 K/Pdt/2008 tanggal 14/09/2009 memutuskan, menolak permohonan kasasi pemerintah terkait dengan pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Dengan kata lainnya, UN seharusnya tidak boleh lagi diselenggarakan.


Dan status hukumnya adalah in kracht van gewijsde (mempunyai kekuatan hukum tetap). Tetapi fakta dilapangan, Departemen Pendidikan melalui Menteri Pendidikan Nasionalnya sendiri justru mengambil sikap berseberangan dengan Mahkamah Agung. Ujian Nasional masih terus digelar.


ilustrasi-ujian-nasional


Logika sederhana saja, bagaimana mungkin mau dibuat standar antara kemampuan siswa yang bersekolah di tengah kota dengan fasilitas lengkap dan modern, setiap hari keluar masuk lab yang high tech dan mainannya gadget dengan kemampuan siswa yang bersekolah di daerah terpencil jauh dari kota, yang jangankan lab komputer, lab bahasa atau lab fisika dan kimia, wong listrik saja masih mejam-melek ? Belum lagi dari SDM pengajarnya sendiri…. Ibarat meminta seluruh binatang hutan untuk berlomba memanjat batang pohon yang sama demi terwujudnya kesamaan ujian. Padahal diantara binatang itu tidak semuanya populasi monyet yang memang pandai memanjat, ada diantaranya gajah, anjing, babi, kancil dan seterusnya. Apakah metode semacam ini adil?


sekolahbinatang


Tapi ya sudahlah... biarlah itu menjadi tanggung jawab para pembuat kebijakan dinegeri ini dan para guru yang juga tengah di uji integritasnya ketika sedang mengawas dan menjadi panitia pelaksanaan Ujian Nasional. Bukan cuma ujian dalam skala dunia saja tetapi juga ujian yang kelak akan dipertanggung jawabkan oleh mereka-mereka ini nanti di hari kiamat dihadapan Allah Azza Wajalla.


Salam dari Palembang Darussalam.
07 April 2015, OP : Facebook


Armansyah Azmatkhan, M.Pd



Nasehat untuk muslimah yang bermotor

Dear muslimah. Wanita itu sangatlah indah dan senantiasa diliputi oleh keindahan. Meski demikian, Islam sudah memberikan batasan-batasan keindahan wanita yang boleh untuk "dinikmati" oleh pria yang bukan mahromnya. Untuk itu kemudian kita kenal dengan hukum hijab yang sifatnya menutupi aurat itu sendiri. Nah, bicara soal hijab, jujur saja saya lebih suka melihat kawan-kawan muslimah mengenakan hijab syar'inya. Mereka tampak lebih anggun dan berwibawa. Jilbabnya lebar menutupitonjolan dada hingga pantatnya dan juga mengenakan rok panjang menjuntai. Begitu terlihat feminisme dan keibuannya. Tapi, bicara soal rok yang panjang.... nah, saya ingin mengingatkan juga nih, cukup sering dijalan, saya menemukan kawan-kawan muslimah yang mengenakan hijab syar'inya secara baik plus kaos kaki namun sayangnya tidak lagi dibalut oleh celana panjang, Sehingga ketika ia naik motor ada kalanya betisnya tersingkap lebar dan memperlihatkan aurat yang seharusnya tidak boleh dilihat oleh pria yang bukan mahrom mereka.


jilbabmotor


Ingat sis, naik motor itu ada berhentinya, misalnya lampu merah atau sedang macet. Nah disaat seperti itu, biasanya kalian khan menurunkan kaki, paham khan jika kaki naik-turun dimotor pasti akan ikut menyingkapkan betis kalian bila tidak menggunakan celana panjang lagi didalamnya? Bukankah kriteria dari hijab itu meliputi wajhihi wakaffaih (muka dan telapak tangan)?


Terkait hijab syar'inya... sekalian mau promosi juga, boleh khan ya... buat para ukhti, jika sedang jalan, silahkan mampir ke Gerai Ukhti untuk melihat koleksi hijab dan pakaian syar'i kita. Alamatnya Jalan Sosial Km.5 Palembang no. 166. InsyaAllah ukhti disana akan bertemu dengan istri saya,Mitha Tanjung atau juga karyawan kita yang sedang bertugas.


Boleh juga add pin BB Gerai Ukhti di nomor : 538fbb54


Semoga bermanfaat.
Salam dari Palembang Darussalam.
07 April 2015, Ori Posted: FB


Armansyah Sutan Sampono Azmatkhan, M.Pd

Antara Ruh, Nafs, Jasad dan Bayangan...

Sekali-kali saya ingin menulis hal yang sifatnya njelimet, misteri tetapi menggoda akal untuk ditelusuri.


Manusia secara umum dibagi atas 2 macam, fisik dan non fisik. Tubuh fisik adalah jasmani kita sedangkan non fisik diartikan sebagai jiwa. Terkadang orang menyamakan jiwa dengan ruh. Tetapi apakah ruh memang serupa dengan jiwa? Sebaliknya, saya sendiri membedakan antara ruh dan jiwa. Hal ini karena memang al-Qur'an menggunakan term berbeda untuk menyebut keduanya. Dimana untuk Ruh, al-Qur'an tetap menggunakan kata-kata ar-Ruh, seperti Ruhul Qudus, Ruhul Amin dan lain-lain. Tetapi untuk jiwa, al-Qur'an menggunakan kata-kata nafs dan anfus.




Kata-kata jiwa atau nafs selalu ditujukan kepada sesuatu yang sifatnya menyeluruh dari diri manusia (al-insan) tetapi ia bersifat abstrak, bukan bersifat fisik atau nyata. Pengilhaman taqwa dan fujur di instalasikan kedalam an-Nafs, bukan kedalam Ruh. Sehingga secara singkat --meski sebenarnya bahasan ini rumit dan panjang lebar-- tetapi ruh sebutlah saja dapat dibedakan dengan an-Nafs.


Sekarang, jika ada yang mengatakan bahwa dia dapat merogo sukma atau melakukan proyeksi astral. Apa yang sebenarnya terjadi? Proses merogo sukmo itu fisiknya masih hidup, jantungnya berdenyut (artinya dalam fisik itu ar-Ruh masih mengalir baik), hanya an-Nafsnya yang berupa jiwa kesadaran telah keluar meninggalkan kerangka cashing jasmani tersebut. Lalu apakah an-Nafs juga memiliki Ruhnya sendiri sehingga ia dapat bergentayangan diluar wadagnya? Lalu apa hubungan semua ini dengan dzilaluhum atau bayangan dari diri yang disebut juga hakekatnya ikut bersujud kepada Allah (yaitu tunduk pada ketentuan serta hukum-hukum yang diberlakukan Allah)?


Apakah dzilaluhum sang bayangan ini juga merupakan bagian unsur diri yang terpisah dari fisik, ruh dan nafs? Nah, selamat berpikir secara logis tanpa terlepas dari kitabullahnya.


Salam dari Palembang Darussalam.
06 April 2015.
Armansyah Azmatkhan


Original posted : FB, 06 April 2015.




Monday, April 6, 2015

Kita ingin, Allah juga ingin

Sebagai manusia adalah wajar jika kita punya begitu banyak keinginan dan berharap agar seluruh keinginan kita itu dapat terwujud seperti apa yang kita mau. Tapi pada akhirnya, kita harus paham bahwa nahnu nuridu, wallahu yurid, wallahu fa'alun lima yurid, kita berkeinginan, Allah juga berkeinginan tetapi Allahlah yang melaksanakan keinginan-Nya. Tetap berbaik sangka atas semua takdir yang berlaku, entah itu takdir baik atau takdir buruk dalam pandangan mata kita.


Salam dari Palembang Darussalam,
05 April 2015



Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai)

Sepintas saya ada baca berita terkait koordinator jasmev yang katanya melakukan penipuan publik dengan menggunakan gelar akademik palsu. Jika hal itu benar maka saya hanya mengucapkan Innalillahi wa inna ilayhirooji'un saja. Benarlah sabda Rasulullah ini: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai). Sesuatu yang sifatnya, karakternya hingga hobinya sama pasti akan saling berkumpul. Toh minyak tidak akan pernah bisa menyatu dengan air. Ibarat pepatah menyebutkan bila guru kencing berdiri maka murid kencing berlari. Begitulah tanpa perlu saya tulis panjang lebar lagilah maksudnya. Toh semua penuh dengan kebohongan, kemunafikan dan pencitraan. Hebatnya lagi itu dilakukan secara sistematis. Ya sudahlah.


Siapapun berhak untuk menyematkan gelar kesarjanaannya selama itu legitimate. Wajar dan sah sajalah dia ingin dikenal sebagai Sarjana dari keilmuan tertentu. Toh kita harus maklum jika untuk memperoleh gelar kesarjanaan itu tidaklah mudah. Penuh perjuangan waktu, biaya, tenaga hingga harga diri. Apalagi jika jenjang kesarjanaannya sudah dilevel Magister, Doktor atau Profesor. Terlepas dari kecerdasan EQ dan ketinggian akhlaknya, dia sekali lagi berhak menggunakan gelar akademik yang ia dapatkan tersebut.


Akan menjadi dagelan yang mengenaskan bila kemudian seseorang menyematkan gelar kesarjanaan tertentu di namanya yang ia sendiri tidak pernah berjuang untuk memperolehnya melalui proses pembelajaran normal. Bukan saja tidak menamatkan pendidikannya itu sama sekali namun tidak pernah studi disana. Cuma mencomot gelar secara sembarangan untuk membuat penipuan publik agar ia dikenal sebagai orang yang hebat, pintar, cerdas dan sejenisnya. Jadilah gelar Magister, Doktor, Ph.D atau Profesor ditambahkan diantara namanya lalu mengaku-aku lulusan dari universitas x, universitas y atau universitas z. Orang seperti ini, bukan hanya tidak waras tetapi juga sudah melakukan pelanggaran hukum pidana (KUHP) pasal 263 dengan ancaman hukuman penjara 6 tahun serta melanggar Pasal 69 ayat [1] UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dengan ancaman hukuman penjara 5 tahun dan/atau denda 500 juta. Belum lagi hukum agama yang sudah jelas terancam dengan status munafik. Na'udzubillahi mindzalik.


Semoga menjadi pelajaran bersama.


Bagaimanapun gelar kesarjanaan itu penting dan sangatlah penting tetapi kejujuran dan akhlakul karimah rasanya jauh lebih penting dari sebatas embel-embel gelar yang menyertai nama.


Sebagai penutup, Sa’ad bin Hisyam bin Amir berkata: “Aku pernah mendatangi Aisyah radhiyallahu ‘anha, lalu aku bertanya: “ Wahai Ummul Mukminin, beritahukanlah kepadaku akan akhlaknya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?”, beliau menjawab: “Akhlak beliau adalah Al Quran, apakah kamu tidak membaca Al Quran, Firman Allah Azza wa Jalla: (وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ) dan sesungguhnya engkau di atas budi pekerti yang agung.” HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 4811.


Salam dari Palembang Darussalam.
05 April 2015


Armansyah, M.Pd


Original posted, FB 05 April 2015

Ketika himpitan membuat orang menjadi gila

Banyak orang semakin merasa gelisah jiwanya akibat himpitan perekonomian yang terus menggerus kestabilan pendapatan. Gelisah karena beban tanggungan dan keinginan tak lagi bisa diakomodasi akibat munculnya berbagai kebijakan rezim penguasa yang centang prenang. Nyaris tak lagi dapat bersikap idealis pada tatanan baku keagamaan dan pendidikan yang ditempakan sejak dini ketika fakta memaparkan kemunafikan rupa dan ragam para politikus, agamawan, akademisi hingga preman pasar. Pemberhalaan ego diri yang didasari oleh kepentingan pribadi maupun kelompok menjadikan manusia telah banyak sebagai kaum penyembah dirinya sendiri.




Sakit hati karena pahamnya tereliminasi, luasnya jurang pemisah antara miskin dan kaya serta dagelan konspirasi papan atas membuat orang semakin brutal terhadap nilai-nilai kebenaran. Agama pada akhirnya cuma dianggap anekdot masa lalu yang tertulis dalam lembaran mushaf yang doktrinnya di instalasi bertahun-tahun. Maka ketidakwarasan berpikir menjadi madzhab baru yang disebar luaskan diranah sosial media melalui kitab seperti " facebook newsfeed", "twitter hashtag" dan semacamnya.


Itulah sejumlah milisi dajjal jaman akhir yang pastinya menawarkan sengsara dibalik nikmat, neraka berjubah syurga dan Iblis berwajah Mahdi.


Istiqomah pada syahadat dan tetap berpikir secara kritis dengan akal sehat menjadi keniscayaan menghadapi orang-orang sinting calon penghuni neraka jahim. Menjadi amunisi menyikapi begundal-begundal Iblis dalam wajah para akademisi, politisi hingga nabi dan rasul gadungan.


Akhirnya Tiada ilah selain Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya. Laa nabiyya ba'da. Ittaqullaha-haqqo tuqotihi wala tamutunna illa wa-antum muslimun,.


Armansyah Azmatkhan M.Pd
Palembang Darussalam, 04 April 2015


Original posted: 04 April 2015



Selamat jalan Mpok Nori

Bukankah status ini belum lama berlalu topiknya dari bahasan kematian? Hari ini, satu lagi tokoh populer dinegeri ini kembali kehadirat Allah. Semua kehidupan toh ujung-ujungnya pasti akan berakhir. Sebuah lirik lagu menyatirkan nasehat untuk kita bila orang kaya mati, orang miskin mati, raja-raja mati, rakyat biasa juga mati. Toh, tak ada jaminan orang yang lebih tua umurnya pasti akan lebih dahulu mengalami mati, bisa saja anak kecil yang duluan, boleh jadi usia kita-kita ini, pun tak harus pria selalu lebih dulu, bisa jadi perempuan duluan. Wallahua'lam.




Sebuah lirik lagu lainnya bertutur: Insyaflah wahai manusia, jika dirimu bernoda, dunia hanya naungan untuk makhluk ciptaan Tuhan. Dengan tiada terduga dunia ini kan binasa, kita kembali ke asalnya, Menghadap Tuhan yang Esa. Siapa selalu mengabdi, berbakti pada Ilahi, sentosa selama-lamanya, di dunia dan akhir masa.


Akhirnya, selamat jalan untuk Mpok Nori. Semoga Allah mengampuni dosa dan khilaf beliau semasa hidup serta melipatgandakan pahala amal sholehnya. Aamiin. Bagi kita semua yang masih hidup, mari terus berinvestasi di jalan Allah ta'ala agar ketika giliran kita tiba, kita dipanggil Allah dengan kalimah mesra-Nya: “Ya ayyuhan nafsul muthmainnah, irji’i ila robbiki rhodhiyatam mardhiyyah (wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati puas lagi diridhai-Nya),”.


Palembang Darussalam, 03 April 2015
Armansyah, M.Pd


Original Posted: FB, 03 April 2015



Nasehat untuk diriku sendiri

Wahay diriku...
Kau membuat angan-angan, padahal kematianmu amat dekat.
Kau membangun rencana untuk esok hari, padahal kain kafanmu hampir selesai ditenun siang ini.


Saat sang maut datang bersilaturahim, semua rencanamu segera hilang tiada berarti. Saat jasadmu perlahan-lahan diangkat dari tempatmu tidur ke dipan tempat tubuhmu itu dimandikan, kau hanya seonggok daging penutup tulang yang tidak punya kemampuan apapun lagi untuk bergerak. Sampai orang yang membawa kafanmu tiba dan satu demi satu bagian kulitmu diselimuti olehnya. Kuping dan hidungmupun ditutupi kapas. Tak lama kaupun digotong dikeranda sembari diantar isak tangis keluarga, kerabat hingga handai taulan. Tapi, tak satupun dari mereka akan bersedia menemani tubuhmu itu dalam himpitan tanah merah kuburan.




Jasadmu itu wahay diriku, akan mulai ditimbun oleh tanah yang sudah digali. Kaupun resmi berpindah dari keluasan menuju kesempitan. Kau berpindah dari tidur diatas bumi menjadi tidur didalam bumi, berselimutkan alam bertemankan hewan tanah.


Tak lagi ada kekerabatan, pertemanan, jabatan, kekayaan, senda gurau, pendidikan hingga sosial media. Yang ada hanya amalmu, amal baik dan amal yang buruk. Hartamu cuma ilmu yang kau wariskan pada orang-orang disekelilingmu, ilmu manfaat atau ilmu yang fasadat. Pembelamu hanya dzikirmu semasa hidup, baik dzikir dalam bentuk pikir, lisan hingga perbuatan.


Ah. Celakanya diriku....
Masih berapa lamakah lagi dirimu punya waktu tersisa untuk tinggal diatas dunia ini, Arman?


Renunganku, 02 April 2015
Bumi Palembang Darussalam.
Armansyah Sutan Sampono Azmatkhan.


Original posted: FB, 02 April 2015